Jumat, 08 Juni 2012

Event : Aceh Menulis

Dear, para ibu dan guru,calon ayah bunda, teman-teman mahasiswa, adik-adik pelajar, dan para ananda sekalian.. insya Allah, pada tanggal 16-17 Juni 2012, FLP (Forum Lingkar Pena), PIPEBI (Persatuan Istri Pegawai Bank Indonesia), dan IWABA (Ikatan Wanita Bank)akan mengadakan event ACEH MENULIS di Auditorium Bank Indonesia Banda Aceh yang berisi berbagai rangkaian acara istimewa, apa sajakah?

Rangkaian Acara :
1. Lomba menulis cerpen untuk tingkat SD kelas 4-6 dan SMP
2. Workshop menulis cerpen untuk tingkat SD kelas 4-6 dan SMP
3. Workshop menulis pictorial book untuk para ibu dan guru, mahasiswa/i, dan umum
4. Lomba mewarnai untuk anak usia 5-7 tahun
5. Lomba menggambar dengan latar Bank Indonesia untuk anak usia 8-12 tahun
6. Bazar buku, dan bazar lainnya

PERSYARATAN TEKNIS LOMBA MENULIS CERPEN
• Peserta yang mengikuti lomba menulis cerpen telah terdaftar sebagai peserta workshop menulis cerpen dengan membayar Rp50.000
• Peserta terbagi dua kategori; A: Kelas 4-6 SD
B: SMP
• Tema tulisan
a. Kategori A
– Peserta boleh memilih membuat cerita tentang segala hal yang disukai tentang Aceh, misalnya makanan kesukaan, wisata favorit yang oernah dikunjungi, tarian Aceh, pengalaman menjasi anak Aceh, atau apapun hal-hal yang dialami selama tinggal di Aceh.
- Peserta boleh membuat cerita tentang ayah bunda.

b. Kategori B
- Persahabatan
- Petualangan
*Lebih disukai cerita yang mengandung unsur kekhasan Aceh

Workshop anak akan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Sabtu/16 Juni 2012
Waktu : Pukul 13.30-17.00WIB
Tempat : Auditorium Bank Indonesia
Pembicara : Ali Muakhir, penulis cerita anak. Pemegang rekor MURI dan peraih penghargaan IKAPI sebagai penulis paling produktif.

• Cerita boleh ditulis tangan ataupun diketik sebanyak 2-3 halaman A4
• Spesifikasi teknis pengetikan
- Huruf Times New Roman 12, spasi 1,5
- Panjang halaman 2-3 halaman kertas A4
- Sertakan nama, judul, dan kategori lomba.
• Karya dikirimkan paling telat tanggal 12 Juni 2012, diserahkan ke;
- TB PARAMITHA, jala Twk. Hasyim Banta Muda (jalan SMA 2- Depan Dinas Kebersihan), Kampung Mulia, Banda Aceh.
- Woroeng Multimedia, jalan T. Nyak Arief, Lorong PBB no. 3 & 5, Belakang BRI Darussalam, Banda Aceh.
- E-mail : aceh.menulis@gmail.com

- Hadiah lomba:
- Pemenang 1-6 akan mendapatkan trophy ,tabungan, paket buku keren dan my first Al-Qur’an. Lima belas cerpen terbaik berpeluang untuk dibukukan.


PERSYARATAN LOMBA MEWARNAI PICKBOOK DAN MENGGAMBAR
• Peserta lomba mewarnai pickbook adalah anak usia 5-7 tahun
• Peserta lomba menggambar adalah anak usia 8-12 tahun
• Membayar uang pendaftaran sebesar Rp15.000
• Membawa sendiri meja, crayon, dan alat gambar lain.
• Kertas gambar disediakan oleh panitia.
• Tema lomba menggambar merupakan suasana dan harus menyertakan gamabr gedung Bank Indonesia

• Lomba mewarnai diadakan pada:
Hari/tanggal : Sabtu/16 Juni 2012
Tempat : Gedung Bank Indonesia
Waktu : pukul 11.30-13.30WIB

• Lomba menggambar diadakan pada:
Hari/tanggal : Minggu/17 Juni 2012
Tempat : Gedung Bank Indonesia
Waktu : pukul 09-12.00WIB

• Hadiah lomba: pemenang 1-6 akan mendapatkan trophy, tabungan, dan bingkisan.


WORKSHOP MENULIS CERITA ANAK
• Peserta adalah ibu dan para guru, mahasiswa/I, dan umum.
• Biaya pendaftaran Rp75.000 untulk umum. Rp50.000 untuk guru dan mahasiswa/i.

• Workshop akan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Minggu/17 Juni 2012
Waktu : Pukul 09.00-15.00WIB
Tempat : Auditorium Bank Indonesia
Pembicara : Ali Muakhir, penulis cerita anak. Pemegang Rekor MURI dan peraih penghargaan IKAPI sebagai penulis paling produktif.


Tempat Pendaftaran :
TB PARAMITHA
Jalan Twk.Hasyim Banta Muda/Jalan SMA 2-depan Dinas Kebersihan, Kampung Mulia-Banda Aceh

WAROENG MULTIMEDIA
Jl. T. Nyak Arief, Lorong PBB No 3 & 5 Belakang BRI Darussalam.


Jangan sampai ketinggalan yaaa..hayuu segera kabari teman-teman, tetangga, ponakan kita.. ^_^


Untuk info-info dapat meninggalkan comment atau menghubungi nomor panitia berikut;
CP :
Inge : 0812 69 88984
Aini : 0812 69 39344
Sarah:0812 69 30588




Minggu, 20 Mei 2012

Sepatuku, Saksi Semangatku..

Tak terasa, tahun ini aku sudah kelas 3 SMA. Itu artinya, hanya tinggal hitungan bulan aku mengenakan seragam sekolah dan sepatu ini. Sepatu kesayangan. Ingin rasanya, membeli sepatu baru di kelas tiga ini, “tapi tanggung, Insya Allah sudah mau lulus” pikirku. “Lagipula, uang darimana?” tanya hati kecilku. Ya, sepatu ini kubeli bersama ibu saat aku akan menempuh ujian akhir untuk menjadi seorang siswi SMA. Hingga akhirnya, Alhamdulillah, Allah perkenankan aku menjadi siswi di salah satu SMA terfavorit di kotaku.

Sepatuku adalah saksi semangatku. Bersamanya, kulalui perjuangan ujian akhir sekolah dengan baik, hingga menjadikanku salah satu siswi dengan nilai kelulusan terbaik di kotaku. Bersamanya pula, aku mendaftar ke beberapa SMA hingga akhirnya aku diterima menjadi siswi di salah satu SMA favorit yang kuharapkan.

Hari-hari di SMA begitu menyenangkan bagiku. Aku mulai mengenal dan aktif pada beberapa organisasi sekolah, mengikuti beberapa kegiatan eksakulikuler. Seperti FKRM (Forum Kreativitas Remaja Muslim), English club, Club mading dan fotografi, serta OSIS. Alhamdulillah, semua dapat terjalani dengan baik berkat Allah dan kesetiaan sepatuku yang selalu kukenakan setiap hari, seharian berjalan ke sana kemari, yang rela dilepas hanya ketika aku melaksanakan sholat Dzuhur dan Ashar.

Di tahun kedua SMA, teman-temanku tampak mengenakan sepatu baru, namun aku tidak. Masih loyal pada sepatuku. Toh masih bagus dan kuat. Masih sangat nyaman dikenakan. Akupun masih santai mengenakannya. Hingga saat musim hujan tiba, sepatuku kebasahan dan air mulai terasa membanjiri dalam sepatu. Walah, ternyata tapak sepatuku mulai ada bolongnya. Tak kelihatan dan tak terasa karena ukuran lubangnya kecil. Namun aku ingat benar, pagi itu kakiku kedinginan karena kaus kaki yang basah, tak bisa dilepas, ditempa dinginnya AC kelas.

Sepulang dari sekolah, ibu menjahitkan tapak sepatuku yang bolong. Wajar kata ibu, sudah tiga tahun dipakai terus seharian, kena panas dan hujan. Setelah dijahit, aku mulai lebih hati-hati mengenakan sepatuku. Mengupayakan sekali hindari jalanan becek agar air tak merembes masuk dan membasahi kaus kakiku.

Sepertinya, sekarang musim hujan terasa lebih panjang. Setiap pagi saat hendak berangkat ke sekolah, sering sekali hujan deras. Dan si sepatu, semakin lusuh. Sudah beberapa kali ibu menjahitkan tapaknya yang rusak, juga bagian atas sepatu yang mulai robek. Beruntung si sepatu berwarna hitam kelam tanpa corak. Kalau tidak tentu jahitan di sana-sini nya akan sangat kelihatan. Berkat ibu, sepatuku tetap tampak apik dan nyaman dikenakan.

Sepatuku adalah saksi perjalanan sejarahku. Meski makin hari makin tampak lusuh, namun bersamanya aku bertemu orang-orang penting, bertemu Bapak Presiden Susilo Yudhoyono beserta ibu Ani Yudhoyono dan bersalaman dengan beliau saat berkunjung ke Banda Aceh, juga mewawancarai Pak Sutiyoso yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta sekaligus pendiri sekolah kami. Bersama sepatuku juga aku berbagi pengalaman dengan beberapa siswa dan mahasiswa University Sains Malaysia, serta ikut saat tampil di salah satu stasiun televisi lokal.

Sepatuku adalah saksi perjuanganku. Meski tapaknya kian menipis tergerus jalan, Mulai terasa panas di telapak kaki saat aspal terpanggang panasnya matahari, namun selalu menemani dan melindungi. Berjalan ke sana ke mari menyebarkan proposal berbagai kegiatan sekolah yang Insya Allah menebar manfaat, Alhamdulillah selalu berakhir dengan kesuksesan.

Sepatuku adalah bentuk rasa syukurku. Meski lusuh, namun aku tetap bahagia masih dapat dikenakan dengan aman. Hal itu kurasakan benar, saat melihat kejadian tapak sepatu temanku yang lepas tertinggal di belakangnya saat berjalan. Membuatku semakin bersyukur, memiliki seorang ibu yang begitu peduli padaku, yang tak pernah bosan menjahit tiap robekan di sepatu sekolahku agar tetap dapat dikenakan dengan nyaman.

Sepatuku adalah ciri khasku. Seperti tadi sore, saat aku bertemu dan bersapa dengan salah seorang guru SMP ku. “Bapak masih ingat dengan saya?” tanyaku. “Masihlah, sepatu kamu saja belum ganti-ganti” ujar beliau yang membuat kami tergelak bersama. :D


Noted :
Tulisan ini disertakan dalam lomba menulis kisah inspiratif, "Sepatu dahlan Iskan"yang diadakan oleh NouraBooks dengan alamat email promosi@noura.mizan.com. Berita lomba in dapat dilihat melalui link

http://noura.mizan.com/index.php?fuseaction=event_det&id=195

Kamis, 12 April 2012

Ibuku dimana?

Menjelang Ashar, saya baru saja melepas lelah di mesjid GKN usai berkumpul dengan beberapa anak. Radio mesjid tanda waktu Ashar akan masuk telah dinyalakan, saya pun memperbaharui wudhu, menggunakan mukena, dan sempat menelepon Kak Nieta menyampaikan kalau saya sedang di mesjid.

Tak lama setelah saya menutup percakapan via ponsel dengan Kak Nieta, berasa goyang. 'Mungkin karena belum makan' pikir saya. Namun semakin kencang dan menyadari kalau saya bukan sedang pusing,tapi gempa.

Karena seringnya merasakan gempa, saya sempat berpikir, 'mungkin sebentar lagi berhenti'
but no..no..no.. Semakin kencang. Kaca-kaca mesjid bergetar, lantai mesjid terasa benar bergoyang. Langsung saya melepas mukena dan bergegas keluar mesjid.

Saya berdiri di luar, terlihat beberapa orang berlari ke arah sp.surabaya. Wajah-wajah panik, orang-orang mengambil kendaraan dan pulang, teringat keluarga di rumah pasti. Cemas tergambar jelas dari raut wajah.

Yang ada di pikiran saya,
ibu dan adik saya. Harus segera pulang menjemput keduanya. Berulang kali saya menelepon, connection error. Rasanya air mata sudah berdesak-desakkan ingin keluar.

Sampai di taman makam pahlawan, lalu lintas sudah semrawut, mulai macet. Kecemasan membuat saya terasa lebih cepat menyelip dari tumpukan kendaraan.

Melewati SPBU Seutui menuju taman sari-gedung tsunami, itu arus kendaraan tak terkontrol, semua berebut ingin mendahului, dan saya? Menjadi minoritas kendaraan yang melawan arus. Semua menuju arah neusu-mata'ie, saya ke arah ulhe lheu. Pantai. *karena pulang lewat blouwer.

Rasanya semua terjadi begitu cepat. Pikiran saya cuma satu. Rumah. Jemput ibu dan adik kemudian segera ke tempat kakak di Mata'ie. Namun menjadi begitu sulit. Saya melawan arus di tumpukan kendaraan,nyaris tidak bisa bergerak maju.

Di tengah kekalutan saya, tiba-tiba bertemu teman. Rumahnya di Ulhe Lheu, anak-anak beliau masih kecil di rumah. Sempat bingung, bagaimana ini?
Saya memutuskan menjemput anak-anak teman saya di Ulhe Lheu. Maha Besar Allah, begitu teman saya naik di boncengan motor saya, bismillah, tujuan adalah Ulhe Lheu. Setelah itu, rasanya Allah membukakan sela-sela jalan untuk motor saya terus melaju meski melawan arus.

Teman saya terus mendoakan anaknya, suaranya terdengar mulai terisak, semoga kami masih diberi kesempatan menjemput anak-anak. Entah bagaimana ceritanya, saya bisa mengendarai motor di atas trotoar jalan dan melewati sela gerobak pisang bakar dengan cepat. Karena nggak akan bisa bergerak maju jika tetap berada di badan jalan. Di pandangan saya, tiba-tiba jalan begitu lempang. Allahu akbar..

Melewati jalan masuk menuju rumah, saya kuatkan hati, saya yakin, insya Allah, pasti Allah yang akan menjaga keluarga saya. 'Ya Allah, saya titipkan ibu dan adik padaMU' pinta saya berulang kali.

Langit cerah. Melewati pantai Ulhe Lheu, air laut tak tampak surut. Sedikit lebih tenang, namun tetap was-was.

Jemput anak-anak, bawa ke mata'ie lewat lambada. Padat luar biasa. Karena semua orang hanya ke satu tujuan yang sama. Sampai simpang dodi, sudah banyak polisi mengarahkan ke mata'ie-lambaro, jalan arah seutui-kota mulai ditutup. Mulai tambah cemas, 'Ibu dan adik saya sudah sampai mana? Sudah di mata'ie belum ya?'

sampai di simpang 3 lampu merah keutapang, makin cemas. Sepeda motor diarahkan polisi ke mata'ie, mobil diarahkan lurus ke lambaro-airport.

Satu jam-an kemudian baru sampai pemancar TVRI Mata'ie. Teman dan anak-anak turun tempat saudara. Saya bergegas ke tempat kakak.

Lewat toko kakak,tutup. Naik terus ke atas mata'ie, rumahnya kosong. Panik. Rasanya ingin menangis. Pada dimana mereka? T_T

Segera saya putar haluan. Saya harus pulang! Apalagi orang di mata'ie ada yang bilang mau ke bandara. Rasanya mau nangis saja mendengarnya.

Kembali melawan arus. Orang-orang ke Mata'ie, saya ke arah kota. Sendirian. Dengan memikul tas cukup berat. Sepanjang jalan, beberapa kali ditanya 'mengapa balik,dik?'
'jangan dulu, tinggal saja di sini dulu'

'mau jemput ibu dan adik' jawab saya selalu.

Sempat bercakap dengan seorang bapak saat terhenti sejenak. Dengan mata berkaca, bapak itu menyampaikan bahwa beliau juga tak bisa menjemput anaknya di Jambo Tape. Sedih, bapak itu juga nyaris menangis..:'( Rumah saya kosong. Daerah rumah saya sudah sepi banget. Nobody home. Tak ada tempat saya bertanya, di mana ibu dan adik saya. Luar biasa cemas. Airmata sudah berdesak-desakan hendak keluar. Ponsel nyaris mati lowbatt. Yang bisa connect malah jaringan internet, tapi untuk menelepon dan sms nggak bisa. Listrik mati.

Akhirnya saya ke Lampeunerut, tempat kakak sepupu saya. Ternyata ibu dan adik saya juga tidak ada. Kemana lagi saya harus mencari. Dimana mereka. Saya mulai tambah kacau perasaan.0
Saya pulang lagi, uda lemas. Alhamdulillah bertemu tetangga yang pulang. Katanya, ibu dan adik saya dibawa ke rumah di Mibo dengan keluarga om Budi. Alhamdulillah, lebih tenang rasanya hati saya.

Saya masuk rumah. Gelap. Lapar. Masak mie instan. Makan dalam gelap. Saat itu perasaan saya melow sekali. Terdengar suara helikopter mondar mandir memantau keadaan dari udara. Saya masukkan mukena, kaus kaki bersih,sikat gigi+odol, dan jaket dalam tas. Akhirnya, tertidur di sudut dinding ruang depan. Dan terbangun saat mendengar suara ibu dan adik saya. Alhamdulillah..malam ini saya masih berkesempatan bertemu mereka.

Pkl.22.00wib
Dalam gelapnya suasana malam tanpa listrik, pasca gempa, aroma 26 Desember 2004 silam masih tercium pekat. Tapi, langit malam ini sungguh sangat indah sekali. Begitu banyak bintang terang bertaburan memadati luasnya langit. Subhanallah.. :')

Doa..doa..doa.. *part 2

Berasa sudah lama banget nggak corat-coret notes. Doa..doa..doa.. part Dua, tapi ini berbeda jauh dengan part satunya. Yah, part satunya ditulis beberapa tahun silam, saat masih..masih..galau.. *halah.



Sungguh mukaddimah yang nggak penting, catatan ini juga nggak penting sih! :D



Selalu teringat kata-kata guru mengaji saya dulu, "Allah itu pasti akan mengabulkan doa kita, apa yang kita minta pasti diberi. Waktunya? bisa sekarang, bisa nanti, atau digantiNya dengan yang lebih baik."



Dan itu, absolutely benar. Saya pribadi merasakan kebenaran itu. Mulai dari hal-hal kecil aka sepele, mungkin. Hingga hal-hal besar yang saya minta dalam hidup saya. Yang dibisikkan "iseng" dalam hati, atau yang dipinta dengan sesungguh permohonan. Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan pinta hambaNya, yakinlah.



Saya itu, susah banget ingat jalan, sudah berkali-kali menyusuri jalan yang sama, masih tetap saja bisa nyasar. Terutama kalau masuk komplek perumahan atau jalan yang banyak lorong-gang nya, bisa masuk, jarang bisa keluar. Berasa bingung dalam labirin. Disaat-saat bingung, saya suka bertanya-tanya dalam hati "Ya Allah, lewat kiri atau kanan ya? bantu saya melajukan kendaraan saya ke jalan yang benar ya Allah, semoga saya nggak telat, semoga saya nggak semakin nyasar, atau semoga saya bertemu orang yang dapat menunjukkan jalan, dst"



Dan Allah selalu membantu saya,

Saya bertemu orang yang saya kenal, atau Allah kuatkan felling saya melajukan kendaraan saya menuju jalan keluar, atau Allah ingatkan saya pada tanda jalan (bangunan, pohon atau palang jalan) yang saya ingat, hingga saya selamat sampai tujuan. Ini berarti sekali buat saya yang terkenal telatnya.



Lewat depan rumah makan, mencium harumnya aroma ayam bakar, dan saya sedang tak punya uang,

"Ya Allah, ingin sekali makan ayam"

Dan, esok siangnya saya ditraktir makan ayam bakar dengan seorang sahabat. Subhanallah.. :')



Di saat saya benar-benar dalam keadaan terjepit, disaat saya benar-benar bingung, gelisah, dan mulai dong..dong.. "Ya Allah, bagaimana ini?" dan tak lama, Allah beri solusinya di jam yang sama atau di hari yang sama. Subhanallah, sungguh pertolongaNya selalu berarti bagi saya.. :')



Atau ketika saya merasa tak ada yang dapat saya lakukan lagi untuk merubah suatu keadaan, saat air mata sudah berdesak-desakan hendak keluar, Allah selalu hadir dengan segala kemudahannya, dengan cara tak tak terduga oleh saya, Allahu Akbar..



"Ya Allah, jadikanlah rasa syukur menjadi bagian dari rezeki saya.." pinta saya kerapkalii.



di suatu ketika, saya melihat orang yang tidak saya kenal, "Ya Allah, saya ingin berkenalan dengannya"

beberapa hari kemudian, di tempat, waktu, dan moment yang unpredictable (halah), sering Allah pertemukan dengan orang yang mungkin terbesit dipikiran dan hati saya ingin mengenalnya, hingga berkenalanlah kami, beberapa diantaranya Alhamdulillah, Allah jadikan sahabat berbagi indahnya hidup.. :')



Pernah pula, berakhir setahun yang lalu. Lebih dari seribu malam tanpa jeda saya meminta satu hal yang sama pada Allah.. hanya satu hal itu saja yang saya ulang-ulang siang-malam dan di kala hujan. Untuk hal yang satu itu, saya meminta demikian spesifik, detail, jelas, lengkap. Hingga 3 tahun lebih berlalu yang kunjung menuai harapan. Kemudian saya mencoba menyadarkan diri, mungkin yang saya minta bukan sesuatu yang baik untuk saya, mungkin yang saya minta kelak akan membawa kemudharatan bagi saya. Dan saya pun berhenti berharap.



"Ya Allah, saya berserah diri padaMu, berilah saya yang terbaik menurutMu. Yang terbaik bagi saya, bagi keluarga saya, bagi agama saya, bagi keturunan-keturunan saya, bagi hari depan saya. Jangan beri yang terbaik menurut pandangan saya, namun berilah yang terbaik menurutMu, sesungguhnya hanya Engkau yang Maha Mengetahui."



Dan,

Tepat sebulan yang lalu, di saat saya sudah melupakan dan tak menginginkannya lagi, doa yang saya panjatkan lebih dari 1000 malam yang berakhir setahun silam itu, Allah berikan. Persis seperti yang saya pinta. Lengkap dengan detail-detail yang sama. Sedikitpun tak berbeda. Membuat saya tergugu tak henti. "Ya Allah, benarkah ini yang terbaik bagi saya menurutMU? Jangan kabulkan pinta saya, jika ini hanya yang terbaik menurut ingin dan pandangan saya, beri saya yang terbaik MenurutMU."



Seringpula, saya yang pundungan dan kolokan ini suka tiba-tiba sensitif nggak jelas, nggak sabaran, dan nggak mau ngalah, meski dengan anak-anak sekalipun (haduh).



Misalnya gini..gini..



saya tuh punya benda yang saya buat dengan sepenuh jiwa dan raga (lebay). Susah payah, butuh waktu lama mengerahkan seluruh daya dan upaya saya untuk hasil maksimal seperti yang saya rencanakan, dan pastinya sangat saya sukai. Kemudian tiba-tiba, ada anak-anak yang memegangnya dengan khas anak-anak (kurang lembut maksudnya), HHHHH..NOOOOO..NGGA RELAAA.. :nangis



Kalau dulu, saya bisa langsung mengambil kembali sambil jelas, tegas mengatakan NO!



Kalau sekarang, berusaha menahan napas, memandang miris meski ingin menangis.. "Ya Allah, jadikanlah sabar menjadi bagian dari rezeki saya" sembari berpikir manis, "Ok, tenang sa, kamu kan bisa bikin lagi?" :senyum

*hihi, kok saya rasanya makin lebay ya? mungkin ke-lebay-an juga bagian dari rezeki saya.. :D



Bagi saya, apapun itu yang Allah berikan untuk saya adalah rezeki saya. Mata yang masih dapat melihat dengan jelas, pendengaran yang masih baik, tangan dan kaki yang berfungsi optimal, nafas yang lancar, keluarga, teman-teman, setiap kejadian, semuanya..semuanya.. semoga sabar dan syukur, semoga Allah tetapkan menjadi bagian dari rezeki saya pula.. :')



Dengan semua yang Allah berikan, kerapkali saya malu untuk meminta banyak hal, meminta terlalu sering.. tapi ternyata, saya tak pernah bisa berhenti untuk tak meminta padaNya. Apalagi kalau saya ingat, saya masih sering lalai, saya masih sering malesan beribadah padaNya, saya masih saja menunda waktu, padahal muadzin sudah mengingatkan jadwal meeting saya denganNya :malu :'(



Saya juga sekarang lebih hati-hati dalam berdoa, nggak berani minta "asal-asalan" lagi T_T

Misalnya ketika saya ada janji dengan teman mau kemana gitu, tapi saya malas keluar rumah, ntah karena cuaca yang panas, dan seabrek alasan lain yang sebenarnya nggak penting.

"Ya Allah, saya malas sekali keluar hari ini, semoga teman saya memaklum, tapi alasan apa yang harus saya beri?"

Alhasil, tak lama kemudian bisa jadi saya diare sampai lemas, pusing, atau sesuatu yang membuat saya memang harus benar-benar di rumah, hingga teman saya pun menjadi maklum.. (_ _!)



Allah sesuai prasangkan hambaNya.

Allah tak pernah mengabaikan pinta hambaNya, meski itu hanya tersirat sesaat..apalagi yang dipinta dengan kesungguhan hati. So, jangan pernah meragukan kepastian JanjiNYA.. :')



Oya, perkataan juga bagian dari doa, biasakanlah berkata yang baik, jangan sampai kita menyesal saat Allah mengabulkan perkataan buruk kita, yang mungkin tak sengaja kita lontarkan karena kesal, emosi.. take care!





Bingung mau nulis apa lagi, kok ini tulisan nggak jelas gini maksudnya apa ya? T_T


baca juga
Doa, dan...Doa..

(Seperti) Surel untuk Mba Siti..

Dear, mba Siti..

Barakallah fii umruki, semoga barakah usia,bahagia dunia akhirat.. :)



Mba Siti,

Mba Siti tahu nggak, Sa tuh sayaaaaang..banget dengan mba Siti, dengan Zaky, juga Ibu. Love..love..love..loveee.. :)



Kita bercanda, kita tertawa, kita berbagi apa yang bernama suka.

Tak hanya itu, kita juga berbagi duka. Ya,anggaplah duka saat airmata berdesak-desak keluar karena suatu sebab.



Tapi tahukah mba,

saat pertama kali melihat mba menangis dulu,

rasanya sa sediiih banget..sa sampai nggak tahu harus mengatakan atau berbuat apa. Sa bingung. Ingin rasanya mengusap airmata mba Siti, menghibur dengan kata-kata yang dapat menenangkan. Namun entah mengapa yang ada lidah menjadi demikian kelu, laku pun menjadi kaku. Maaf.. :'(



Terekam jelas dalam ingatan sa, setiap kalimat dari mba Siti saat Sa down, saat Sa merasa tak berarti, saat Sa merasa begitu kecil di antara luasnya kenyataan.. Mba Siti menguatkan. Mba Siti tidak meninggalkan Sa.. Semua itu berarti sekali bagi Sa, mba.. :')



Atau,

Ingatkah saat kita naik banana boat?

Saat merendamkan kaki dalam dinginnya air di irigasi?

Jalan-jalan ke toko buku?

Atau sekedar berbagi cerita dan canda saat berkumpul seru?

Selalu mencintai saat-saat itu.. :)





Mba Siti di mata Sa adalah sosok luar biasa. Tegar,kuat, meski suatu kali kita perlu menangis untuk mengungkapkan segala rasa. Mba Siti juga ibu yang hebat bagi Zaky.. :)



Kebahagiaan atasmu selalu pintaku padaNYA, semoga cinta ini tak hanya berlabuh dalam ikatan ukhwah di dunia, namun juga berkekalan hingga di JannahNYA. Allahumma Amin..



Mencintaimu seperti mencintai Surga, dan karenaNYA tentunya.. :')



Mungkin, Sa memang bukan yang terismewa,namun mencintai mba Siti adalah keistimewaan bagi Sa.. :)



yang nyayangi mba Siti,



Sarah :)

Inventaris Buku (lagi)

Berhubung Bukunya banyak yang tercecer dan lupa pernah punya buku..ntah karena lupa dicatat atau sebab lainnya, jadinya inventaris buku (lagi).. Ternyata buku seriusnya (tetap masih) dikit banget,,,T_T



Anak

1. Seri Siraah Shahabiyah For Kids (Balita) : 18 Jilid

a. Umar Bin Khatab

b. Mushab Bin Umair

c. Ali Bin Abi Thalib

d. Abu Dzar Al Ghifari

e. Ammar Bin Yasir

f. Abdullah Bin Rawahah

g. Salman Al Farisi

h. Abu Bakar Ash Shiddiq

i. Khalid Bin Walid

j. Mu’adz Bin Jabal

k. Amri Bin Ash

l. Abdurrahman Bin Auf

m. Hamzah Bin Abdul Muthalib

n. Sa’ad Bin Abi Waqqash

o. Utsman Bin Affan

p. Zubair Bin Awwam

q. Abdulllah Bin Ummi Maktum



2. Seri Sali Dan Saliha : 12 Jilid

a. Subhanallah, Allah menciptakan Bulan

b. Subhanallah, Allah menciptakan Kabut

c. Subhanallah, Manusia Bisa Membuat Garam

d. Subhanallah, Manusia Bisa Membuat Gelas

e. Subhanallah, Manusia Bisa Membuat Sendok dan Garpu

f. Subhanallah, Manusia Bisa Membuat Pensil

g. Subhanallah, Manusia Bisa Membuat Sabun

h. Subhanallah, Manusia Bisa Membuat Tahu

i. Subhanallah, Manusia Bisa Membuat Piring

j. Alhamdulillah, Aku Punya Darah

k. Alhamdulillah, Aku Punya Leher

l. Alhamdulillah, Aku Punya Kuku



3. Seri Panca Indera For Kids

a. Sense of Hearing : Telinga/Ear

b. Sense of Smell : Hidung/ Nose

c. Sense of Sight : Mata/ Eyes

d. Sense of Touch : Kulit/ Skin

e. Sense of Tongue : Lidah/ Tongue



4. Pelangi Hadist For Kids ( Banyak yang hilang, tinggal 3 buku :nangis)

a. Aku Senang Silahturrahim

b. Aku Senang Bersedekah

c. Aku Senang Menyebarkan Salam



5. Mengenal Asmaul Husna Lewat Dongeng : Islamic Princess (Banyak yang hilang juga T_T)

a. Princess Shamadina dan Tiara Ratu

b. Cita-cita Princess Waaritsya

c. Princess Haqqiya dan Guci Kesayangan Ratu

d. Princess Wahhabidah dan Keajaiban Bunga Lotus.



6. Seri Kalimat Thoyyibah For Kids (Sisa satu buku doang yang ada di rumah T_T)

a. I Can Say Masya Allah

b. I Can Say Insya Allah

c. I Can Say Alhamdulillah

d. I Can Say Salam

e. I Can Say Bismillah

f. I Can Say Subhanallah





7. Serial Cerita Dunia

a. Cinderela

b. Pangeran Katak dan Teka Teki Naga



8. ESQ Series for Kids : for 3-6 years

a. The 4 Magic Words

b. When Nino Was Sick

c. A Special Gift

d. I Miss My Dad



9. Kisah 25 Nabi dan Rasul for Kids

10. Juz ‘Amma for Kid

11. Aku dan Hobbiku : Hai.. Aku Suka Menari

12. Seri Akhlak for Kids : Oni dan Semut Hitam

13. Kenapa Halal, Kenapa Haram For Kids

14. Edutivity for Kids : Dot to Dot

15. Mahir Berbahasa Inggris for Kids

16. Puzzle Book : My Activity

17. Puzzle Book : Islamic Princess

18. Puzzle Book : Hidup Sehat

19. Kisah – kisah Moral : Merajut Cinta Ibu dan Ananda

20. Dongeng Jerman : Pertolongan Rumpelstiskin

21. Brainy Baby : Laugh and Learn

22. Seri Mewarnai : Marie Si Kucing Manis

23. Seri Mewarnai : Mengenal Alam

24. Seri Cerdas Tangkas for Kids : Gurun Sahara

25. Meningkatkan IQ Anak, 3-6 tahun

26. Super Test IQ, 3-6 tahun

27. Cerdas Matematika TK

28. Mengenal Warna, Bentuk, Ukuran, Tempat for Kids

29. Metode Cepat Calistung, 4-6 tahun

30. Mahir matematika TK

31. Jarimatika seri 1 dan 2 (Septi Peni Wulandari)

32. Kumpulan Soal Latihan Masuk SD

33. 101 Games Cerdas dan Kreatif for Kids

34. A-Z Mendidik Secara Cerdik (Ratna Ningrum. Oase Books Education)

35. 30 Dongeng Matematika. Cara Lain Mengajar Pada Anak (Kak Iwan)

36. Hebatnya Rasulullah



Remaja

37. Seri Pengembangan Pribadi Remaja (Izzatul Jannah)

a. Be New You! Jurus Biar Ga Jadi Jutek

b. Kado Buat Sahabat

c. Bertualang ke Zona Pembelajar, The Way To Success

d. Easy Going No Way!, Bikin Hidupmu Lebih Terencana

e. Duka Lara Cinta, Pendidikan Seks Buat Remaja

f. Remaja Bicara Cinta



38. Ketika Harus Jatuh Cinta (Prembayun Miji Lestari. Edukasi Remaja)

39. 7 Kebiasaan Indah yang Membuat Hidup Jadi Mudah ( Afifah Afra Amatullah)

40. Buku Pintar Seputar Kesehatan Remaja : Hidup Sehat Bikin Lebih Pe de



Inspiratif, Pernikahan, Keluarga

Salim A Fillah

41. Barakallah, Bahagianya Merayakan Cinta

42. Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim

43. Jalan Cinta Para Pejuang

44. Dalam Dekapan Ukhwah (Hayoo, Siapakah gerangan yang belum mengembalikan?)

45. Agar Bidadari Cemburu Padamu

Asma Nadia

46. Miss Right, Where R U?

47. Ketika ‘Aa’ Menikah Lagi

48. Jangan Jadi Muslimah Nyebelin

49. La Tahzan, Cinta Tak Pernah Menyerah : The Real Dezperate Housewives

50. La Tahzan for Mother

51. La Tahzan for Broken Hearted Muslimah

52. Catatan Hati Seorang Istri

53. New Catatan Hati Seorang Istri

54. Catatan Hati di Setiap Sujudku

55. Karenamu Aku Cemburu

56. Kisah-kisah Dari Negeri Pengantin

57. Muhasabah Cinta Seorang Istri

58. Catatan Hati Bunda

59. Sakinah Bersamamu

60. Ketika Penulis Bicara Cinta

61. Jilbab Traveller

Ifa Avianty dan Irfan Hidayatullah

62. My Husband My Prince (Ifa Avianty)

63. My Wife My Princess (Irvan Hidayatullah)

64. Anakku Sahabatku (Ifa Avianty)

65. Madu-madu Pernikahan (Ifa Avianty)



66. Di Jalan Dakwah Aku Menikah (Cahyadi Takariawan)

67. Keluarga Qur’ani (Dedhi Suharto)

68. Nikah itu Tak Mudah (Afifah Afra Amatullah)

69. Bila Pernikahan Tak Seindah Impian (M.Albani)

70. Kolom Ayah : Biarkan Kuncupnya Mekar Menjadi Bunga (Anis Matta)

71. La Tahzan for Single Mother (Sylvia L’Namira)

72. La Tahzan for Working Mothers (Izzatul Jannah,dkk)

73. Rival-Rival Istri (Sinta Yudisia)

74. Edu Moms : Menantu dan Mertua Bersahabat (Nurhayati Pujiastuti)

75. Diary Dodol Seorang Isteri ( Beby Haryanti Dewi)

76. Karena Cinta Harus Diupayakan (Izzatul Jannah)

77. Risalah Cinta Untukmu (Helvy Tiana Rosa)

78. How to be a True Moslem Girl ( Deasylawati)

79. Jadi Jomblo Paling Bahagia (Shafira)

80. Kiat Menjadi Wanita Paling Bahagia Dunia Akhirat (Dr.’Aidh Al-Qarni)

81. Kumpulan Nama Bayi Islami

82. Mengajarkan Al-Qur’an Pada Anak (DR. Sa’ad Riyadh)

83. Saudara kandung, mendorong Anak Untuk Bersahabat (DR. Richard C.Woolfson)

84. Yang Terbaik untuk Buah Hatiku (Ratna Megawangi)

85. Doctor Kecil

86. Istimewakan Setiap Anak (Irawati IStadi)

87. Mendidik Anak Berdasarkan Golongan Darah (Toshitaka Nomi)



Agama

88. Bagaimana menjadi Pribadi Muslim yang Simpatik (Abu’Abdillah Faishol Al-Hasyidi)

89. Pesona Dua Ummul Mukminin : Khadijah dan Aisyah

90. Meminta dan Mencinta (Amru Khalid)

91. 40 Hadist Qudsi dan Dzikir (DR. ‘Aidh Al Qarni)

92. Teori Realitas Al Qur’an (H. Sri Hartono)

93. 41 Kunci Memahami Siraah Nabawiyah (DR.Munir Muhammad Al Ghadhban)

94. Gaya Hidup Sehat Rasulullah

95. Ayat-ayat Penyejuk Hati

96. Ilmu Fardhu’ain (DR.Sayyid Imam)

97. Aqidah Seorang Muslim ( Kelompok Study Islam Al-Ummah Jakarta.)

98. Perayaan natal 25 Desember, Antara Dogma dan Toleransi (Hj.Irena Handono)

99. Bersama 6 Mursyid’Am Ikhwanul Muslimin. (Khozin Abu Faqih,Lc)

100. Al Ikhwan Al Muslimin (Farid Nu’Man)

101. Gaya Hidup Sehat Menurut Agama Islam (Depkes)

102. SilsilH Hadis Shahih, Jilid 1 dan 2. (Muhammad Nashiruddin Albani)

103. 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Syurga

104. Kisah-kisah Islami yang Menggetarkan Hati (Hasan Zakaria)

105. Shalat an Amazing Easy Yoga ( Karima Burns,M.H.,N.D.,et al)

106. Praktis Belajar Bahasa Arab Jilid 1 dan 2

107. Tajwid Al Qur’anul Hakim

108. Revolusi Menghafal Al Qur'an

Fiqh Wanita

109. Muslimah Cantik : Aqidahnya Benar

110. Muslimah Cantik : Ibadahnya Benar

111. Ukhti Kudu Ngerti

112. Hukum-hukum Khusus Seputar Wanita

113. Sang Tamu Istimewa



Umum

114. Palestine, Emang Gue Pikirin (Shofwan Al Banna)

115. 100% Da’wah Keren (Shofwan Al Banna)

116. How to be like Hasan Al Banna

117. Shalahuddin Al Ayyubi, Sang Pembebas Al Aqsa

118. Mada Taklim Program Tekad

119. Rich Woman (Kim Kiyosaki)

120. Kaiwa Nihon Go No Nyumon

121. Hogwards School : Harry Potter

122. Mewujudkan Monumen Islam Asia Tenggara

123. Memahami Untuk Membasmi (KPK)

124. Lakukan Gaya Hidup Sehat Mulai dari Sekarang (Depkes)

125. Nihon Go No Kanyoo Na Hyoogen

126. Be Positive Be Happy (Iwan Januar)

127. Buku Pegangan dan Petunjuk Untuk Para Guru (David & Joyce Djaelani Gordon)

128. Lelaki Pendek, Hitam dan Lebih Jelek dari Untanya

129. Einstein aja Ga Tau!

130. Super Health (Egha Zainur Ramdhani)



Resep Dan Kreativitas

131. Pasta Panggang

132. Kue-kue Replika

133. Kreasi Kertas Nuansa Hari Istimewa

134. Sulaman

135. Pernak-Pernik dari Anyaman Tali Cord

136. Cara Kreatif Membungkus Kado



Novel dan Kumcer

Dee

137. Recto Verso

138. Perahu Kertas

Tere Liye

139. Bidadari-bidadari Surga

140. Rembulan Tenggelam di Wajahmu

141. Moga Bunda Disayang Allah

142. Hafalan Sholat Delisa

143. Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

144. Ayahku (Bukan) Pembohong

A. Fuadi

145. Negeri 5 Menara

146. Ranah 3 Warna

Habiburrahman El Shirazi

147. Ayat-ayat Cinta

148. Bumi Cinta

R.h Fitriadi

149. The Gate of Heaven

150. Marwah di Ujung Bara

Andrea Hirata

151. Padang Bulan

152. Maryamah Karpov

Kumcer

153. Maryam mah Kapok (Asma Nadia, dkk)

154. Absolutely Kribo (Dewi ‘Dedew” Rieka)

155. Putri Malu-maluin Sejagat (Beby Haryanti Dewi)

156. Sayembara Mencari Cinta (Deasylawati P)

157. Kejarlah Daku Kau Kuangkot (Boim Lebon)

158. Gado-Gado, Dokter Muda Serba Salah (Ferdiriva Hamzah)

159. Gado-Gado, Catatan Dodol Calon Dokter (Ferdiriva Hamzah)

160. Serial Elang : Seratus Bunga Mawar untuk Mr. Valentine ( Afifah Afra Amatullah)

161. Serial Elang : Cinta Gaya Britney (Afifah Afra Amatullah)

162. Serial Elang : Elang Selebritis ( Afifah Afra Amatullah)

163. Bidadari di El Rizal (Diana Roswita)

164. Luka Telah Menyapa Cinta (Antologi Milad FLP ke-5)

165. Terpinang Cinta (Afifah Afra Amatullah)

166. Rumah Matahari Terbit (Antologi FLP Aceh)

167. Kerdam Cinta Palestina (FLP Se-Sumatera)

168. Serenade Biru Dinda (Asma Nadia)

169. Mempelai Tanpa Pengantin (Sinta Yudisia dan Fahri Asiza)

170. 17 Tahun! (Leyla Imtichanah)

171. Rumah Cahaya (Leyla Imtichanah)

172. Ngebet Nikah (Gusrianto)

173. Cinta Ya Cinta (FLP)

174. Mawar-Mawar Adzkiya (Afifah Afra Amatullah)

175. Suci (Diana Roswita)

176. Biarkan Aku Memulai (Nurul F Huda)

177. Puri Kurcaci (Dian Sasmita Fajri)

178. The Kitchen’s King (Lina Lidia)

179. Bukan Sebuah Metafora (Muhammad Nurcholis, dkk)

180. Series Double Ef Team : Story At Party

181. Series Double Ef Team : Story At House

182. Series Double Ef Team : Story At Jogjakarta

183. Series Double Ef Team : Story At School

184. Series Double Ef Team : Story At Store

185. Series Double La Tansa : Parcel Mini

186. Series Double La Tansa : Male Cafe

187. Series Aisyah Putri : Operasi Milenia

188. Series Aisyah Putri : Chat Online

189. Series Aisyah Putri : Mr. Penyair

190. Junior Chef : Panser Little Cobic

191. KKPK : Permen-permen Cinta Untukmu (Faiz)

192. KKPK : Suara Hati Dewa

193. KKPK : Ibuku Chayank, Muach! (Izzati)

194. KKPK : My Culinery Journey

195. KKPK : Candy (Putri Salsa)

196. KKPK : …….. (ada 3 buku yang dipinjam, lupa judulnya)

197. Fariz dan Haji Obet

198. Detective Conan Seri 1-56



Ehem..ehem..mungkin beberapa bulan ke depan, beberapa buku di perpustakaan mini sa akan dilelang.. ^_^

corat coret..

Beberapa hari yang lalu, saya bertemu sahabat saya. Kami bercerita banyak hal. Tentang masa-masa sekolah dulu, hingga persiapan pernikahannya yang tinggal menghitung hari. Ya,kami adalah sahabat sejak masih berseragam dulu. Sejak tujuh tahun yang lalu.

Pada satu bagian pembicaraan, berkali-kali saya mengangguk pada uraian kalimatnya. Karena mungkin, demikianlah yang pernah saya rasakan dulu.

Dulu, ketika ada waktu dimana saya pernah gagal menyemai asa. Ketika yang tertuai, hakikahnya bukan rasa bernama kecewa. Namun ia adalah kesedihan. Kesedihan merasa belum dipercaya. Belum dipercaya untuk menjadi seorang istri. Pendamping, pasangan bagi seseorang, di usia yang nyaris menyentuh seperempat abad.

Hari-hari setelahnya, Allah bukakan tabir hikmah bagi saya, seolah IA menjelaskan 'inilah alasan AKU belum menjadikanmu sebagai pasangan atas diri seseorang'

Terus berjalan waktu, berlari, dan saya berusaha untuk terus mengejarnya, melewati berbagai cerita dengan banyak pelajaran dan hikmah. Allah pertemukan saya dengan banyak orang-orang baru,yang membuat saya tak sekedar belajar, tapi juga bercermin.

Belajar. Belajar lebih nyata, betapa menjadi seorang istri tak selalu indah seperti yang tertera dalam kisah-kisah romantis after married, jika masih ada jiwa bebas dan lepas dalam diri.

Melihat lebih dekat dan kemudian mencoba belajar, menjadi sosok yang bergelar IBU tak sesederhana yang sering terlihat kasat mata..

Mungkin melulu berbicara betapa bahagianya saat-saat mereka bayi. Adalah canda riang pada masa-masa anak mulai belajar jalan,berbicara. Dan kesibukan mulai terasa ketika mereka telah masuk usia sekolah. Kelas 1,2, atau kelas 3 Sekolah Dasar.

Namun, saat mendengar kemudian menghadapi para buah hati ayah bunda pada fase-fase pubertas, masa-masa mencari jati diri, mulai tumbuh sikap 'berontak' bahkan membangkang, pada sosok -sosok pencari jati diri itu, saya sampai tercenung, mampukah saya?

Ternyata menghadapi keseharian para ababil aka abege labil, saat-saat SD kelas 6, SMP, SMA, tak se-simple yang tampak dari satu atau dua kali pertemuan dalam sepekan.

Hebatnya, Allah menghadirkan pada saya contoh sikap seorang ibu (melalui beberapa orang ibu) yang berbeda-beda saat menghadapi masa-masa transisi fase remaja itu, melalui berbagai cerita dan tontonan 'siaran langsung'.

Seperti Allah menunjukkan berbagai alternative sikap atas tingkah-tingkah anak. Menyiratkan, mana yang baik, terbaik, atau bahkan tidak baik jika diterapkan pada anak.

Dan lagi, saya bercermin. Mengingat-ingat diri saya yang masih sering kolokan, kadang pundungan meski frekuensinya sudah jauh berkurang. Saya yang masih keras kepala dan mungkin masih suka egois. Mampukah saya? Menjadi seorang istri, menantu, ipar yang baik bagi suami, mertua dan saudara-saudara suami saya kelak? Yang dicintai dan mencintai mereka.. Menjadi seorang ibu sekaligus sahabat bagi anak-anak saya kelak, mendidik mereka agar tak salah arah, mampukah saya?

Tercenung. Ada keraguan menelusup dalam hati saya.Tergugu menyadari betapa saya mungkin memang belum pantas atas amanah besar tersebut.

Terisak menyadari keegoisan diri. Dan, jika saat ini adalah kesedihan yang sama yang harus saya hadapi, Insya Allah,saya lebih siap.

Senin, 20 Februari 2012

Teruntuk : Warna paling terang dalam hidupku

Bismillahirrahmanirrahiim

Ba'da tahmid wa shalawat



Assalamu'alaykum, akhi Ferli..ups! Ukhtie Risma..



Dear, Risma

Tahun ini sa senang sekali, karena ini tahun kabisat. Artinya, akan ada hari lahirmu di tahun ini. Akankah ada syukuran seperti empat tahun yang lalu? ;)



Beberapa hari lagi dirimu akan menginjak usia yang sama denganku, Barakallah ya,ukht.. :)



Beberapa hari ini aku sering memikirkan, hadiah apa yang akan kuberikan untukmu di tahun ini. Akankah Black Forest bermandikan coklat tebal? Atau.. :think



Ah, apapun itu ukht, nantilah kupikirkan lagi, toh masih ada waktuku delapan hari lagi untuk memikirkannya.. ;D



Risma,

Mungkin memang agak melow(drama) walaupun tak sedramatis film-film korea yang sering dirimu tonton, tapi yakinlah susunan kalimat setelah ini bukan lebay, dan plis jangan menganggap ini sebuah kelebay-an. This is from the bottom of my heart, just for you.. #bletak



Okey, karena mukaddimahnya mulai menjurus jadi panjang, sa mulai saja.. *sedia notes, pen, stabillo :nyimak



Risma,



Hmm, Risma bagi sa adalah satu satu warna paling terang dalam hidup sa. Pastinya bukan hanya bagi sa, namun bagi teman-teman yang lain pula.



Bersama Risma, kebersamaan adalah keceriaan, penuh canda, tawa, cela (ups!). Selalu ada kelucuan-kelucuan dari dan untuk Risma. Bahkan terkadang, hanya dengan mengingat Risma, sa bisa tersenyum sampai tertawa sendiri (jadi berasa kayak pasien kakap ujung :no *ngebayangin monyet di gtalk).



Kalau dekat Risma, yang awalnya murung, manyun, pusing, mual, mules (halah), secara sim salabim langsung cling...cling..berubah jadi senyum, tawa, ceria, semangat, rasanya semua "setan-setan" yang berseliweran di kepala langsung wush..wush..hilang entah kemana.



Masih terekam jelas, setahunan lalu, saat sa bela-belain menghampiri risma dengan nangis-nangis bombai (ish, buka aib sendiri). Awalnya sih ekspresi Risma mendukung, kata-katanya penuh simpati. Namun..saat cerita sudah di penghujung waktu, mulai mimiknya berubah lucu, kata-katanya mengundang tawa. Pfhh..ga berasa lagi kalau sebelumnnya sembilu baru teriris-iris jutaan pisau (okey, ini lebay). Di jalan, sa senyum-senyum sendiri, hingga kemudian menyadari "eh, tadi kan sa cerita sedih, kenapa kayak jadi habis cerita lucu?" toeng.. But, Jazakillah khair, ukh.."masalah" itu terasa plong dan berakhir saat itu juga.. :)



Risma yang suka kodok,

"Emang kenapa kalau aku suka kodok?" ingin langsung tergelak sa saat membaca status Risma kala itu.



"Aaaargh, rasanya mau lompat aja dari lantai 2" tulis risma lain waktu.

"Jangan Risma, sayang lantainya" dan berbagai comment lain yang mengundang senyum.



Dan yang terbaru,

Mama...mama.. mama ini, mama itu..selama nyaris tiga jam kita di "hutan" itu (maaf, Risma..sa ketik ini sambil tertawa mengingat kejadian itu). Percaya ga, si pemanggil Mama kemarin begitu khawatir kalau Risma marah, berkali-kali ia tanyakan pada kami, "Dia marah ya?" :)



Risma,

ingatkah cerita tentang seorang anak dengan pribadi jempolan yang sa ceritakan lalu?

Saat pertama kali sa mendengar cerita itu, yang tertangkap ingatan sa adalah sosok Risma.

Risma yang baik, risma yang humoris, risma yang ceria, risma yang tak mudah marah, risma yang cepat memaafkan, risma yang optimis, risma yang paling cepat dalam membantu siapa saja, risma..risma...risma...



Risma sangat menyenangkan, tak setiap pribadi dapat menjadi seasik risma, seakan emosi dapat selalu stabil meski dalam amarah dan kegeraman yang dirasa. Bagi sa, Risma adalah salah satu warna paling terang dalam hidup sa.. Ana Uhibbuki Fillah.. Semoga Allah pertemukan kita sebagai sahabat di JannahNya.. :)





Yang menyayangi Risma,



Sarah

Minggu, 19 Februari 2012

Siap Berprestasi Hingga Usia Senja

Kebanggaan bukanlah kebanggaan
Karena cahaya itu akan redup
Kecuali cahaya yang bersinar
Meninggikan kalimah-Nya

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Setelah selesai mengisi suatu acara Muslimah di sebuah masjid agung di suatu kota 2 tahun yang lalu...

Tiba-tiba... ada seorang wanita separuh baya datang menghampiri saya... lalu berkata:
“Saudariku... bisakah kita berbincang-bincang sebentar?”

Dengan senang hati saya jawab
“Alhamdulillah... saya senang bu, mari...”

Seorang ibu itu pun langsung memulai pembicaraannya, sambil... tersedu-sedu dan mata berkaca-kaca:
“Saya seorang ibu dari 8 anak, suami saya meninggal 5 tahun silam... Dengan usia saya yang semakin senja, masih bisakah saya berprestasi? Saya malu... di usia senja saya belum berprestasi. Saya tidak mempunyai kemampuan apa-apa selain menjadi ibu rumah tangga saja... Lingkungan saya pun sepertinya tidak mendukung saya mengembangkan diri... karena bukan lingkungan Islami...”

Rasa terharu menyelimuti... tak kuasa melihat mata beliau yang berbinar... terhias ketegaran...

Lalu... saya menghangatkan suasana... dengan memegang tangan beliau, sambil menjawab pertanyaannya:
Ibu yang disayangi Allah...
‘BERPRESTASI’ milik kita bersama, bukan hanya milik kaula muda yang masih bersekolah saja. Esensi atau hakikat ‘BERPRESTASI’ adalah SEJAUH MANA KITA MAMPU BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN...???!!

... Seandainya kita punya harta, maka sejauhmana kita mampu memanfaatkan harta kita demi kepentingan diri, keluarga, dan orang lain.
... Seandainya kita mempunyai anak, maka sejauhmana kita mampu menjadikan dan mendidik anak-anak supaya dapat bermanfaat bagi orang lain.
... Seandainya kita mempunyai ilmu, maka sejauh mana kita mampu menjadikan ilmu itu ‘BERNILAI’ atau bermanfaat bagi orang lain, meskipun yang kita ketahui hanya sedikit.

“Saya hanya bisa masak saja saudariku...” ujar beliau...

“Justru itu bagus bu...” saya tersenyum...
“Ibu yang disayangi Allah... Bukankah ibu bisa baca tulis Al-Qur’an? Bukankah ibu bisa masak? Semua itu bisa menjadi ‘MODAL’ untuk ‘BERPRESTASI’, apalagi ibu tinggal di lingkungan yang tidak Islami..., kalau ibu mampu... Ibu bisa masak tiap hari senin dan kamis untuk yang berbuka puasa sunat di mesjid lingkungan ibu... dan ibu pun bisa mengajarkan baca tulis Al-Qur’an pada anak-anak atau para muslimah di lingkungan ibu...”
“Naah... itulah ‘PRESTASI’ di sisi Allah... Orang yang mampu bermanfaat bagi orang lain...”

Lalu... Ibu itu pun memegang erat tangan saya sambil mengucapkan terima kasih... tersenyum bahagia... dan sepertinya beliau banyak ide yang cemerlang...
Rasanya... tidak begitu bagus kata-kata yang pernah saya sampaikan pada beliau, apalagi beliau jauh lebih berpengalaman daripada saya dalam mengarungi arus dan getirnya kehidupan... hmm... BELIAU SUNGGUH HEBAT... BELIAU BER-AZZAM KUAT... Orang yang bertanya ternyata jauh lebih hebat daripada orang yang ditanya...
KEINGINAN yang KUAT untuk merubah diri menjadi labih baik itulah yang menjadikan beliau menjadi SOSOK YANG HEBAT...

Subhanallah... Subhanallah... Allahu Akbar...
***
Dua tahun pun berlalu...
Beliau menjadi sosok wanita Muslimah yang sesungguhnya... Seorang Muslimah yang tangguh, meskipun berada pada lingkungan yang ‘semrawut’ dan ‘awam terhadap Islam’, beliau mampu bersinar dan menyulap lingkungannya menjadi lingkungan Islami... ALLAHU AKBAR...!!

Beliau mengurus ANAK YATIM PIATU di rumahnya...
Mendirikan PERPUSTAKAAN ISLAMI untuk anak-anak di sekitar daerahnya...
Mendirikan KUTTAB (Tempat Belajar Baca Tulis Al-Qur’an) dan Tahsin Qur’an...
Mendirikan Lembaga Pembinaan Kewirausahaan...
Tidak hanya itu... Beliau menjadi uswah bagi lingkungan di mana beliau tinggal, di usia senja... tapi tak henti-hentinya berusaha tahfizh Qur’an dan Hadits, beliau hafal beberapa juz dari Al-Qur’an, dan setengah dari kitab Bulughul Maram.
Beliau menjadi ustadzah... Pendidik sejati!!
Subhanallah...

Masih banyak kemampuan kita yang dapat kita lakukan untuk umat...
Lalu, SIAPKAH KITA HIDUP BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN...???
Inilah HAKIKAT PRESTASI...!!!
Subhanallah... Wallahu Akbar...

Ya Allah,
Jadikan harta kami yang sedikit menjadi manfaat,
Jadikan ilmu kami yang sedikit menjadi manfaat,
Jadikan potensi kami yang sedikit menjadi manfaat,
Teguhkan kami untuk berusaha bermanfaat bagi orang lain.
Aamiin Ya Allah Ya Rabbal ‘aalamiin

Sabtu, 21 Januari 2012

Faktanya, Soekarno-Hatta Sangat Jarang ke Masjid!

Berawal dari celotehan ponakan seorang kawan, “Om, tahu gak, siapa pahlawan masjid?” Si om sempat dibuat bingung dengan pertanyaan ponakan yang masih bocah itu. Saat kawan saya melontarkan pertanyaan yang sama pun, saya sempat bingung. Siapa, ya, pahlawan masjid? Mungkinkah itu ketua DKM, pengurus DKM, imam besar, ustad yang sering kasih pengajian, atau para jamaahnya. Setelah menyerah, si bocah menjawab innocent, “Ya, Pattimura, dong!” Haaa, saya langsung melongo (dengan ekspresi datar selama 10 detik). Hmmm, betul juga itu bocah, memang pahlawan yang sering “nongkrong” di masjid paling banyak biasanya Kapitan Pattimura yang berpose gagah dan berwibawa (meski lebih mendekati garang) dalam duit Rp1.000,- yang mendekam dalam kotak amal jariyah.



Kotak amal jariyah (dalam bahasa Sunda, disebut koropak) adalah salah satu “aksesori” wajib yang biasanya ditemukan di masjid-masjid, baik masjid kecil (langgar, mushala) hingga masjid raya sekalipun. Yaitu, tempat yang digunakan untuk “menampung” uang dari para jamaah masjid yang dermawan. Bentuk kotak amal jariyah, ya sesuai namanya–kotak–biasanya juga berupa kotak, meski ada juga yang dimodifikasi jadi berbagai bentuk, seperti bentuk kubah masjid, mobil-mobilan (dikira penitipan anak, kali, ya?), kotak beroda, bahkan ada juga yang bentuknya keranda jenazah. Mungkin, dengan demikian, orang akan lebih termotivasi untuk bersedekah mengingat dihadapkan pada keranda jenazah mini. Dan, yang paling penting, kotak amal jariyah harus memiliki lubang yang panjangnya sekitar 5 cm dan lebar yang hanya beberapa mili. Yang penting, uang koin dan kertas yang dilipat bisa masuk. Jangan terlalu lebar, apalagi sampai bisa dimasuki tangan. Bahaya!



Kotak amal jariyah selalu tersimpan dalam keadaan terkunci. Jika tidak dikunci, dikhawatirkan memancing tangan-tangan jahil untuk mencicipi kriminal. Kotak amal jariyah, ada yang disimpan secara permanen di satu posisi, misalnya di bagian depan pas pintu masuk atau di beberapa penjuru masjid. Ada pula kotak amal jariyah yang kemunculannya bersifat insidental, misalnya kotak amal jariyah yang biasa “keliling” saat shalat Jumat, saat pengajian, saat acara-acara PHBI, dan beberapa acara yang biasa diadakan masjid. Isinya? Tentu isinya adalah uang. Saya belum pernah menemukan kotak amal jariyah di masjid yang isinya selain dari uang, semisal permen, rokok, surat pengaduan, atau apapun yang bisa masuk lewat lubang keci. Uangnya pun beragam nominal, terdiri dari uang logam dan kertas.



Kebetulan, bapak saya adalah ketua DKM di salah satu masjid jami (tingkat dusun). Biasanya, selepas ibadah shalat Jumat setiap minggunya, beliau dan para pengurus suka “membongkar” kotak amal jariyah yang sudah keliling mulai shaf depan hingga shaf belakang. Biasanya, saat kotak amal jariyah melintasi shaf awal, akan berjalan lambat. Namun lama-lama, saat melintasi shaf ujung, kotak amal jariyah berjalan semakin cepat. Apalagi jika satu shaf diisi bocah SD, kotak bakal berjalan ngebut ekspress, sama sekali gak berhenti. Setelah dibongkar, maka akan keluarlah banyak “pahlawan” dari si Kotak Amal Jariyah itu. Meski perwajahan para pahlawan itu dalam kondisi yang berbeda-beda, ada yang masih mulus, ada sudah lusuh, kusut, kucek, bau mesin ATM atau bau tomat.



Jumat pekan lalu, iseng-iseng saya ikut nimbrung bapak “membelah” duren, ups, kotak amal jariyah. Ingin membuktikan, celotehan ponakan kawan saya di atas, benarkan Pattimura adalah pahlawan yang “rajin” ke masjid. Setelah dibuka, kotak terdiri dari uang kertas dan logam. Saya cuma memerhatikan para pengurus DKM menghitung. Alhasil, yang pertama tentu masih didominasi oleh Kapitan Pattimura, kedua Pangeran Antasari, ketiga Pangeran Diponegoro, keempat Sultan Mahmud Badarudin II, kelima Oto Iskandar Di Nata, dan … di posisi keenam, hanya ada seorang I Gusti Ngurah Rai. Hmmm, nampaknya masih ada yang kurang. Saya coba berpikir keras–seperti mengingat-ingat sesuatu–dan yaaa, saya sadar bahwa para punggawa negeri, sang Proklamator Soekarno-Hatta nampaknya tidak hadir pada Jumat kali itu.



Isi kotak amal sudah selesai dihitung. Meski hasilnya cukup besar dari segi angkanya, saya yang baru sekali itu ikut nimbrung “membongkar” kotak amal jariyah, kecewa karena founding father negeri ini ternyata tidak ikut shalat Jumat waktu itu. Ternyata, tidak ada yang jamaah yang berkenan memasukkan “Soekarno-Hatta” ke dalam kotak amal jariyah. Tapi, saya yakin itu bukan karena keengganan, melainkan “para pahlawan tersebut” sudah jarang dimiliki para tetangga saya, dan termasuk saya dan keluarga. Meskipun ada, tentu jadi barang langka. Saya saja melihat mereka nyelip di dompet saya sangat jarang. Dalam sebulan, paling ketemu beberapa kali dalam dompet dan dalam hitungan menit sudah bertukar pahlawan-pahlawan lainnya. Berbahagialah Anda yang sudah terbiasa “tinggal” bersama kedua pahlawan tersebut. Semoga jadi refleksi bagi semua.



P.S. Pesan khatib yang saya ingat dari shalat Jumat tadi siang.

Q.S. Al-Baqarah [2]: 254 “Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang lalim.”

Ayo, silakan pilih. Siapa pahlawan yang mau Anda masukan kotak amal jariyah! :)



"Pahlawan" manakah yang paling sering kita bawa ke mesjid? :)



sumber tulisan di atas : http://sosbud.kompasiana.com/2012/01/20/faktanya-soekarno-hatta-sangat-jarang-ke-masjid/

Bacalah hingga selesai..

Bismillahirrahmaanirrahiim

Ba'da tahmid wa shalawat



Bacalah hingga selesai. Dan hanya orang-orang yang Allah lembutkan hatinya dapat membaca hikmah dan pelajaran, semoga kita tak termasuk orang yang Allah keraskan, hitamkan, dan dijadikan hatinya berkarat, hingga ketika sudah tenggelam dalam dosa dan maksiat pun kita sedikitpun tidak menyadarinya. Tidak Allah tegur, karena mungkin karena Allah sudah "muak" dengan semua yang kita lakukan, dan Allah membiarkan kita terus terlena dengan dosa yang kita anggap "biasa". Naudzubillahi min dzalik.



Ini cerita tentang seorang anak remaja di zaman teknologi modern, sarat pergaulan masa kini.



Di sekolahnya, ia sangat dikenal dan terkenal sebagai seorang yang cerdas, sholihah, pintar bergaul, santun, dan segudang kelebihan lain. Perfect-lah.



Namun tak selalu demikian yang "tertunjuk" di rumahnya. Ibunya sangat sayang padanya. Nyaris seluruh kebutuhan dan keperluannya dipenuhi sang Ibunda. Seluruh pakaiannya sang ibundalah yang mencuci dan menyetrika bahkan hingga menyusun pakaian-pakaiannya ke dalam lemari sang Ibundalah yang mengerjakan. Ibunya yang memasak, mencuci piring bekas makan-minumnya. Bahkan bangun pagi-pagi meski kaki sakit karena Asam Urat dan Kolesterol ditambah gula darah yang kerapkali tinggi karena banyak pikiran atau terlalu lelah, HANYA untuk menyiapkan bekal sekolahnya di hari-hari ia pulang sore karena les untuk persiapan kelulusan sekolahnya. Di rumah, seluruhnya dikerjakan Ibunya. Si anak remaja ini tinggal terima beres saja.



Dengan semua "kenikmatan" yang dipersembahkan ibunya kepadanya, apa yang seharusnya ia lakukan pada ibunya?



Yang si anak remaja ini lakukan adalah..



- Ketika sang ibu makan di kamar, si anak remaja akan langsung BERANG dan MARAH MEMBENTAK-BENTAK IBUNYA.

"Mamak ni kalau makan jangan dikamar, keluar sana. Bikin bau saja. Ga tahan Adek"

atau di lain kesempatan ia mengatakan "BIKIN SUSAH SAJA" pada ibunya.



Dan sang Ibundapun harus mengikhlaskan seleranya dengan meminta tolong anaknya mengeluarkan piring makanannya dengan alasan masih panas, nanti saja makannya.



si kakak yang melihat ibunya makan sendirian di dapur, menangis.



Mungkin Allah lupakan ingatannya,hingga sedikitpun ia tidak ingat (atau TIDAK MAU mengingat).

Bagaimana susahnya ibunya MENGANDUNGNYA 9 bulan di saat usia sang ibu sudah TIDAK MUDA LAGI.

Bagaimana susah ibunya MELAHIRKANNYA, bersakit-sakit. di saat usia sang ibu sudah TIDAK MUDA LAGI.

Bagaimana susah ibunya harus BANGUN TENGAH MALAM karena tangisannya, disaat ibunya sudah TIDAK MUDA LAGI.

Bagaimana ibunya harus MENCIUM TINJANYA DAN MEMBERSIHKANnya.

Dan SEKALIPUN ibunya TIDAK PERNAH mengeluh atau memarahinya, membentaknya "BAU KALI, BIKIN SUSAH SAJA."

TIDAK PERNAH.



Atau saat jilbabnya ada lipatan bekas gosokan,

"Mamak ni, adek ga suka jilbabnya ada lipatan gini, susah pakainya, dll"



Atau saat ibunya meminjam uang padanya, akan benar-benar diingat sebagai UTANG.

SANGAT PERHITUNGAN. Setiap rupiah uang miliknya yang dipakai ibunya akan BENAR-BENAR DIINGATNYA.

Bahkan hanya karena uang seratus atau dua ratus ribu, ia RINGAN BERSUARA KERAS dengan ibunya sambil menangis kesal, marah.



Mungkin telah Allah hitamkan hatinya, hingga tak tembus sedikitpun cahaya pengorbanan ibunya, berusaha berbagai upaya memenuhi kebutuhannya. Tak perlu jauh "mengungkit" saat masa-masa kecilnya si remaja,berapa banyak uang yang sudah dikeluarkan ibunya TANPA DIHITUNG SEBAGAI UTANG. Kini, hanya untuk mendapatkan ONGKOS SEKOLAH si remaja, ibunya sampai rela menjahit baju orang, membantu di rumah orang, pekerjaan-pekerjaan yang mungkin tidak diketahui si remaja (atau tidak mau tahu?).



Namun semua itu akan berubah 180 derajat saat di hadapan teman-temannya yang datang ke rumah. Suaranya akan menjadi sangat lembut.



Kakak si remaja ini, hatinya sudah benar-benar sangat sakit dan terluka. Terutama saat menghadapi kondisi si remaja memperlakukan ibunya. Namun, saat si kakak membela ibunya, yang terjadilah adalah si kakak yang dimarahi ibunya. Selalu ibunya membela si remaja ini.



Kerapkali, mendidih rasanya darah si kakak melihat perlakuan adiknya, namun selalu ditahan-tahannya. Karena sekali ia bersuara memuntahkan ke-eneg-kannya pada sikap si remaja, yang terjadi hanyalah pertengkaran. Begitupula dengan ibunya. Diam adalah jalan terbaik.



Lagipula, si remaja dengan si kakak juga demikian,bersuara keras. sedikitpun tidak ada menghargai. Dengan ibunya saja demikian kasarnya, apalagi dengan kakaknya. Namun, jika si kakak ada uang, atau si remaja ada keperluan dengan kakaknya, baru si remaja berbaik-baik.



Pernah satu waktu, kakaknya pulang sebentar untuk makan siang, kemudian duduk di depan televisi tempat si remaja sedang menonton film korea. Saat itu juga, si remaja yang hendak ke kamar mandi me-matikan tayangan film korea yang ditontonnya. Di lain waktu, film nya di pause dan remote nya di bawa. padahal si kakak HANYA UNTUK SEBENTAR untuk makan kemudian kembali pergi kerja.



Dia tidak pernah merasakan, bagaimana jika orang lain memperlakukan dia seperti itu. Bagaimana rasanya?



Pernah juga saat di kamar, HP si remaja diletakkan di bawah bantal, si kakak sungguh-sungguh tidak mengetahui HPnya berada di bawah bantal dan tak sengaja tertekan kaki si kakak, hingga mungkin MP3 yang sedang didengarnya dari HPnya berhenti. si remaja langsung memukul dan membentak-bentak kakaknya. "COBA KALAU HP DIA YANG DIGITUIN, PASTI DIA MARAH JUGA."



Mungkin si remaja sedikitpun tidak ingat, SAAT HP KAKAKnya ENTAH BERAPA KALI TERJATUH dan TERCAMPAK DARI TANGANNYA hingga beberapa tuts HPnya kadang tidak berfungsi. Dan si kakak hanya marah bercanda sesaat, tidak memaki-makinya seperti yang ia lakukan.



Satu hari, saat si kakak lapar sekali dan HANYA SATU KALI si kakak memasak mie kemasan miliknya,itupun hanya sedikit saja yang diambil, hanya untuk pengganjal perut setelah seharian dari pagi hingga malam beraktivitas di luar,namun si remaja sangat marah sekali, ia memarah-marahi ibunya yang membiarkan kakaknya memasak mie miliknya. Hingga di kesempatan selanjutnya, setiap kali si kakak akan makan atau memasak mie, ibunya melarang si kakak.



Andai saja si kakak ga ingat ibunya, berkali-kali ingin sekali si kakak meninggalkan rumah, tinggal terpisah daripada harus menekan sedalam-dalamnya emosi menghadapi setiap perlakuan si remaja yang masih sangat banyak dan tidak mungkin disebutkan satu per satu.



Andaikata si kakak punya banyak uang, ingin sekali ia beri semuanya pada ibunya, agar ibunya bisa memenuhi semua kebutuhan termasuk kebutuhan si remaja.



Kerapkali saat si kakak ke toko buku, melihat ada buku kumpulan soal UAN atau SNMPTN ingin sekali rasanya ia membeli untuk si remaja, namun perlakuan si remaja yang sudah berkali-kali begitu menyakitkan, membuatnya urung.

Berkali-kali pula si kakak ingin mendaftarkan try out atau berbagai event yang juga diminati si remaja, namun setiap kali pulang ke rumah yang dihadapi adalah keketusan dan kekasaran si remaja pada dirinya, seolah-olah si kakak adalah ORANG YANG MENUMPANG HIDUP pada si remaja, hingga membuatnya urung.



si kakak mungkin memang bukan orang sukses yang membanggakan, pun bagi orang tuanya. Tidak kaya raya meski meski harus pulang kerja hingga Pkl.22.00wib hanya untuk beberapa ratus ribu yang diharapkan dapat sedikit membantu kebutuhan rumah, meski tak pernah dianggap dan nyaris selalu mendapat caci. Seolah-olah, selama ini si kakaklah yang SELALU MENGHABISKAN UANG.



Jika saja si remaja tahu, bahkan untuk sekedar ingin makan bakso saja, si kakak harus menahan-nahan selera, berbulan-bulan. Hingga selalu tak kesampaian untuk membeli karena uangnya tak cukup untuk membeli bakso buat si remaja dan ibunya. Kalau saja si remaja tahu, bagaimana perasaan si kakak dan ibunya saat si remaja dan teman-teman makan ayam penyet atau ayam bakar, sedangkan kakak dan ibunya di dalam kamar. Meski kemudian si remaja menyisakan ayamnya yang tinggal setengah untuk ibunya. Ingin rasanya si kakak menangis, andai saja ia dapat membelikan makanan yang enak-enak untuk ibunya, bukan makanan sisa punya si remaja yang akhirnya dihabiskan juga karena lapar.



Kerapkali, saat bekerja atau di penghujung malam, si kakak menangis mengingat perlakuan yang sudah sangat sering diperoleh dari si remaja padanya dan pada ibunya.



Mungkin kakaknya memang bukan orang kaya dengan harta berlimpah dan tabungan yang gendut, tapi sedikitpun kakaknya tak sudi menjadi benalu, dan tak ridha rasanya diperlakukan demikian oleh si remaja saban hari, saban waktu.



Mungkin si remaja ada alasan mengapa ia berperilaku demikian. Kemiskinankah?Tidak ada uang seperti teman-teman sekolahnya yang bisa ini itu? atau Stres? Apapun alasannya, dapatkah dibenarkan sikap dan perilakunya?



Mungkin si remaja merasa ia lah yang memiliki masalah yang paling berat di dunia ini, memuntahkannya di rumah. Dengan orang-orang rumah. Kalau bersikap demikian di luar kan bisa ngerusak image si remaja. Namun, apapun alasannya tersebut, dapatkah semua yang dilakukannya dapat dibenarkan?



Kerap kali kita merasa kitalah yang paling menderita, kitalah yang paling banyak berkorban, kitalah yang punya masalah paling berat, kitalah yang selalu menjadi korban. Tanpa peduli, orang-orang di sekitar kita mungkin justru yang menjadi korban dari sikap-sikap kita. Orang-orang di sekitar kita yang juga mengalami tekanan perasaan dan pikiran karena kita.



Demikianlah cerita tentang si remaja, semoga ada pelajaran dan hikmah yang dapat kita ambil.



Saya pribadi, menyimak ceritanya saja sudah sangat..sangat..mendidih darah saya. Marah, luka, sakit hati, memenuhi ruang dalam hati saya. Selalu saya berdoa pada Allah di setiap sujud saja, semoga saya terjauh dari orang-orang seperti sosoki si remaja. Semoga saat saya hamil, saya tidak pernah bertemu dengan orang seperti si remaja, dan anak-anak saya terjauh dari sifat dan orang-orang seperti di remaja.



Bagi si remaja, semoga Allah bukakan hati dan pikirannya yang terkenal cerdas dikalangan teman-temannya.



Semoga kita tidak menjadi manusia-manusia pintar namun bodoh.

Jumat, 20 Januari 2012

(Bukan) Peta Buta

Jadi ceritanya,ba'da dzuhur kemarin aka jam satu teng, saya sudah rapi-rapi dan siap menuju tempat janjian dengan seseorang (cie). Matut diri di cermin, uda oke, jilbab rapi, sepatu matching (hayyah). Check ban motor, oke. Lampu kiri kanan, kaca spion, rem tangan plus rem kaki, semua oke. Oke, sekarang saatnya berangkat!



Berbekal bukan sebuah alamat palsu, "Jalan Tuan Dikandang, masuk dari komplek PLTD Apung, nanti tanya saja Keude Kupi Surya, semua orang pasti tahu" yang tertera dalam ponsel saya, pergilah saya menyusuri daerah tempat kami janjian (ehem).

Kebetulan PLTD Apung itu ga terlalu jauh dari rumah saya, sekitar 10 menitanlah ditempuh dengan sepeda motor, 15 menitan dengan sepeda atau 20 menit kalau jalan cepat.



10 menit dari Pkl.13.00 wib saya sudah tiba di komplek PLTD Apung. Di palang jalan tertera "Jalan Harapan". Oo, mungkin masuk sini,pikir saya. Karena pengalaman jaman dahulu kala, di dalam jalan harapan ini tedapat sangat banyak cabang-cabang nama jalan yang berlainan.



Awalnya saya muter-muter keliling PLTD Apung itu, tapi kok ga nemu ya Jalan Tuan Dikandang. Akhirnya, karena mulai ragu saya keluar sampai ke ujung jalan harapan (keluar komplek PLTD Apung), kemudian jalan terus sampai arah tembusan ke simpang lima PU Seutui (eh, ga jalan ding, tapi mengendarai motor).



Berbekal pepatah, "malu bertanya, jalan-jalan" maka bertanyalah saya pada abang-abang yang jualan sayur di pinggir jalan (perawakannya sih kayak penduduk asli)

"Assalamu'alaykum, Bang, maaf numpang tanya, jalan Tuan Dikandang dimana ya?"

"Wa'alaykumussalam..Oo, jalan tuan dikandang masuk komplek PLTD Apung, dik. kalau ini uda Tuan Dipakeh. Nanti tanya saja dengan orang di sana, saya kurang tahu juga."

"Oo, makasih ya,bang."



Sarah come back! (atau Sarah return ya cocoknya? *bletak)



Kembalilah saya ke komplek PLTD Apung. Setiap palang jalan, saya perhatikan satu per satu. Pokoknya jangan sampai ada yang kelewatan deh.Masuk kiri keluar kanan. Masuk kanan keluar kiri. (Kayak pelajaran sekolah aja *lho?). Setelah capek keluar masuk jalan dan ga ketemu-ketemu si Jalan Tuan Dikandang, mampirlah saya di pojokan pangsit depan Kapal PLTD Apung yang konon katanya orang-orang mie pangsitnya enak banget (sekalian bantu promosi :hihi)



"Darimana, Nak?" tanya si Ibu yang jual mie pangsitnya.

"Dari rumah orang tua saya, Bu..mau ke rumah teman (*ga nanya!)" jawab saya

"Oo, dimana rumah temannya?" tanya si Ibu lagi

"Menurut sms-nya jalan Tuan Dikandang,Bu" jawab saya lagi.

"Oo, jalan tuan dikandang..nanti kamu dari belakang Kapal Apung ini, belok kanan aja, itu Jalan Tuan Dikandang"

"Oo, baik,Bu..terima kasih ya, Bu"



Pkl.13.45wib, setelah selesai menikmati pangsit si Ibu depan PLTD Apung, saya bergegas meneruskan perjalanan menunaikan janji suci (hayyah).



Menurut informasi saya harus belok kanan, maka beloklah saya ke kanan. Ada 3 cabang jalan, semua saya susuri. Keluar masuk dan nggak nemu-nemu. Berbekal pepatah yang sama seperti yang telah saya sebutkan diatas, bertanyalah saya lagi sama bapak penjual rujak dan buah segar di pinggir jalan depan mesjid Subussalam belakang Kapal Apung (lengkap amat).



"Assalamu'alaykum..permisi,Pak. Numpang tanya, jalan Tuan Dikandang dimana ya,Pak?"

"Wa'alaykumussalam..Oo jalan Tuan dikandang bukan disini,Nak. tapi yang sebelah kiri sana."

"Oo, makasih ya,Pak"

"Nanti tanya saja dengan orang asli sini, jangan tanya dengan pendatang, ga tau"

"Baik,Pak. Terima Kasih ya,Pak"



Dan sayapun menyusuri jalan yang ditunjuk si Bapak. Belok sebelah kiri, bukan sebelah kanan seperti petunjuk ibu pangsit. Semakin masuk jalannya semakin banyak yang bercabang, saya sampai khawatir nyasar jauh. Masih berbekal pepatah yang sama seperti yang telah saya sebutkan di atas, bertanyalah lagi saya pada seorang ibu pemilik kios yang sedang sibuk BBM-an (Bahan Bakar Minyak aka lagi mindahin bensin dari jeregen ke kaleng besar)



"Assalamu'alaikum..permisi,Bu. Numpang tanya, Jalan Tuan Dikandang dimana ya, Bu?" tanya saya.

"Wa'alaykumussalam..Oo, jalan tuan dikandang itu jalan ke kebun saya" jawab si ibu

"(Gubrak! mana saya tahu kebun ibu dimana) lewat mana ya, Bu?" tanya saya lagi

"Lewat sini saja,Nak. Lurus terus sampai mentok belok kanan" jelas si ibu"Baik, makasih ya,Bu..permisi" kata saya.



Kembali saya menyusuri jalan sesuai petunjuk si Ibu namun sudah jauuuuuuuh kedalam belum mentok-mentok juga jalannya seperti petunjuk si Ibu. Karena belum mentok, nggak bisa lah saya belok kanan meskipun begitu banyak tikungan kanan yang saya lewati.



Karena hati disergap ragu, untuk yang kesekian kalinya, saya menghentikan laju kendaraan saya dan kembali bertanya pada seorang bapak yang sudah tua, sepertinya penduduk asli.

"Assalamu'alaykum..permisi,Pak. Numpang tanya, jalan tuan dikandang dimana,Pak?"

"Wa'alaykumussalam..Oo, jalan tuan dikandang atau dusun tuan dikandang?"

"(toeng!) Jalan tuan dikandang,Pak"

"Oo..sudah lewat,Nak. Nanti kamu belok kiri saja, setelah itu belok kanan. Di sana jalan tuan dikandang, nanti kamu tanya saja dengan orang di sana"

"Oiya, baik,Pak..terima kasih ya,Pak..Assalamu'alaykum"

"Wa'alaykumussalam"



Baliklah saya ke belakang belok kiri kemudian belok kanan, sepeda motor saya terus jalan perlahan hingga bertemulah saya pada seseorang yang membuat harapan saya muncul. Bapak Pangsit!



Bapak pangsit ini bukan suaminya si Ibu penjual pangsit yang mangkal di depan PLTD Apung itu, tapi ini bapak pangsit langganan mba Siti di Lapangan Blang Padang yang jualan tiap hari Minggu pagi. Walaupun saya tidak pernah membeli pangsit si Bapak ini, tapi saya lumayan dikenal oleh beliau karena selalu nitip sepeda disamping gerobak beliau :hihi

Jadi kalau hari minggu pagi melihat ada sepeda Polygon warna biru nangkring si samping gerobak pangsit dimana penjualnya adalah seorang Bapak, maka Insya Allah bisa dipastikan itu sepeda saya (apa sih?)



Kembali ke topik,

Si Bapak pangsit tanya, saya mau kemana? Saya jawab, mau ke rumah teman. Dimana rumahnya? tanya si Bapak pangsit lagi. Di Jalan tuan dikandang, katanya di keude kupi Surya, jawab saya lagi. Oo, saya tahu, mari saya antar, tawar si bapak pangsit. Berbinarlah saya. Alhamdulillah..kembali semangat saya.



Tak lama kemudian sampailah saya diantar si Bapak ke sebuah kios.

"Ini tempatnya bang Surya" kata si Bapak dan segera pamit.

"oiya, baik, Pak..terima kasih ya,Pak. Maaf merepotkan" lanjut saya sembari berjanji dalam hati, insya Allah suatu hari, di hari minggu saya akan membeli pangsit beliau (Semangat!)



"Assalamu'alaykum..permisi.." sapa saya"Wa'alaykumussalam.." jawab sapaan dari dalam diiringi kemunculan sesosok Bapak berbadan besar laksana bodyguard, berkulit coklat dan berkumis tebal.

"(dag dig dug *suara jantung) Maaf,Pak..numpang tanya, apa benar ini jalan Tuan dikandang?" tanya saya (sok) berani (padahal uda berdebar-debar terpana)

"Benar" jawab si Bapak tegas dan garang plus bersuara besar.

"Oiya,maaf, Pak.. Apa benar ini keude kupi Surya?" tanya saya lagi (berharap salah alamat dan buru-buru kabur)

"Ini memang keude milik Bang Surya, tapi ini bukan keude kupi" jawab si Bapak

"iya juga ya, ini kan kios jual rempah-rempah, bukan keude kupi." Kata saya dalam hati

"Mau cari siapa?" tanya si Bapak dengan suara berapa oktaf (berasa menggelegar)

"Mau cari keude kupi Surya jalan Tuan dikandang,Pak" jawab saya

"Hei,ma'e..pat keude kupi Surya?" tanya di Bapak pada tetangganya yang lagi leyeh-leyeh dengan berteriak.

"Oo,di simpang jalan tuan dikandang dekat mesjid, keude kupi yang di ujung jalan" jawab tetangganya.

"uda dengar kan disana, dekat mesjid, balik lagi aja" kata si Bapak

"Baik, Pak. terima kasih,Pak..permisi.." kata saya sambil bergegas "kabur" *lemas



Tahukah saudara-saudara, kalau posisi saya saat itu sudah jauuuuuuuuuuuuuuuuhhh...dari mesjid yang dimaksud. Dan yang lebih dudulnya, saya lupa jalan keluarnya. Begitu berbalik arah keluar, terdapat banyaaaaaaakk sekali tikungan dan cabang-cabang jalan. berputar-putar lumayan lama dari satu cabang jalan ke cabang jalan yang lain, akhirnya tibalah saya ke jalan yang ujungnya terlihat pagar mesjid yang dimaksud. Alhamdulillah *seka keringat.



Sampai di mesjid itu, berbekal pengalaman, saya mengganti pepatah, tak lagi bertanya nanti sesat di jalan. Maka saya menyusuri jalan dengan benar-benar pelan sambil celingak-celinguk kiri kanan dan menatap ke depan juga tentunya biar nggak nabrak tiang listrik atau nyungsep ke selokan seperti hobbi masa lalu (eh). Disaat jalan-jalan inilah saya baru menyadari satu hal. HP!





Hah! Mengapa nggak dari tadi saya ingat kalau saya punya HP. Pffh..tat tit tut.. setelah menelepon seseorang yang sudah berkurang semangat saya untuk bertemu, akhirnya tiba juga saya di keude kupi Surya. Dan ternyata rumah beliau sekitar 10 meter di belakang keude kupi tersebut.



Alhamdullillah.. tepat pkl. 15.45wib aka 14 menit menjelang Ashar. Dari keadaan yang awalnya cantik, manis, rapi, wangi (dilarang muntah) tibalah saya di rumah yang sejak awal perjalanan hendak saya tuju dalam keadaan kucel, kumel laper (lagi?) *hihi. Namun karena disambut senyum manis dari tuan rumah yang ramah dan cantik, apalagi tambah disuguhkan segelas teh dingin dan sepiring kue manis, rasanya kucel dan kumel bukan jadi masalah lagi (lho?)



*Benar-benar payah, sudah "berkerak" di Banda Aceh, masih juga sering nyasar. Wong di daerah rumah sendiri saja masih suka nyasar kalau tiba-tiba PLN atau Telkom gali lubang dan disuruh nyari jalan lain.



Ditulis oleh : Anak rumahan

:hihi

Sempurna..

“Malam Jum’at lalu, aku baru mengajak seorang wanita untuk menikah..”



Hm, sebenarnya bukan suatu pernyataan aneh mengingat yang menyampaikan adalah seorang pria yang matang dan mapan sepertinya. Namun tak urung pernyataannya menghentikan gerak tanganku yang sedang mengetik dan menolehkan pandangan ke arahnya, serius.



Singkat kata, penuturan-penuturannya membuat aku tak hanya terperangah, tak henti hati mengucap tasbih.

Pria ini, benar belum sampai setengah usiaku dihabiskan untuk mengenalnya, namun bisa jadi kupahami bagaimana ia,meski pasti tak seluruhnya.



Seorang yang tegas, hingga tak sekali dua aku merasa ia tak sekedar kaku, seriusan, namun juga terkadang menyebalkan, dan juga galak. Pekerja keras. Dan kupahami dari perjuangannya dan pancaran kebanggaan adik-adiknya, keluarganya, bahwa ia sosok kakak yang luar biasa. Cerdas, berwawasan, mapan, dengan adik-adik yang menyenangkan, dan insya Allah seorang yang shalih. Ada lagi? Ah, akan terlalu berlebihan jika aku terus memaparkan tentangnya :D Walaupun tentunya, diantara kelebihan yang ada terdapat kekurangan yang mengiringi, namun bukankah saat berteman sebaiknya kita seperti memandang rembulan, melihat dari sisi keindahannya, bukan buruk permukaannya.



Dengan “yang melekat” pada dirinya, bisa saja ia memilih perempuan yang “sempurna”. Yang cantik, sholihah, dan seabrek kelebihan lainnya. Seperti yang dilakukan kebanyakan ikhwan, mencari yang “sesempurna” mungkin dengan berbagai kriteria plus. Padahal kalau mau jujur blak-blakan, ikhwannya ga ada apa-apanya.



Wanita pilihannya, adalah sosok yang sangat unik. Sosok yang sangat manja, agak “pembangkang”, yang selalu dituruti semua keinginannya, sedang menapak tahap-tahap belajar dalam menabung amalan-amalan diri untuk menjadi semakin indah, semakin bercahaya. Pilihannya bukan akhwat yang sempurna. Ia yakin, wanita pilihannya, seorang yang memiliki kepribadian yang positif. Sangat disayangkan jika dibiarkan dalam “kekurangannya”.



Menurut saya, ini luar biasa. Mengapa?



Cobalah melihat diri-diri yang merasa “baik” dan menginginkan seorang yang baik atau lebih baik. Jika Akhwat, kebanyakan mendambakan ikhwan yang shalih, yang tarbiyah, yang menghafal Al-Quran, yang mapan, dan yang..yang..lebih lainnya. Dan ikhwan? Sama persis mesti tak sama. Mendambakan akhwat yang sholihah, cantik, hafal Al-Quran, kalem, lembut, keibuan, bahkan ada yang mencantumkan “bekerja/PNS/dokter” sebagai criteria istri pilihan. Kebanyakan mendambakan pendamping yang “sudah terbentuk”. Sudah baik, dan berharap semakin baik. “Kalau ga tarbiyah, ga mau” atau “yang penting si dia ada ikut tarbiyah”. Sepertinya terdapat pula “kebanggaan” dari nada-nada yang ada, jika yang menikah, ntah ikhwan atau akhwatnya adalah “bintang” aktivis dakwah. Keren..



Dan (maaf) beberapa kakak pengajianpun juga ada yang “keberatan” jika si calon bukan dari kalangan tarbiyah. Tak ada yang salah memang dengan kriteria-kriteria idaman kita. Wajar sangat, jika kita dan kakak-kakak kita menginginkan seorang yang baik atau yang kita nilai lebih baik untuk menjadi pendamping hidup kita, dunia akhirat. Tak salah. Dan tak salah juga, jika yang menikah kemudian hanya diantara “kita..kita’’ saja. Para kader tarbiyah.



Ah, saya bukan seorang yang cerdas memakai kata dalam bahasa. Namun, pernahkah kita sekedar berpikir mungkin, “bagaimana jika aku menikah dengan seorang ‘biasa’?” bukan dari kalangan akhwat/ikhwan, yang masih memakai celana, jilbab mode, atau yang sholatnya masih kilat. Bukankah disitu letak dakwahnya? Bukan hanya sekedar mengajukan atau menerima seorang yang “sudah terbentuk”.



Khawatir malah diri dhaif ini yang akan terseret arus “malas”nya. Bukankah iman naik dan turun? Nanti malah kita yang menjauh dari tarbiyah karena pasangan hidup kita “nggak ngerti”, ga se-misi dan se-visi. Banyak sudah contoh kasusnya. Alasan wajar yang sangat sering terdengar. Namun bukankah itu artinya kita ga pede? Bukankah masalah hidayah mutlak urusan Allah? Tak yakinkah kita? Tak inginkah diri ini menjadi perantaranya? Atau memang kita yang mau enaknya saja, menerima “hasil” daripada harus berupaya “mengajarkan” dan belajar.



Bukankah menikah adalah proses belajar tak henti bersama pasangan? Sama-sama memperbaiki diri hingga bisa menjadi semakin indah, semakin bercahaya. Bukankah sudah banyak juga cerita ikhwan akhwat yang menikah, namun setelah menikah, jamaah shubuhnya bolong? Dan lain-lain.. ga ada jaminan kita akan terus baik baik saja nantinya. jika demikian, mengapa HARUS menginginkan seorang yang sempurna untuk dimiliki? Mengapa tidak menjadi penyempurna baginya dan diri ini? Tidakkah termasuk sombong jika kita menganggap diri kita seorang yang baik dan pantas mendapat seorang yang baik pula sebagai pendamping hidup kita?



Seperti kata ustad Salim A Fillah dalam suatu kesempatan pada kajiannya, ketika menikah adalah mengubah ekspetasi menjadi obsesi. Menikah dengannya bukan karena ia cantik, hafal Al Quran, pintar memasak, atau bukan pula karena ia sholih, tampan, mapan, dan seabrek karena..karenanya yang lain. Itu ekspetasi. Namun, apa yang dapat saya lakukan untuk pasangan saja. Sebagai istri, saya akan belajar memasak untuk suami saya; saya akan berusaha tampil cantik untuk suami saya, saya harus terus berusaha menghafal Al-Quran agar dapat mendidik anak-anak saya menjadi generasi penghafal Al-Qur’an, atau saya harus bisa lebih on time dan shalat berjamaah di mesjid agar dapat menjadi contoh baik bagi anak-anak saya, saya akan berusaha sekuat tenaga mengupayakan rezeki yang halal nan thoyyib untuk keluarga saya, dan obsesi-obsesi lainnya. (Maaf jika saya salah memahami penuturan ust.Salim).



Akhwat dan ikhwan pun bukan orang yang sempurna. Apa yang tampak sempurna diluar, belum tentu sesempurna zahirnya. Dalam berteman saja, apabila kita ingin berteman, jangan karena kelebihannya, mungkin dengan satu kelemahannya, kita akan menjauhinya. Andaikata kita ingin berteman, janganlah karena kebaikannya, mungkin dengan satu keburukannya, kita akan membencinya. Andaikata kita inginkan sahabat yang satu, janganlah karena ia berilmu, karena apabila ia buntu, kita mungkin akan meninggalkannya. Andaikata kita ingin berteman,janganlah karena sifat cerianya,karena andaikata ia tidak menceriakan kita, kita akan menyalahkannya. Andaikata kita ingin bersahabat, terimalah seadanya, karena dia seorang sahabat yang hanya manusia biasa,jangan diharapkan sempurna, karena kita juga tidak sempurna..



Mengutip taujih dari seorang kakak yang kemudian selalu saya pantri dalam benak hati saya,

buat saya bukan hal utama menikah dengan siapa

Tp bagaimana niatnya, bagaimana prosesnya dan bagaimana tujuannya.



menikah itu proses yang panjang.. Terkadang kita yang menguatkan, tak jarang pula kita yang perlu dikuatkan..

Melalui jalan yang tak pernah ditempuh sebelumnya, tak diketahui aralnya.



Jadi, "dengan siapa" bukan hal utama. Rasulullah sudah mencontohkan bagaimana cara memilih istri/suami.



Sekali lagi, bagaimana niatnya, bagaimana prosesnya, bagaimana tujuannya.

Perlu kejujuran yang benar benar jernih untuk mempertanggungnjawabkan semuanya kpd Allah





Bukankah antara “Di Jalan Dakwah Aku Menikah” dan “Di Jalan Nikah Aku Berdakwah” adalah kebaikan yang sama?



Tulisan ini, atas kesalutan saya padanya.. dan saya sangat berbahagia atas niatnya baiknya, semoga Allah meridhai dan memudahkan niat-niat baik dalam hati kita.. =)

















Sungguh-sungguh saya minta maaf jika tulisan ini terkesan berpikiran "nyeleneh", mohon diluruskan jika terdapat kekeliruan..

Cinta tak sama..

Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu..

Aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu..



Terhenti gerak jariku mengetuk tuts-tuts keyboard saat lirik sendu itu tertangkap indera pendengaranku. Hh.. sosok itu. Beberapa hari ini aku kerap memikirkannya, rindukah? Sejujurnya Ya.



Bagaimana mungkin aku bisa tak merindunya, sedang hariku di masa-masa yang lalu dipenuhi oleh kehadirannya, candanya, tawanya, nasehatnya, semua perhatian dan pengertiannya. Dan kemudian aku terpaksa meninggalkannya karena laki-laki yang kukenal bahkan tak sampai setengah tahun. Laki-laki yang kemudian menjadi suamiku. Menyesalkah aku kini karena meninggalkannya? Padahal kusadari benar betapa cinta membuncah dalam dada pada sosok itu. Sosok yang kutinggalkan saat aku menikah.



Gundah. Perasaan apa ini? Ah, mungkin hanya rasa sesaat karena romansa masa lalu yang demikian melekat. Terlalu berlebihan jika rindu yang tiba-tiba menyergap membuatku berkesimpulan kalau aku menyesal pada pernikahanku. Tidak. Aku bahagia.. bahagia dengan keluarga kecilku ini. Hanya saja, hh..ya, aku merindunya, itu saja.



Aku mau mendampingi dirimu

Aku mau cintai kekuranganmu

Selalu bersedia bahagiakanmu, apapun terjadi..

Kujanjikan aku ada..



Kulihat kembali urutan lagu di media player yang telah kubuat random sebelumnya. Mengapa seolah saat ini yang teracak seakan menyindir mengingatkan perasaan masa lalu yang tak sadar mungkin masih terasa lekat di dada.



Bukannya mematikan, aku justru menikmatinya. Menikmati setiap slide rekaman masa lalu bersama sosok itu. Mengingat-ingat utuh wajahnya. Rahangnya yang tegas. Kulit coklatnya. Perawakannya yang kurus, tegap pasti setiap melangkah.



Aku akan selalu mendampinginya, seperti sosoknya yang selalu ada untukku. Janji itu, meski hanya dalam hati terucap berulang kali, namun begitu kuat mengakar berharap nyata. Ah, apa-apaan aku ini. Aku sudah menikah, dan sudah seharusnya suamikulah yang bertahta diingatanku, hatiku. Yang mencintaiku, dan juga selalu ada untukku. Seperti sosok itu..



Ah, lagi-lagi sosok itu, ada apa dengan aku ini? Sekuat apapun aku berusaha, tetap tak dapat menyangkal, aku masih dan selalu mencintainya. Aku merindukannya.



“Insya Allah melangkahlah, jika ada kebaikan datang pantaskah ditolak tanpa memegang alasan syar’i? Semoga Allah memudahkan niat baiknya dan niat baikmu menyempurnakan yang separuh menjadi utuh dalam keridhaanNya.” Jawaban mantapnya saat aku menyatakan bahwa aku akan menikah dengan laki-laki yang menjadi suamiku kini. Jawaban yang membuatku tergugu. Mengaduk-aduk perasaan. Entah bahagia atau nelangsa karena menyadari aku akan berpisah dengannya. Tak dapat melihatnya lagi setiap hari. Dan mungkin, tak dapat selalu bercengkerama canda padanya lagi, sesering biasanya.



Suamiku, maafkan aku karena membuatmu cemburu..

Maafkan aku karena ternyata cintaku untukmu belum utuh hanya satu

Maafkan aku yang tak dapat memungkiri betapa cintaku pada sosok itu masih demikian lekat menyengat dalam dekap..

Bukan aku tak mencintaimu, Suamiku..

Bukan..

Aku mencintaimu dan akan terus mencintaimu..

Cinta yang terus tumbuh berkembang hingga ke JannahNya, insya Allah..

Namun cintaku pada sosok itu berbeda,

Cinta yang tak dapat kujelaskan dengan kata..

Cinta yang tak dapat kuhapuskan meski..meski ku telah menikah denganmu..

Maafkan aku..

Maafkan aku..

Kuyakin kau pasti memahaminya..



Rindu ini, rindu yang menyergap kuat tak terbantah, aku hanya ingin mengetahui kabarnya. Itu saja. Memastikan saat ini sosok itu baik-baik saja. Dan, yah..semoga sosok itu menangkap rinduku..



Teruntuk lelaki pertama yang kucintai dan mencintaiku, apa kabar?

Semoga rinduku sampai padamu, semoga sehat selalu..



With love, Ayah..



Sent mail



Lega…

Senin, 09 Januari 2012

Apa itu Barakah?

Menarik sekali pertanyaan ini, pertanyaan yang telah menyadarkanku akan arti dan makna penting dari Barakah. Walaupun saya belum menjalankan sunnah ini. Tapi saya belajar banyak. Semoga bisa menjadi bekal dalam menjalani kehidupan ini agar semakin barakah. Berikut, ringkasan pembahasan tentang Barakah.

***

Secara sederhana barakah adalah bertambahnya kebaikan dalam setiap kejadian yang kita alami waktu demi waktu. Ketika Allah mencintai hambaNya, maka Ia berkenan membuat hati sang hamba begitu peka. Syukur dalam lautan nikmat, Sabar dalam gelombang musibah. Ia menapaki jalan-jalan Sulaiman, sekaligus juga menyusuri pematang-pematang Ayyub, ‘alaihissalam.

Barakah, dalam bahasa Aa Gym adalah kepekaan untuk bersikap benar menghadapi masalah. Barakah, dalam kekata Ibnul Qayyim adalah, semakin dekatnya kita dengan Rabb, semakin akrabnya kita dengan Allah. Barakah, adalah umpama ‘umar ibn Khaththab adalah dua kendaraan yang ia tak peduli harus menunggang yang mana: shabr dan syukr. Barakah, dalam pujian Sang Nabi adalah keajaiban. Keajaiban yang menakjubkan!

Barakah, mengubah kalimat “ Ini salahmu..!”, menjadi “ Maafkan aku, Cinta..” Ia mengganti diksi, dari ”Kok bisa-bisanya sih kamu..!”, menjadi “Aku mengerti, Sayang, sabar ya..” Barakah juga melafazhkan, “Kamu kemana saja sih..?” agar terdengar, “Aku disini, menantimu dalam rindu yang menyesak..” Dan ia membahasakan “ Aku tuh sebenarnya ingin, kamu..!”, agar berbunyi, Cinta, makasih ya, kau membuatku..”

Subhanallah, indah sekali, bahasa barakah. Logatnya logat cinta..


Bagaimana kita meraih barakah itu? Bagaimana agar dalam kondisi apapun, kapanpun, di manapun, nafas-nafas kita adalah hembusan keberkahan, detik-detik kita dihitung sebagai kebaikan, sebagai pahala. Bagaimana? Dimanakah kita harus mencari barakah itu?

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan bukakan atas mereka pintu-pintu barakah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(Q.S. Al A’raaf: 96 )

Kunci barakah itu ada pada keimanan dan ketakwaan. Keimanan yang meyakinkan kita untuk terus beramal shalih menurut apa yang telah dituntunkan Allah dalam tiap aspek hidup, semuanya. Dan ketaqwaan, yang mengisi hari-hari kita dengan penjagaan, kepekaan, dan rasa malu bahwa kita senantiasa dalam pengawasan Allah. Jika hidup kita terasa menyiksa, hidup terasa sempit, terasa kita makin jauh dari Allah, mari, saya mengajak diri saya dan anda untuk berkaca. Barangkali ada nikmat Allah yang kita kufuri. Barangkali ada karunia yang kita dustakan. Atau mungkin ada ayat-ayatNya yang kita permainkan. Astaghfirullaahal ‘adziim…

Ada banyak jalan yang ditawarkan menuju kebahagiaan. Tetapi tiada yang menjamin khatimah-nya. Kecuali jika kita memilih memprioritaskan barakah. Bahwa di saat apapun barakah itu membawakan kebahagiaan. Sebuah letup kegembiraan di hati, kelapangan di dada, kejernihan di akal, dan rasa nikmat di jasad. Barakah itu memberi suasana lain dan mencurahkan keceriaan musim semi, apa pun masalah yang sedang membadai rumah tangga kita. Barakah membawakan senyum meski air mata menitik-nitik. Barakah menyergapkan rasa rindu di tengah kejengkelan. Barakah itu menyediakan rengkuhan dan belaian lembut di saat dada kita sesak oleh masalah.

***

Disarikan dari buku “Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim” karya Salim A Fillah, Bagian Keempat: Menenun jalinan Cinta, Sub Bab: Barakah, dengan beberapa edit&perubahan. (Semoga beliau mendapatkan keberkahan dari tulisan dakwahnya).

Barakallahu laka, Salim A Fillah…, karya-karyamu sungguh luar biasa…

Untuk Bapak Ibuku, adik-adikku, saudaraku, para Guru yang telah mengajar dan mendidikku, Teteh, Aa, Ade, sahabat-sahabatku, dan kaum mukmin muslim kuucapkan doa untukmu semua, “ Barakallahu lakum wabaraka ‘alaikum… Semoga rahmat, berkah dan kasih sayang Allah tercurah kepadamu semua.. Amiin