Kamis, 27 Februari 2014

Menularkan Kebiasaan Membaca Sejak Dini

Di sosial media yang saya ikuti, saya ada bergabung di beberapa group yang menurut saya dapat menambah pengetahuan positif dan bisa sharing problem serta solusi dengan para member lain maupun pakar dibidang yang berkaitan dengan group tersebut. Nah, bukan sekali dua kali lho, di group tertentu terjadi "kerusuhan" diantara member karena tidak membaca tuntas article atau informasi yang diposting. Kalau yang begini ini, comment-nya bisa sampai ratusan.

Seringnya juga, member bertanya hal-hal yang sudah berkali-kali ditanya member lain dan sudah berkali-kali pula dijawab. Padahal kalau ia mau scrool ke bawah atau baca-baca file di group, pasti ketemu jawabannya, di google juga banyak. Ada juga yang sudah membaca tapi masih gagal paham dan memicu kerusuhan. Begini ini bisa jadi karena jarang membaca. Terus terang, saya termasuk orang yang terganggu ngerasa gimana gitu sama yang beginian, hihihi.

Berangkat dari secuil kasus tersebut, saya berusaha tidak menjadi "si malas membaca" dan saya juga tidak ingin anak-anak saya menjadi golongan si mame (si malas membaca, red). Untuk itu, sejak awal kehamilan saya sudah mulai mencicil buku buat investasi anak-anak saya. Jangan salah, lho ... buku itu investasi jangka panjang. Makanya saya miris banget lihat orang tua yang lebih pelit untuk beli buku buat anak-anaknya daripada beli baju. Di samping itu, biar saya ada bahan bacaan juga karena selama hamil saya di rumah saja, sedangkan saya tidak membawa satu buah pun buku anak koleksi saya ke Jepara (nyesel), kalau dikirim ongkirnya beraaaaat mahalnya.

Oya, satu lagi... saya tuh senang banget lihat anak-anak teman di FLP Aceh yang gemar membaca, seperti anak Kak Fida- Hamdi dan Ahza, anak Kak Beby - Sulthan, Geubrina, Genta, anak Kak Aini- Akib, dan lain-lain. Pokoknya senang aja lihat anak-anak asik baca buku daripada asik nge-games (online) atau nonton televisi siaran indonesia yang kebanyakan enggak benernya (ini menurut saya lho,ya ....). Saya ingin anak-anak saya nantinya dapat seperti mereka. Aamiin.

Setelah saya baca-baca, ternyata membacakan buku untuk bayi bisa merangsang penglihatannya. Waaa, makin lancar nih kedip-kedip sama suami buat beli buku, hihihi.

Saya mulai membacakan buku cerita bergambar untuk 'Aisyah-putri saya, sejak ia berusia lima minggu. Awalnya, 'Aisyah belum focus, masih noleh kesana-kemari. Namun, lama-lama setiap dibacakan buku cerita, ia selalu melihat ke arah buku dengan serius.


Alhamdulillah, 'Aisyah termasuk anak yang teratur. Mulai dari tidur, ngASI, hingga poop selalu di waktu yang sama setiap hari. Misalnya pagi ia selalu bangun menjelang shubuh. Sekitar Pkl.7.30wib setelah ayahnya berangkat kerja mandi, kemudian dibacakan buku, hingga sekitar Pkl.8.15-9.00wib ia pasti tidur sampai menjelang ayahnya pulang makan siang.

Pernah saat saya kena flu berat, saya tidak membacakan buku cerita untuknya. Alhasil, 'Aisyah tidak tidur sampai Pkl.10.00wib. Begitu saya bacakan buku,tak lama ia tertidur. Oleh karena itu, saya berusaha untuk konsisten membacakan buku untuknya setiap hari. Biasanya pagi hari setelah dimandikan, dibacakan buku, setelah itu cukup dimiringkan posisi tidurnya (sekarang uda bisa miring sendiri), tak sampai lima menit biasanya ia langsung tertidur. hihihi, Alhamdulillah, enggak perlu kompeng atau di puk-puk.


Posisi tidur favorit 'Aisyah :-D

Khusus weekend, ayahnya yang bertugas membacakan buku cerita .... :-)


kalau ayahnya yang membacakan lebih seru :-D

Sejak usia dua bulan, 'Aisyah sudah mulai rajin ngoceh-ngoceh. Setiap selesai dibacakan buku atau lucunya kalau buku yang sama sampai berulang kali, ia akan mengoceh panjaaaang sekali, seolah-olah ia menceritakan kembali apa yang baru dibacakan atau protes atas buku yang dibacakan berulang kali.


Sekarang, setiap kali melihat saya memegang buku, 'Aisyah semangat sekali. 'Aisyah juga sudah bisa dibacakan buku sambil duduk dan membalik halaman bukunya sendiri, hihihi, kebetulan lembaran bukunya tebal. Alhamdulillah, barakallah ... semoga 'Aisyah senantiasa menjadi insan senang membaca dan cinta buku ya, Nak .... Agar enggak sering missunderstanding sama informasi yang ada. Allahumma Aamiin. :')



ekspresi 'Aisyah (4 bulan) saat baca buku, selalu antusias, Alhamdulillah .... :-)

hihi, ini tulisan makin ke bawah makin enggak nyambung sama awalnya, hihihi.


Rabu, 26 Februari 2014

The moment

Waktu ternyata cepat sekali berlalu. Enggak terasa sekarang saya sudah lebih dari seperempat abad hidup di dunia ini, sudah menikah dan memiliki anak. *mau bilang sudah tua aja berbelit-belit banget, hihihi.

mumpung my baby girl lagi tidur, saya ingin bernostalgia sembari mensyukuri nikmat Allah pada saya yang tak terhitung banyaknya... Alhamdulillah *lap air mata haru


Alhamdulillah, 17 Januari 2013, kami melangsungkan akad nikah di Mesjid Baiturrahman Banda Aceh. Tidak menggelar walimatul'urs, hanya syukuran kecil untuk keluarga, tetangga, dan teman dekat.

empat hari setelah menikah, saya langsung diboyong suami ke Tangerang dan Jepara, tempat keluarga suami.



Ini pertama kalinya saya jalan-jalan sama suami. Hihihi, maklum, enggak ada honeymoon. Diajak ke kura-kura icon Jepara, dalamnya seaworld. :-D


Subhanallah walhamdulillah, sebulan setelah menikah, kami diberi kepercayaan oleh Allah. Saya positif hamil.


foto waktu hamil 9 bulan, mau pergi periksa kandungan. Hihihi, ngelihat foto ini jadi ingin hamil lagi ... :-D Dua jiwa dalam satu raga, benar-benar menakjubkan :')



Dan, sekarang ... telah ada 'Aisyah-putri kami yang pertama, menambah syukur dan kebahagiaan, Alhamdulillah .... :-)

Selalu Ada Saat Pertama

Pertama kali melihat putri pertama kami- 'Aisyah Hilmiya Ahmad, rasanya enggak bisa diungkapkan, bahagiaaaa sekali. Alhamdulillah, Allah telah memberi kepercayaan pada kami untuk sebuah amanah besar yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Amanah paling indah ....



'Aisyah lahir dengan BB 2,9kg dan TB 45cm. Mungiiiil sekali. Semua orang bilang putri kami terlalu kecil :'(
Warna kulitnya merah sekali, terutama saat ia menangis, seluruh tubuhnya memerah seperti warna merah hati, sampai lagi ... lagi ... orang bilang ia hitam (_ _!). Ya, begitulah, kadang orang berkomentar sesukanya. Tapi, tak mengapa, 'Aisyah tetap anugeraah paling indah bagi kami.



Pertama kali menjadi ibu, selain rasa bahagia ternyata juga lumayan "kerepotan". Hihihi. Dibulan pertama kelahirannya, walaupun pesan dokter 'Aisyah harus disusui maksimal setiap dua jam sekali, kenyataannya hampir setiap malam kami tidak tidur, bahkan 24 jam tidak tidur saat bulan pertama kelahirannya. 'Aisyah kerap bangun setiap 15-30 menit sekali. Seringnya karena lapar atau haus, kadang minta digendong,nangis karena enggak nyaman basah pipis atau poop, kadang ya cuma sekedar bangun-bangun aja :-D

Seiring waktu, Alhamdulillah 'Aisyah anak yang teratur, ini memudahkan kami saat malam, hihihi. Setidaknya kami bisa tidur sekitar setengah jam sampai 2-3 kali dalam satu malam. 'Aisyah selalu terbangun hanya karena haus dan lapar di jam yang sama setiap hari. Lumayanlah, selain ganti popok dan menyusui, sudah bisa tidur sebentar. Subhanallah ... benar-benar anak yang pengertian. Pasalnya, ayahnya kalau sudah semalaman enggak tidur, bisa tertidur di kantor :-D


Alhamdulillah saat 'Aisyah usia 40 hari, kami dicukupkan rezeki oleh Allah untuk melaksanakan aqiqah 'Aisyah di rumah mbah-nya. Ini pertama kalinya 'Aisyah dibawa keluar rumah.


Subhanallah walhamdulillah, saat usianya tiga bulan, 'Aisyah sudah bisa tengkurap. Pertama kali melihat 'Aisyah bisa tengkurap rasanya sangat bersyukur dan bahagia. Kami berusaha selalu menyemangatinya saat ia terlihat sangat berusaha keras saat tengkurap dan memberikan apresiasi jika ia berhasil atau pun tidak, apresiasi atas usaha dan semangatnya. :')


sekarang, kepalanya sudah bisa semakin tegak, tinggi, dan lama saat tengkurap. 'Aisyah juga selalu berusaha mendorong kaki dan badannya untuk maju ke depan. Seringnya sampai ngences-ngences atau meneriakkan semangat "eeeeeehhhhhnggg". hihihi ... :-D


dahinya kecolongan digigitin nyamuk (_ _!)

Pernah juga 'Aisyah demam pasca imunisasi. Pertama kali 'Aisyah demam saya cukup bingung dan panik. Alhamdulillah, untuk ada misyik aisyah-ibu saya. Biasanya setelah imunisasi begitu sampai rumah langsung demam dan maunya hanya digendong sambil berdiri sepanjang malam. Setiap yang menggendongnya duduk, ia pasti menangis. Kami bergantian menggendongnya sepanjang malam. Alhamdulillah, jadwal imunisasi 'Aisyah selalu hari jum'at. Jadi besoknya ayah libur bisa ikut jagain 'Aisyah. kebiasaan ini biasanya berlangsung sampai dua malam. Makanya, JUJUR SAJA, SAYA MARAH SEKALI SAMA ORANG YANG ENGGAK MAU TAHU DAN ENGGAK MAU NGERTI DENGAN KONDISI INI.

Sudahlah, tidak usah membicarakan orang itu, bikin enggak mood aja. Pfhhh ...

Saat ini, 'Aisyah sudah 4 bulan. Alhamdulillah ASI eksklusif, BB-nya 7kg, TB 60cm. Sudah bisa duduk, pegangin jempol kaki kalau direbahin, dan sukaaaa sekali ngoceh. Rumah jadi ramai rasanya. Ramai dengan suaranya yang sejak shubuh sudah bangun. Ramai dengan ketawa. Alhamdulillah, atas kebahagiaan ini, Yaa Allah ... :')






Semoga kami bisa selalu menyaksikan moment pertamamu, Nak ... Allahumma Aamiin. :-*



Finnally, I have a baby girl - be a mommy, Alhamdulillah ....

Akhirnya, bisa nge-blog lagi... hihihi, sok sibuk :-D

Setelah dua hari berada di ruang bersalin, Alhamdulillah karena pertolongan Allah, pada 23 Oktober 2013 dengan penuh semangat dan perjuangan,sa melahirkan putri pertama kami dengan selamat serta sehat *terharu

Kalau diingat-ingat waktu proses lahiran, rasanya campur aduk. Lucu, terharu, bahagia, nano-nano. Sebenarnya, usia janin baru masuk minggu ke-38, tapi usia kehamilan uda masuk minggu ke-41. Bingung kan, ya? Iya, ternyata usia kehamilan dan usia janin berbeda sekitar tiga mingguan. Pasalnya, usia kehamilan kan dihitung berdasarkan hari pertama dan terakhir (hpht) haid, sedangkan usia janin adalah usia kehamilan dikurangi dua minggu (kira-kira begitulah kata dokter kandungannya dulu, hihi).

Mendekati hpl(hari prediksi lahiran), sa sama suami (cie..) rajin periksa ke dokter. Kalau biasanya sebulan sekali, menjelang hpl jadi seminggu sekali. Nah, selama hamil kan kami sudah hunting tempat lahiran yang sesuai dengan kriteria kami (halah), seperti yang pro ASI, peralatan lengkap (ini mah maunya sa buat jaga-jaga kalau ada hal yang enggak diinginkan), pelayanan baik, tenaga medis standby.

Bukan apa-apa, di Jepara susaaaaah banget dokter. Kalau di Banda Aceh, Medan, atau Batam banyak pilihan dokter kandungan dan beberapa Rumah Sakit/Rumah Bersalin yang mudah dijangkau, di Jepara dokter kandungan cuma ada tiga orang yang tempat prakteknya dimana-mana. Jadi satu tempat, ntah klinik atau RS swasta jatahnya cuma sekitar satu jam doang dengan pasien yang banyaaaak. Boro-boro consult, kita belum kelar, pasien lain uda disuruh masuk, bayarnya mahal pakai banget, kita di ruangannya enggak sampai lima menit. (_ _!)

Di RSU perawatnya judes minta ampun, enggak pakai senyum. Pernah tuh ya dikatain "kalau enggak mau sakit ya jangan hamil" duuuh, siapa juga yang mau sakit,Mbak? saya juga maunya sehat-sehat aja :'(

Di Bidan, rada gimana gitu ... tapi mungkin enggak semua bidan "enggak asik" kali,ya? Pertama datang komunikatif banget. Duh, uda okey, uda sreg. Eh, kedua datang kayaknya lagi enggak mood bidannya. Perut sa ditekan-tekan sampai sakiiiit banget keluar air mata. Terus uda jelas di USG sama dokter hamil tiga bulan katanya masih sebulan. Ganti bidan lain, disuruh makan ARI- ARI KUCING. Gileeee, katanya sih biar janinnya kuat. Huhuhu, kenapa enggak makan ari-ari harimau aja sekalian, kan lebih garang (_ _!).

Akhirnya, dapat info dari teman yang istrinya juga orang Aceh, uda kenal sejak di Banda Aceh dan sekarang tinggal di Jepara juga. Di rekomendasikan dokter kandungan waktu istrinya hamil dulu. Kesanalah kami. Eng ing eng, agak grogi juga, duuuh, yang hamil kok masih muda-muda banget, usia bumil rata-rata 15th-20th. Sa bumil paling tua di situ, hihihi, tapi Alhamdulillah, dokternya ramah dan komunikatif banget, enggak buru-buru, jadi kami boleh tanya ini itu sampai puas, waktu USG beliau juga jelasin ke kami apa aja yang bisa dilihat dari monitor itu. Bayarannya juga enggak mahal. Pokoknya setiap pulang periksa selalu senang, hihihi. Sampai lahiran sama beliau juga di kudus.

Kenapa sampai ke Kudus? Ya, karena dr. Najib- dokter kandungan sa itu praktek utamanya di RS. Aisyiyah Kudus. Sekitar tiga minggu sebelum lahiran kami ke RS Aisyiyah Kudus periksanya. Pelayanannya ramah dan memuaskan. Peralatan lengkap. Bidan, perawat, dokter semua standby 24 jam, rumah sakitnya juga bersih. Klop deh.

Terakhir, sabtu itu kami ke Kudus periksa kandungan. Pulangnya sempat ngambek sama suami (huhuhu, maafkan istrimu ya, suamiku... ), gara-garanya kan dokter nyaranin rawat inap, karena baby-nya sudah masuk pinggul. Memang belum ada pembukaan, belum sakit, belum ada tanda-tanda mau lahiran. Tapi, mengingat pinggul sa sempit dan usia kehamilan sudah masuk minggu ke-41, khawatir sama baby-nya. Idealnya lahiran di minggu 38-40.

Memang sih, sa setuju sama suami,selama air ketuban masih bagus dan cukup, tali pusar masih baik, baiknya enggak usah rawat inap dulu. Tapi, emang dasar bumil itu sensitif, ya... (alesan), suami salah ngomong "ada kok yang hamil sampai tiga tahun baik-baik aja" (siapa ya waktu itu lupa sa, imam syafi'i apa,ya?). Waaa, entah kenapa dengarnya langsung sebeeeeel, "itu kan beda. Emang mau sa hamil sampai tiga tahun enggak lahir-lahir? bla..bla..bla.. " panjang sambil nangis-nangis, sebel sampai rumah :-D

Eh, enggak berapa lama sampai rumah, waktu ke kamar mandi, keluar darah banyaaak banget. Haduh, mau lahiran ini. Hihihi, malah nangis lagi. Alesannya sih karena malu sama suami, masa uda habis ngomel-ngomel ngambek, tiba-tiba minta tolong, jadi nangis karena enggak enak sama suami :-D

Singkat cerita, kami siap-siap, ambil tas berisi perlengkapan kami dan baby yang emang sudah disiapin jauh-jauh hari buat dibawa ke RS. Hubungi dr.Najib. Balik Lagi ke Kudus.

Eits, tapi kok perut sa enggak mules. ya? Malah semangat banget rasanya mau lahiran, hihihi. Akhirnya kami mampir ke hypermart dulu, beli kue bekal nanti di RS sekalian makan siang. Sampai RS, ternyata masih pembukaan dua. Suami ngurus kamar dan administrasi RS,sa tunggu di IGD. Masih bugar banget, tapi langsung diinfus sama perawatnya :'(

Sekitar setengah jam kemudian dibawa ke ruang bersalin. Sa kira ruang bersalinnya satu ruangan satu orang, ternyata satu ruangan ada sekitar sepuluh orang dan full. Waaa, bakal seru nih lahiran bareng-bareng. :-D

Pembatas masing-masing tempat tidur kan cuma gorden gitu. Sampai sore sa belum sakit, masih pembukaan dua. Padahal kiri kanan uda dari tadi nangis dan teriak-teriak. Duh, dari tenang jadi mulai horor juga. Sebelah kiri akhirnya lahiran dengan penuh kehebohan. Disusul sebelah kanan sa beda banget suasana lahirannya, ibu itu ngeden sambil sesekali bisa ngobrol sama dokternya, asik banget kayaknya. Malam, ganti pasien baru kiri-kanan, sa masih pembukaan dua. Besoknya, pagi, siang, sore, masiiiiih pembukaan dua enggak nambah. Enggak ngerasa sakit. Padahal sudah habis dua botol infus.

Menjelang maghrib, sa dipindah ke tempat tidur yang pas depan meja bidan jaga, biar mudah dikontrol gitu. Sa maunya jalan-jalan dulu, tapi karena uda pakai baju bersalin dan repot gotong-gotong tiang infus akhirnya tiduran lagi. dokternya sudah bolak-balik telepon bidannya tanyain sa. Tapi, ya masih pembukaan dua.

Akhirnya, tiba juga disesi cerita yang agak horor. Pembukaan enggak nambah-nambah, jadi "dipaksa" nambah sama bidannya pakai GUNTING. Huwaaaa, sakit sih, tapi masih bisa ditahan. Pfhh, dibantu sampai pembukaan empat. Dikasih lagi obat perangsang kontraksi, lama masih enggak berasa sakit. Gunting lagi sampai pembukaan enam, delapan, sepuluh bukan secara alami, tapi digunting. Hihihi.Alhamdulillah, selain sakit digunting itu, sa enggak ngerasa sakit banget waktu kontraksi mau lahiran. Bidannya bolak-balik lihatin kondisi sa di tempat tidur sekitar lima sampai sepuluh menit sekali. Sampai bilang "Bu, kok tenang sekali? Kalau mau nangis gapapa, Bu ..." Lha, gimana mau nangis, wong sakitnya cuma lebih sakit sedikit dari diare, gitu ... (hihihi, ini hikmah sering diare kali,ya?).

Setelah pembukaan sepuluh itu, baru berasa kayak muleeees banget. Sampai keluar keringat dingin. Alhamndulillah, suami ada di samping sa. Beliau menenangkan dan memberikan afirmasi positif, "melahirkan itu adalah proses alami, Insya Allah sa bisa melahirkan dengan tenang, nyaman, lancar" berulang-ulang beliau sugesti sa hingga sa merasa rileks. Ketika sa merasa rileks, Subhanallah, sakitnya jadi jauuuh berkurang.

Dokter dan tiga orang bidan yang membantu sa lahiran. Rame pokoknya. Pasalnya, meski uda pembukaan sepuluh, bayinya belum turun juga. Sa uda makin mules ... uda miring biar bayinya cepat turun, enggak juga. Finally, perut sa ditekan dari atas ke bawah kuat banget sambil ngeden dua kali langsung bayinya keluar. Alhamdulillah, rasanya plooooooong banget.

Begitu lahir, langsung IMD (Inisiasi Menyusu Dini), Subhanallah walhamdulillah ... rasanya bahagiaaa sekali, I have a baby girl, be a mommy. Saking bahagianya, sa enggak ngerasa lagi dijahit. Padahal, sa dijahit sampai dua jam lebih, dari Pkl. 19.00wib sampai Pkl.21.30wib karena banyaknya robekan.

Buat teman-teman yang mau lahiran, sa mau berbagi tips berdasarkan pengalaman melahirkan pertama ini, jadi pelajaran juga buat sa melahirkan anak kedua dan seterusnya nanti :-D

-Tilawah. Sambil menunggu pembukaan bertambah, daripada galau jauh lebih baik waktunya dipakai buat tilawah, hati jadi tenang, pikiran jadi positif, dan perbanyak doa.
- Relaks. Ini penting banget waktu melahirkan. Meski mungkin terasa sakiiiit banget, tapi kalau kita ngerasa rileks, sakit yang dirasa akan jauuuuh berkurang.
- Sugesti Positif. Ini juga penting. Yakinkan diri berulang-ulang, kalau melahirkan adalah proses alami. Hal ini membantu tubuh dan pikiran kita menjadi tenang, sehingga kita Insya Allah bisa melahirkan dengan tenang, nyaman, dan lancar. Sugesti positif ini sa mulai sejak usia kehamilan masuk tujuh bulan, diulang-ulang setiap hari sesering mungkin, hingga masuk ke alam bawah sadar kita.
- 4T (Tasbih,Tahmid, Tahlil, Takbir). Daripada teriak-teriak enggak jelas, malah bikin heboh, panik, kacau,plus menguras energi yang harusnya dihemat buat ngeden nanti, lebih baik kita istighfar dan 4T. Selain membuat kita lebih bisa mengontrol diri dan rasa sakit, yang dengar juga lebih enak :-D
- Ikuti instruksi dokter atau bidan. Seberapa inginnya kita ngeden, jangan lakukan sebelum diinstruksikan dokter atau bidan. Seberapa pun susahnya menahan spontanitas mengangkat (maaf) pantat untuk mengurangi rasa sakit. Jangan lakukan, karena akan memperlebar robekan yang artinya membuat jahitan menjadi banyak. Dan ikuti instruksi lainnya, seperti jangan boros napas seolah habis lari ratusan kilo, dan lain-lain.


Semangat melahirkan dengan nyaman dan indah. A Special Moment.