Jumat, 20 Januari 2012

(Bukan) Peta Buta

Jadi ceritanya,ba'da dzuhur kemarin aka jam satu teng, saya sudah rapi-rapi dan siap menuju tempat janjian dengan seseorang (cie). Matut diri di cermin, uda oke, jilbab rapi, sepatu matching (hayyah). Check ban motor, oke. Lampu kiri kanan, kaca spion, rem tangan plus rem kaki, semua oke. Oke, sekarang saatnya berangkat!



Berbekal bukan sebuah alamat palsu, "Jalan Tuan Dikandang, masuk dari komplek PLTD Apung, nanti tanya saja Keude Kupi Surya, semua orang pasti tahu" yang tertera dalam ponsel saya, pergilah saya menyusuri daerah tempat kami janjian (ehem).

Kebetulan PLTD Apung itu ga terlalu jauh dari rumah saya, sekitar 10 menitanlah ditempuh dengan sepeda motor, 15 menitan dengan sepeda atau 20 menit kalau jalan cepat.



10 menit dari Pkl.13.00 wib saya sudah tiba di komplek PLTD Apung. Di palang jalan tertera "Jalan Harapan". Oo, mungkin masuk sini,pikir saya. Karena pengalaman jaman dahulu kala, di dalam jalan harapan ini tedapat sangat banyak cabang-cabang nama jalan yang berlainan.



Awalnya saya muter-muter keliling PLTD Apung itu, tapi kok ga nemu ya Jalan Tuan Dikandang. Akhirnya, karena mulai ragu saya keluar sampai ke ujung jalan harapan (keluar komplek PLTD Apung), kemudian jalan terus sampai arah tembusan ke simpang lima PU Seutui (eh, ga jalan ding, tapi mengendarai motor).



Berbekal pepatah, "malu bertanya, jalan-jalan" maka bertanyalah saya pada abang-abang yang jualan sayur di pinggir jalan (perawakannya sih kayak penduduk asli)

"Assalamu'alaykum, Bang, maaf numpang tanya, jalan Tuan Dikandang dimana ya?"

"Wa'alaykumussalam..Oo, jalan tuan dikandang masuk komplek PLTD Apung, dik. kalau ini uda Tuan Dipakeh. Nanti tanya saja dengan orang di sana, saya kurang tahu juga."

"Oo, makasih ya,bang."



Sarah come back! (atau Sarah return ya cocoknya? *bletak)



Kembalilah saya ke komplek PLTD Apung. Setiap palang jalan, saya perhatikan satu per satu. Pokoknya jangan sampai ada yang kelewatan deh.Masuk kiri keluar kanan. Masuk kanan keluar kiri. (Kayak pelajaran sekolah aja *lho?). Setelah capek keluar masuk jalan dan ga ketemu-ketemu si Jalan Tuan Dikandang, mampirlah saya di pojokan pangsit depan Kapal PLTD Apung yang konon katanya orang-orang mie pangsitnya enak banget (sekalian bantu promosi :hihi)



"Darimana, Nak?" tanya si Ibu yang jual mie pangsitnya.

"Dari rumah orang tua saya, Bu..mau ke rumah teman (*ga nanya!)" jawab saya

"Oo, dimana rumah temannya?" tanya si Ibu lagi

"Menurut sms-nya jalan Tuan Dikandang,Bu" jawab saya lagi.

"Oo, jalan tuan dikandang..nanti kamu dari belakang Kapal Apung ini, belok kanan aja, itu Jalan Tuan Dikandang"

"Oo, baik,Bu..terima kasih ya, Bu"



Pkl.13.45wib, setelah selesai menikmati pangsit si Ibu depan PLTD Apung, saya bergegas meneruskan perjalanan menunaikan janji suci (hayyah).



Menurut informasi saya harus belok kanan, maka beloklah saya ke kanan. Ada 3 cabang jalan, semua saya susuri. Keluar masuk dan nggak nemu-nemu. Berbekal pepatah yang sama seperti yang telah saya sebutkan diatas, bertanyalah saya lagi sama bapak penjual rujak dan buah segar di pinggir jalan depan mesjid Subussalam belakang Kapal Apung (lengkap amat).



"Assalamu'alaykum..permisi,Pak. Numpang tanya, jalan Tuan Dikandang dimana ya,Pak?"

"Wa'alaykumussalam..Oo jalan Tuan dikandang bukan disini,Nak. tapi yang sebelah kiri sana."

"Oo, makasih ya,Pak"

"Nanti tanya saja dengan orang asli sini, jangan tanya dengan pendatang, ga tau"

"Baik,Pak. Terima Kasih ya,Pak"



Dan sayapun menyusuri jalan yang ditunjuk si Bapak. Belok sebelah kiri, bukan sebelah kanan seperti petunjuk ibu pangsit. Semakin masuk jalannya semakin banyak yang bercabang, saya sampai khawatir nyasar jauh. Masih berbekal pepatah yang sama seperti yang telah saya sebutkan di atas, bertanyalah lagi saya pada seorang ibu pemilik kios yang sedang sibuk BBM-an (Bahan Bakar Minyak aka lagi mindahin bensin dari jeregen ke kaleng besar)



"Assalamu'alaikum..permisi,Bu. Numpang tanya, Jalan Tuan Dikandang dimana ya, Bu?" tanya saya.

"Wa'alaykumussalam..Oo, jalan tuan dikandang itu jalan ke kebun saya" jawab si ibu

"(Gubrak! mana saya tahu kebun ibu dimana) lewat mana ya, Bu?" tanya saya lagi

"Lewat sini saja,Nak. Lurus terus sampai mentok belok kanan" jelas si ibu"Baik, makasih ya,Bu..permisi" kata saya.



Kembali saya menyusuri jalan sesuai petunjuk si Ibu namun sudah jauuuuuuuh kedalam belum mentok-mentok juga jalannya seperti petunjuk si Ibu. Karena belum mentok, nggak bisa lah saya belok kanan meskipun begitu banyak tikungan kanan yang saya lewati.



Karena hati disergap ragu, untuk yang kesekian kalinya, saya menghentikan laju kendaraan saya dan kembali bertanya pada seorang bapak yang sudah tua, sepertinya penduduk asli.

"Assalamu'alaykum..permisi,Pak. Numpang tanya, jalan tuan dikandang dimana,Pak?"

"Wa'alaykumussalam..Oo, jalan tuan dikandang atau dusun tuan dikandang?"

"(toeng!) Jalan tuan dikandang,Pak"

"Oo..sudah lewat,Nak. Nanti kamu belok kiri saja, setelah itu belok kanan. Di sana jalan tuan dikandang, nanti kamu tanya saja dengan orang di sana"

"Oiya, baik,Pak..terima kasih ya,Pak..Assalamu'alaykum"

"Wa'alaykumussalam"



Baliklah saya ke belakang belok kiri kemudian belok kanan, sepeda motor saya terus jalan perlahan hingga bertemulah saya pada seseorang yang membuat harapan saya muncul. Bapak Pangsit!



Bapak pangsit ini bukan suaminya si Ibu penjual pangsit yang mangkal di depan PLTD Apung itu, tapi ini bapak pangsit langganan mba Siti di Lapangan Blang Padang yang jualan tiap hari Minggu pagi. Walaupun saya tidak pernah membeli pangsit si Bapak ini, tapi saya lumayan dikenal oleh beliau karena selalu nitip sepeda disamping gerobak beliau :hihi

Jadi kalau hari minggu pagi melihat ada sepeda Polygon warna biru nangkring si samping gerobak pangsit dimana penjualnya adalah seorang Bapak, maka Insya Allah bisa dipastikan itu sepeda saya (apa sih?)



Kembali ke topik,

Si Bapak pangsit tanya, saya mau kemana? Saya jawab, mau ke rumah teman. Dimana rumahnya? tanya si Bapak pangsit lagi. Di Jalan tuan dikandang, katanya di keude kupi Surya, jawab saya lagi. Oo, saya tahu, mari saya antar, tawar si bapak pangsit. Berbinarlah saya. Alhamdulillah..kembali semangat saya.



Tak lama kemudian sampailah saya diantar si Bapak ke sebuah kios.

"Ini tempatnya bang Surya" kata si Bapak dan segera pamit.

"oiya, baik, Pak..terima kasih ya,Pak. Maaf merepotkan" lanjut saya sembari berjanji dalam hati, insya Allah suatu hari, di hari minggu saya akan membeli pangsit beliau (Semangat!)



"Assalamu'alaykum..permisi.." sapa saya"Wa'alaykumussalam.." jawab sapaan dari dalam diiringi kemunculan sesosok Bapak berbadan besar laksana bodyguard, berkulit coklat dan berkumis tebal.

"(dag dig dug *suara jantung) Maaf,Pak..numpang tanya, apa benar ini jalan Tuan dikandang?" tanya saya (sok) berani (padahal uda berdebar-debar terpana)

"Benar" jawab si Bapak tegas dan garang plus bersuara besar.

"Oiya,maaf, Pak.. Apa benar ini keude kupi Surya?" tanya saya lagi (berharap salah alamat dan buru-buru kabur)

"Ini memang keude milik Bang Surya, tapi ini bukan keude kupi" jawab si Bapak

"iya juga ya, ini kan kios jual rempah-rempah, bukan keude kupi." Kata saya dalam hati

"Mau cari siapa?" tanya si Bapak dengan suara berapa oktaf (berasa menggelegar)

"Mau cari keude kupi Surya jalan Tuan dikandang,Pak" jawab saya

"Hei,ma'e..pat keude kupi Surya?" tanya di Bapak pada tetangganya yang lagi leyeh-leyeh dengan berteriak.

"Oo,di simpang jalan tuan dikandang dekat mesjid, keude kupi yang di ujung jalan" jawab tetangganya.

"uda dengar kan disana, dekat mesjid, balik lagi aja" kata si Bapak

"Baik, Pak. terima kasih,Pak..permisi.." kata saya sambil bergegas "kabur" *lemas



Tahukah saudara-saudara, kalau posisi saya saat itu sudah jauuuuuuuuuuuuuuuuhhh...dari mesjid yang dimaksud. Dan yang lebih dudulnya, saya lupa jalan keluarnya. Begitu berbalik arah keluar, terdapat banyaaaaaaakk sekali tikungan dan cabang-cabang jalan. berputar-putar lumayan lama dari satu cabang jalan ke cabang jalan yang lain, akhirnya tibalah saya ke jalan yang ujungnya terlihat pagar mesjid yang dimaksud. Alhamdulillah *seka keringat.



Sampai di mesjid itu, berbekal pengalaman, saya mengganti pepatah, tak lagi bertanya nanti sesat di jalan. Maka saya menyusuri jalan dengan benar-benar pelan sambil celingak-celinguk kiri kanan dan menatap ke depan juga tentunya biar nggak nabrak tiang listrik atau nyungsep ke selokan seperti hobbi masa lalu (eh). Disaat jalan-jalan inilah saya baru menyadari satu hal. HP!





Hah! Mengapa nggak dari tadi saya ingat kalau saya punya HP. Pffh..tat tit tut.. setelah menelepon seseorang yang sudah berkurang semangat saya untuk bertemu, akhirnya tiba juga saya di keude kupi Surya. Dan ternyata rumah beliau sekitar 10 meter di belakang keude kupi tersebut.



Alhamdullillah.. tepat pkl. 15.45wib aka 14 menit menjelang Ashar. Dari keadaan yang awalnya cantik, manis, rapi, wangi (dilarang muntah) tibalah saya di rumah yang sejak awal perjalanan hendak saya tuju dalam keadaan kucel, kumel laper (lagi?) *hihi. Namun karena disambut senyum manis dari tuan rumah yang ramah dan cantik, apalagi tambah disuguhkan segelas teh dingin dan sepiring kue manis, rasanya kucel dan kumel bukan jadi masalah lagi (lho?)



*Benar-benar payah, sudah "berkerak" di Banda Aceh, masih juga sering nyasar. Wong di daerah rumah sendiri saja masih suka nyasar kalau tiba-tiba PLN atau Telkom gali lubang dan disuruh nyari jalan lain.



Ditulis oleh : Anak rumahan

:hihi

Tidak ada komentar: