Menutup tahun 2014 kami harus melakukan perjalanan ke Semarang untuk suatu keperluan. Jadwal yang ditentukan masih sekitar tiga jam lagi. Ya, kami datang cepat ke tujuan agar bisa melihat-lihat daerah sekitar tempat acara. Banyak sekali penjual kaki lima. Ada yang menjual makanan, balon, boneka, kura-kura, juga bunga segar aneka jenis dan warna, subhanalllah ... indah sekali.
Kami berkeliling sampai kaki pegal, matahari cukup terik, inginnya istirahat tapi tidak ada tempat duduk, mana orang merokok dimana-mana, sungguh mengganggu. window shopping aka melihat-lihat doang ternyata melelahkan juga,ya?
Diantara semua penjaja dagangan, kami paling senang dan lama di tempat penjual kura-kura dan bunga. Saya pribadi, sukaaaa sekali dengan bunga segar dan berwarna-warni. Ada mawar aneka warna, ester, deasy, peacock, dahlia... Subhanallah, indahnyaaa.
Saya mengobrol banyak dengan penjualnya yang ramah. Aisyah bersama ayahnya juga senang melihat-lihat aneka bunga yang ada. Sampai kami hendak pergi, suami (tiba-tiba) romantis menghadiahkan saya se-bouquet dengan mawar tiga warna dilengkapi bunga indah lain.
Reaksi saya?
Malu (hidung kembang-kempis 😁), senang, lucu, heran, merasa ajaib, hihihi, nano-nano-lah. Habisnya, suami saya itu bukan pasangan yang romantis!
Anyway, jazakumullah khair, suamiku... ayah aisyah... mencintaimu karena Allah. Semoga rumah tangga kita barakah, bahagia hingga ke Jannah-Nya. Allahumma Aamiin.
Selasa, 30 Desember 2014
Senin, 29 Desember 2014
Sepasang kura-kura milik Aisyah
Alhamdulillah, Aisyah dihadiahkan sepasang kura-kura oleh Ayah. Kemarin saat kami ke Semarang, ayah melihat penjual kura-kura di trotoar jalan. Senangnya bukan main. Beberapa hari yang lalu, kami melihat kura-kura kecil milik anak teman ayah dan berencana untuk memelihara kura-kura. Ayah, bunda, dan aisyah suka kura-kura.
Namanya kura-kura brazil, keren yah? Kami sih belum tau kenapa, apakah mungkin karena asalnya dari brazil? Kalau iya, jauh banget ya asalnya *_*
Sebelum membeli, bunda bertanya dengan bapak penjualnya seputar kura-kura yang akan kami pelihara. Makanannya, perbedaan jantan dan betina, sebanyak apa airnya, dan lain-lain. Teman-teman mau tahu jawabannya? Perhatikan baik-baik, ya....
Kura-kura jantan memiliki corak yang lebih sedikit dan jarang pada badannya dibandingkan betina yang coraknya lebih banyak dan rapat. Selain itu, warna tempurung kura-kura jantan juga lebih gelap dibandingkan yang betina. Makanan kura-kuranya sama seperti makanan ikan yang bulat-bulat kecil, biasa dijual di toko yang menjual ikan hias. Airnya sedikit saja, agar mereka tetap bisa mendongakkan kepalanya ke atas.
Setiap pagi dan sore, ayah dan aisyah selalu mengganti air di kotaknya. Saat airnya diganti, kura-kura kami letakkan di ember, kemudian mereka akan berenang cepat mengitari ember. Lucu, aisyah senang sekali melihatnya. Semoga kami bisa memelihara sepasang kura-kura ini dengan baik. Allahuma Aamiin.
Namanya kura-kura brazil, keren yah? Kami sih belum tau kenapa, apakah mungkin karena asalnya dari brazil? Kalau iya, jauh banget ya asalnya *_*
Sebelum membeli, bunda bertanya dengan bapak penjualnya seputar kura-kura yang akan kami pelihara. Makanannya, perbedaan jantan dan betina, sebanyak apa airnya, dan lain-lain. Teman-teman mau tahu jawabannya? Perhatikan baik-baik, ya....
Kura-kura jantan memiliki corak yang lebih sedikit dan jarang pada badannya dibandingkan betina yang coraknya lebih banyak dan rapat. Selain itu, warna tempurung kura-kura jantan juga lebih gelap dibandingkan yang betina. Makanan kura-kuranya sama seperti makanan ikan yang bulat-bulat kecil, biasa dijual di toko yang menjual ikan hias. Airnya sedikit saja, agar mereka tetap bisa mendongakkan kepalanya ke atas.
Setiap pagi dan sore, ayah dan aisyah selalu mengganti air di kotaknya. Saat airnya diganti, kura-kura kami letakkan di ember, kemudian mereka akan berenang cepat mengitari ember. Lucu, aisyah senang sekali melihatnya. Semoga kami bisa memelihara sepasang kura-kura ini dengan baik. Allahuma Aamiin.
Label:
Aku Kamu Kita,
Dunia Anak,
Jalan-jalan,
Pernikahan
Sabtu, 27 Desember 2014
Stop membandingkan, Bunda!
Alhamdulillah, sekarang Aisyah sudah berusia 14 bulan. Banyak perkembangannya yang membuat kami-saya dan suami bahagia sekaligus bangga padanya. Kami berusaha menjadi ayah dan bunda yang friendly bagi Aisyah. Namun ternyata, saya masih banyak kekurangan dalam mendampingi tumbuh kembang Aisyah. Saya masih saja ada rasa cemburu saat melihat kelebihan anak lain dan ingin Aisyah bisa. Padahal saya sadar benar, setiap anak ada masanya, ada lebih dan kurangnya. Astaghfirullah, maafkan Bunda ya, Nak... :')
Di perumahan tempat kami tinggal, ada beberapa anak seusia Aisyah. Kami sering bertemu saat jalan pagi, sekedar berpapasan sambil berbagi senyum atau sesekali mengobrol sejenak. Umumnya, obrolan seputar tumbuh kembang anak. Paliiiing sering tentang usia berapa anak mereka sudah bisa berjalan sendiri, mungkin melihat aisyah masih kami tuntun.
"Putra saya ini usia 9 bulan uda bisa jalan sendiri. Ini belum bisa jalan sendiri, toh? (Sambil melihat aisyah)"
"Anak saya hampir 10 bulan uda jalan, cepat banget jalannya (lihat Aisyah juga)"
"Paling lama biasa setahun uda bisa jalan, ya..."
dan lain-lain... Biasalah, kalau orang tua membanggakan kepintaran anaknya.
Tak dipungkiri, hal ini membuat saya sedih. Apalagi kemudian melihat video anak teman yang seusia aisyah uda bisa jalan di saat Aisyah baru bisa berdiri sendiri :'(
"Apakah Aisyah kurang stimulasi? Apakah ada masalah dengan kakinya?" Semua tanya dijawab lega dengan penjelasan dokter bahwa Aisyah baik,sehat, tulang kakinya normal, otot kakinya kuat.
Semua ada masanya. Stop membandingkan, Bunda!
Ya, cukup membandingkan Aisyah dengan anak lainnya. Ini hanya masalah jalan, bila tiba masanya ... Insya Allah, Aisyah pasti bisa berjalan seperti anak lain. Tiba-tiba, saya merasa malu dan menyusup perasaan bersalah karena kurang bersyukur. Bukankah untuk hal lain perkembangan Aisyah sungguh membahagiakan, sungguh memudahkan saya dalam berinteraksi dengannya.
Aisyah yang enggak pernah rewel. Aisyah yang sudah bisa membedakan kanan dan kiri, mengenal anggota tubuhnya. Dengan baik Aisyah bisa menunjukkan mana kaki kanan atau kiri, tangan kanan dan kiri, perut, hidung, telinga, kepala, mulut dan punggung saat kami menanyakannya. Mengetahui beberapa warna seperti purple, green, blue, orange, pink, yellow, red. Biasa saya cukup bertanya "Aisyah, warna blue yang mana?" Maka aisyah akan menunjukkan seprei, baju, atau warna lain yang berwarna biru. Demikian pula dengan warna lain.
Aisyah mengerti saat saya meminta tolong mengambilkan barang padanya. "Aisyah, tolong ambilkan kaus kaki Aisyah, Nak..." dengan sigap, dia akan mengambilkannya untuk saya. Barang lain seperti pakaian, sepatu, minyak kayu putih, dan banyak lagi. Bisa melambaikan tangan dadadadah, salam, tepuk tangan,mengekspresikan wajahnya dengan lucu. Bukankah hal-hal tersebut membuat kami bahagia dan senantiasa tertawa setiap hari?
Teringat saat saya sakit, Aisyah begitu anteng main sendiri tanpa mengganggu saya... seperti kebiasaan kami setiap hari, selesai bermain, semua mainan dirapikan dan dimasukkan di dalam tas, Aisyah melakukan semua kebiasaan itu tanpa mengganggu saya yang sedang tidur (tiduran). Ya, saya memang menanamkan kebiasaan rapi-rapi padanya. Masya Allah ... bahkan saat saya iseng bilang "Aisyah, tolong pijit tangan bunda sayang..." ia akan langsung ambil minyak kayu putih dan meremas-remas kecil tangan saya seperti memijit (meniru yang dilakukan ayahnya). Masya Allah... fabiayyi ala irabbikuma tukadziban... maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?
mainan kesukaan Aisyah, kotak distorsi aneka bentuk, wiregame, dan buku-buku.
Semua yang ada pada Aisyah hingga hari ini bukankah begitu mewarnai hari, jadi stop membandingkan, Bunda!
Alhamdulillah, ketika saya sudah ridha dengan "keterlambatan" Aisyah berjalan... Allahu Akbar, sore hari di hari yang sama Aisyah tiba-tiba berjalan sendiri. Alhamdulillah, Masya Allah, Barakallah... Ana Uhibbuki Fillah, Aisyah Hilmiya Ahmad-putri kesayangan ayah bunda. :-*
Di perumahan tempat kami tinggal, ada beberapa anak seusia Aisyah. Kami sering bertemu saat jalan pagi, sekedar berpapasan sambil berbagi senyum atau sesekali mengobrol sejenak. Umumnya, obrolan seputar tumbuh kembang anak. Paliiiing sering tentang usia berapa anak mereka sudah bisa berjalan sendiri, mungkin melihat aisyah masih kami tuntun.
"Putra saya ini usia 9 bulan uda bisa jalan sendiri. Ini belum bisa jalan sendiri, toh? (Sambil melihat aisyah)"
"Anak saya hampir 10 bulan uda jalan, cepat banget jalannya (lihat Aisyah juga)"
"Paling lama biasa setahun uda bisa jalan, ya..."
dan lain-lain... Biasalah, kalau orang tua membanggakan kepintaran anaknya.
Tak dipungkiri, hal ini membuat saya sedih. Apalagi kemudian melihat video anak teman yang seusia aisyah uda bisa jalan di saat Aisyah baru bisa berdiri sendiri :'(
"Apakah Aisyah kurang stimulasi? Apakah ada masalah dengan kakinya?" Semua tanya dijawab lega dengan penjelasan dokter bahwa Aisyah baik,sehat, tulang kakinya normal, otot kakinya kuat.
Semua ada masanya. Stop membandingkan, Bunda!
Ya, cukup membandingkan Aisyah dengan anak lainnya. Ini hanya masalah jalan, bila tiba masanya ... Insya Allah, Aisyah pasti bisa berjalan seperti anak lain. Tiba-tiba, saya merasa malu dan menyusup perasaan bersalah karena kurang bersyukur. Bukankah untuk hal lain perkembangan Aisyah sungguh membahagiakan, sungguh memudahkan saya dalam berinteraksi dengannya.
Aisyah yang enggak pernah rewel. Aisyah yang sudah bisa membedakan kanan dan kiri, mengenal anggota tubuhnya. Dengan baik Aisyah bisa menunjukkan mana kaki kanan atau kiri, tangan kanan dan kiri, perut, hidung, telinga, kepala, mulut dan punggung saat kami menanyakannya. Mengetahui beberapa warna seperti purple, green, blue, orange, pink, yellow, red. Biasa saya cukup bertanya "Aisyah, warna blue yang mana?" Maka aisyah akan menunjukkan seprei, baju, atau warna lain yang berwarna biru. Demikian pula dengan warna lain.
Aisyah mengerti saat saya meminta tolong mengambilkan barang padanya. "Aisyah, tolong ambilkan kaus kaki Aisyah, Nak..." dengan sigap, dia akan mengambilkannya untuk saya. Barang lain seperti pakaian, sepatu, minyak kayu putih, dan banyak lagi. Bisa melambaikan tangan dadadadah, salam, tepuk tangan,mengekspresikan wajahnya dengan lucu. Bukankah hal-hal tersebut membuat kami bahagia dan senantiasa tertawa setiap hari?
Teringat saat saya sakit, Aisyah begitu anteng main sendiri tanpa mengganggu saya... seperti kebiasaan kami setiap hari, selesai bermain, semua mainan dirapikan dan dimasukkan di dalam tas, Aisyah melakukan semua kebiasaan itu tanpa mengganggu saya yang sedang tidur (tiduran). Ya, saya memang menanamkan kebiasaan rapi-rapi padanya. Masya Allah ... bahkan saat saya iseng bilang "Aisyah, tolong pijit tangan bunda sayang..." ia akan langsung ambil minyak kayu putih dan meremas-remas kecil tangan saya seperti memijit (meniru yang dilakukan ayahnya). Masya Allah... fabiayyi ala irabbikuma tukadziban... maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?
mainan kesukaan Aisyah, kotak distorsi aneka bentuk, wiregame, dan buku-buku.
Semua yang ada pada Aisyah hingga hari ini bukankah begitu mewarnai hari, jadi stop membandingkan, Bunda!
Alhamdulillah, ketika saya sudah ridha dengan "keterlambatan" Aisyah berjalan... Allahu Akbar, sore hari di hari yang sama Aisyah tiba-tiba berjalan sendiri. Alhamdulillah, Masya Allah, Barakallah... Ana Uhibbuki Fillah, Aisyah Hilmiya Ahmad-putri kesayangan ayah bunda. :-*
Label:
Aku Kamu Kita,
Buku,
Dunia Anak,
Keluarga,
Pernikahan
Selasa, 23 Desember 2014
Barakallahu fii umruk, Ayah Aisyah :-)
Bismillahirrahmaanirrahiim...
Alhamdulillah, hari ini ayah aisyah mencapai usia 29 tahun. Bahagia, bisa mendampinginya hingga hari ini.
Kemarin, bunda dan aisyah membeli hadiah untuk ayah aisyah. Kami membeli dompet, tali pinggang, sepatu futsal, dan jaket. Alasannya, dompet ayah aisyah uda butut banget, robek sana-sini. Tali pinggang uda hampir putus. Sepatu futsal juga sudah jebol dan robek sana-sini, butut banget, sampai ayah sudah lama sekali tidak main futsal lagi (hmm, uda berapa bulan,yak?). Begitupula dengan jaket ayah yang tipis dan warnanya uda kusam. Ayah kan pergi-pulang kantor naik sepeda, jadinya butuh jaket saat panas atau hujan. Akhirnya, kami pecah celengan, semoga hadiahnya barakah dan bermanfaat ya, Ayah. :')
Kadonya kami simpan di kamar main aisyah, hihi, bunda yang ngumpetin agar enggak ketahuan ayah. Terus, sejak tadi malam kadonya di kasih satu per satu, hihihi.
Kado 1, malam saat bunda buat birthday cake untuk ayah
Kado 2, malam menjelang tidur, muka ngantuk :-D
Kado 3, pagi saat bangun tidur
Kado 4, sepulang ayah dari kantor
Bunda juga membuat Birthday Cake untuk ayah, dibawa ke kantor agar dapat dinikmati bersama teman-teman ayah.
Finally, barakallahu fii umruk, ayah sayang... semoga barakah usia bahagia dunia akhirat. Semakin shaleh dan menjadi imam yang teladan bagi kami. We love you because of Allah.
Alhamdulillah, hari ini ayah aisyah mencapai usia 29 tahun. Bahagia, bisa mendampinginya hingga hari ini.
Kemarin, bunda dan aisyah membeli hadiah untuk ayah aisyah. Kami membeli dompet, tali pinggang, sepatu futsal, dan jaket. Alasannya, dompet ayah aisyah uda butut banget, robek sana-sini. Tali pinggang uda hampir putus. Sepatu futsal juga sudah jebol dan robek sana-sini, butut banget, sampai ayah sudah lama sekali tidak main futsal lagi (hmm, uda berapa bulan,yak?). Begitupula dengan jaket ayah yang tipis dan warnanya uda kusam. Ayah kan pergi-pulang kantor naik sepeda, jadinya butuh jaket saat panas atau hujan. Akhirnya, kami pecah celengan, semoga hadiahnya barakah dan bermanfaat ya, Ayah. :')
Kadonya kami simpan di kamar main aisyah, hihi, bunda yang ngumpetin agar enggak ketahuan ayah. Terus, sejak tadi malam kadonya di kasih satu per satu, hihihi.
Kado 1, malam saat bunda buat birthday cake untuk ayah
Kado 2, malam menjelang tidur, muka ngantuk :-D
Kado 3, pagi saat bangun tidur
Kado 4, sepulang ayah dari kantor
Bunda juga membuat Birthday Cake untuk ayah, dibawa ke kantor agar dapat dinikmati bersama teman-teman ayah.
Finally, barakallahu fii umruk, ayah sayang... semoga barakah usia bahagia dunia akhirat. Semakin shaleh dan menjadi imam yang teladan bagi kami. We love you because of Allah.
Minggu, 07 Desember 2014
Singkong ala Thai
Weleh ... di rumah sedang kebanjiran singkong aka ubi kayu. Alhamdulillah ... tapi kalau digoreng terus bosen, padahal masih ada LIMA KILO lagi. Haduh, gimana dong! Mau bikin kolak kudu keluar modal gede buat pendamping si singkong. Pingin dijadiin kue talam ubi tapi kok rasanya ribet, ya... (halah, padahal malas). Lagipula, bosen juga terlalu sering makan ubi, Pfhh... mana bikin angin keluar terus dan menyebarkan aroma beracun. Finally, jadilah disulap jadi Singkong Ala Thai yang terkenal itu, ternyata enggak cuma harumnya yang bikin laper, tapi rasanya juga benar-benar top markotop!
Resepnya saya ikuti dari sini
Bahan:
- 800 gram singkong, potong-potong sepanjang 5 cm, belah dua, buang serat tengahnya.
- 1 1/2 liter air
- 2 lembar daun pandan, potong sepanjang 5 cm
- 1/2 sendok teh garam
- 200 gram gula pasir
- 1 sendok teh vanili ekstrak
Bahan saus:
- 500 ml santan kental dari 1 butir kelapa
- 1 sendok teh garam
- 2 lembar daun pandan, potong sepanjang 5 cm
- 1 sendok makan tepung maizena larutkan dengan 3 sendok makan santan
noted: saya pakai 5kg singkong, bahan lain hitung timbang sendiri sesuai resep asli di atas.
Cara membuat:
Siapkan panci, masukkan air, rebus hingga air mendidih. Masukkan singkong dan daun pandan, rebus hingga singkong benar-benar empuk, berwarna hampir transparan dan air menyusut. Tambahkan gula pasir, vanila ekstrak dan garam. Rebus hingga gula larut.
Jika air yang digunakan untuk merebus habis sementara singkong belum empuk benar, tambahkan air panas secukupnya dan lanjutkan merebus hingga air hampir habis namun singkong masih terlihat basah. Angkat dan sisihkan.
Membuat vla santan
Siapkan panci kecil, masukkan santan, garam, daun pandan dan larutan tepung maizena. Rebus dengan api kecil sambil diaduk-aduk hingga santan mulai mengeluarkan letupan-letupan kecil dan mengental. Lanjutkan merebus selama 2 menit, aduk-aduk agar santan tidak pecah dan angkat.
Penyajian
Siapkan mangkuk, tata singkong diatasnya dan siram dengan kuah santan. Yummy!
Legaaaa rasanya semua ubi sudah dieksekusi jadi siap makan dan berkesempatan berbagi dengan tetangga, Alhamdulillah ...
Oya, OOT sedikit, buat Pak Menteri ... menurut saya, daripada para PNS dihimbau untuk makan SINGKONG REBUS, bikin perut berangin dan keluar angin beracun, suasana kerja jadi enggak enak dan efek samping lainnya, meski alasannya untuk mensejahterakan petani lokal selain untuk hidup sederhana, lebih baik kan menyajikan kue modifikasi singkong, jangan plek kudu singkong rebus. Hal ini kan juga sekaligus bisa memacu para ibu-ibu untuk berkreatif menciptakan varian makanan dengan bahan utama singkong, syukur-syukur bisa go international.
Resepnya saya ikuti dari sini
Bahan:
- 800 gram singkong, potong-potong sepanjang 5 cm, belah dua, buang serat tengahnya.
- 1 1/2 liter air
- 2 lembar daun pandan, potong sepanjang 5 cm
- 1/2 sendok teh garam
- 200 gram gula pasir
- 1 sendok teh vanili ekstrak
Bahan saus:
- 500 ml santan kental dari 1 butir kelapa
- 1 sendok teh garam
- 2 lembar daun pandan, potong sepanjang 5 cm
- 1 sendok makan tepung maizena larutkan dengan 3 sendok makan santan
noted: saya pakai 5kg singkong, bahan lain hitung timbang sendiri sesuai resep asli di atas.
Cara membuat:
Siapkan panci, masukkan air, rebus hingga air mendidih. Masukkan singkong dan daun pandan, rebus hingga singkong benar-benar empuk, berwarna hampir transparan dan air menyusut. Tambahkan gula pasir, vanila ekstrak dan garam. Rebus hingga gula larut.
Jika air yang digunakan untuk merebus habis sementara singkong belum empuk benar, tambahkan air panas secukupnya dan lanjutkan merebus hingga air hampir habis namun singkong masih terlihat basah. Angkat dan sisihkan.
Membuat vla santan
Siapkan panci kecil, masukkan santan, garam, daun pandan dan larutan tepung maizena. Rebus dengan api kecil sambil diaduk-aduk hingga santan mulai mengeluarkan letupan-letupan kecil dan mengental. Lanjutkan merebus selama 2 menit, aduk-aduk agar santan tidak pecah dan angkat.
Penyajian
Siapkan mangkuk, tata singkong diatasnya dan siram dengan kuah santan. Yummy!
Legaaaa rasanya semua ubi sudah dieksekusi jadi siap makan dan berkesempatan berbagi dengan tetangga, Alhamdulillah ...
Oya, OOT sedikit, buat Pak Menteri ... menurut saya, daripada para PNS dihimbau untuk makan SINGKONG REBUS, bikin perut berangin dan keluar angin beracun, suasana kerja jadi enggak enak dan efek samping lainnya, meski alasannya untuk mensejahterakan petani lokal selain untuk hidup sederhana, lebih baik kan menyajikan kue modifikasi singkong, jangan plek kudu singkong rebus. Hal ini kan juga sekaligus bisa memacu para ibu-ibu untuk berkreatif menciptakan varian makanan dengan bahan utama singkong, syukur-syukur bisa go international.
Label:
Aku Kamu Kita,
Keluarga,
Kesehatan,
mari bekerja,
Pernikahan,
Resep
Rabu, 03 Desember 2014
Dragon Fruit Cake
Sudah beberapa hari Ayah Aisyah request Dragon Fruit Cake, buahnya pun sudah dibelikan. Jadilah malam ini saya mengeksekusinya dibantu Ayah Aisyah. Resepnya sa adapsi dari resep Red Velvet Kukus-nya mba Endang. Beberapa bahan saya skip karena enggak punya dan Aisyah ikutan makan. :-)
Resep aslinya bisa dilihat di sini . Tapi, jangan bandingin hasil fotonya, ya... hihihi. Pastinya, ini resep emang recommended hasilnya benar-benar yummy!
Bahan A:
- 1 buah naga merah
- 250 ml air
Bahan B:
- 4 butir telur ukuran sedang
- 100 gram susu cair
- 25 gram krim kental, bisa menggunakan dairy dan non dairy cream
- 1 buah jeruk lemon, peras airnya
Bahan C:
- 220 gram mentega/butter
- 200 gram margarine
- 200 gram gula pasir
- 1 sendok teh vanila ekstrak
Bahan D (ayak jadi satu):
- 400 gram tepung terigu protein rendah
- 55 gram susu bubuk
- 1 sendok teh baking powder (saya enggak pakai karena Aisyah ikut makan)
- 1/2 sendok teh garam
Cara membuat:
- Siapkan loyang, olesi permukaannya dengan margarine. Taburi bagian sisi-sisi loyang dengan tepung. Alasi bagian dasar loyang dengan kertas baking, olesi permukaan kertas dengan margarine. Potong kertas lebih panjang dibandingkan loyang sehingga ada bagian kertas yang masih keluar dari dalam loyang, sisa kertas sebagai pegangan dan memudahkan kita saat akan mengeluarkan cake dari loyang.
- Siapkan kukusan, beri air yang banyak dan panaskan hingga mendidih. Anda juga bisa memanggangnya di suhu 170'C. Saya membuat dengan keduanya-kukus dan panggang.
- Blender buah naga merah hingga halus, sisihkan.
- Siapkan mangkuk mikser, masukkan mentega, margarine dan gula pasir, kocok dengan kecepatan rendah hingga adonan tercampur baik, kemudian naikkan kecepatan mikser menjadi sedang dan kocok hingga mentega dan margarine berubah warna menjadi putih, mengembang dan pekat. Anda bisa lihat mentega dan margarine yang tadinya padat dan tidak terlalu banyak volumenya, berubah menjadi kembang dan ringan.
- Dalam mangkuk terpisah, masukkan bahan B: telur, 70 gram bubur buah naga, susu cair, air jeruk lemon dan krim kental. Aduk hingga rata.
- Hidupkan mesin mikser, gunakan kecepatan paling rendah. Masukkan larutan telur dan ayakan tepung terigu secara bergantian. Gunakan sendok sayur untuk memasukkannya, sambil adonan terus dikocok hingga tercampur baik.
Warna adonannya cantik banget alami dari buah naga merahnya tanpa tambahan pewarna kue.
- Kukus atau panggang.
Saya membuat versi kukus dan panggang karena adonannya banyak dan agar cepat selesai, hihi, berhubung Aisyah sudah menunjukkan tanda-tanda ingin tidur, jadi saya harus segera menyelesaikan urusan dapur.
Hasil cake yang dipanggang tetap berwarna pink cantik di permukaannya, sedangkan yang kukus berwarna pucat.
Hasil yang dipanggang tetap pink permukaannya.
Hasil yang dikukus warnanya lebih pucat.
Saya pribadi lebih suka yang versi panggang. Rasanya crunch di luar tapi empuk dan lembut di dalam. Sedangkan ayah aisyah suka yang kukus, lebih padat, basah, lembut seperti brownies kukus. Aisyah? Ah, Aisyah mah suka keduanya... Alhamdulillah.
Selamat mengeksekusi! :-)
Resep aslinya bisa dilihat di sini . Tapi, jangan bandingin hasil fotonya, ya... hihihi. Pastinya, ini resep emang recommended hasilnya benar-benar yummy!
Bahan A:
- 1 buah naga merah
- 250 ml air
Bahan B:
- 4 butir telur ukuran sedang
- 100 gram susu cair
- 25 gram krim kental, bisa menggunakan dairy dan non dairy cream
- 1 buah jeruk lemon, peras airnya
Bahan C:
- 220 gram mentega/butter
- 200 gram margarine
- 200 gram gula pasir
- 1 sendok teh vanila ekstrak
Bahan D (ayak jadi satu):
- 400 gram tepung terigu protein rendah
- 55 gram susu bubuk
- 1 sendok teh baking powder (saya enggak pakai karena Aisyah ikut makan)
- 1/2 sendok teh garam
Cara membuat:
- Siapkan loyang, olesi permukaannya dengan margarine. Taburi bagian sisi-sisi loyang dengan tepung. Alasi bagian dasar loyang dengan kertas baking, olesi permukaan kertas dengan margarine. Potong kertas lebih panjang dibandingkan loyang sehingga ada bagian kertas yang masih keluar dari dalam loyang, sisa kertas sebagai pegangan dan memudahkan kita saat akan mengeluarkan cake dari loyang.
- Siapkan kukusan, beri air yang banyak dan panaskan hingga mendidih. Anda juga bisa memanggangnya di suhu 170'C. Saya membuat dengan keduanya-kukus dan panggang.
- Blender buah naga merah hingga halus, sisihkan.
- Siapkan mangkuk mikser, masukkan mentega, margarine dan gula pasir, kocok dengan kecepatan rendah hingga adonan tercampur baik, kemudian naikkan kecepatan mikser menjadi sedang dan kocok hingga mentega dan margarine berubah warna menjadi putih, mengembang dan pekat. Anda bisa lihat mentega dan margarine yang tadinya padat dan tidak terlalu banyak volumenya, berubah menjadi kembang dan ringan.
- Dalam mangkuk terpisah, masukkan bahan B: telur, 70 gram bubur buah naga, susu cair, air jeruk lemon dan krim kental. Aduk hingga rata.
- Hidupkan mesin mikser, gunakan kecepatan paling rendah. Masukkan larutan telur dan ayakan tepung terigu secara bergantian. Gunakan sendok sayur untuk memasukkannya, sambil adonan terus dikocok hingga tercampur baik.
Warna adonannya cantik banget alami dari buah naga merahnya tanpa tambahan pewarna kue.
- Kukus atau panggang.
Saya membuat versi kukus dan panggang karena adonannya banyak dan agar cepat selesai, hihi, berhubung Aisyah sudah menunjukkan tanda-tanda ingin tidur, jadi saya harus segera menyelesaikan urusan dapur.
Hasil cake yang dipanggang tetap berwarna pink cantik di permukaannya, sedangkan yang kukus berwarna pucat.
Hasil yang dipanggang tetap pink permukaannya.
Hasil yang dikukus warnanya lebih pucat.
Saya pribadi lebih suka yang versi panggang. Rasanya crunch di luar tapi empuk dan lembut di dalam. Sedangkan ayah aisyah suka yang kukus, lebih padat, basah, lembut seperti brownies kukus. Aisyah? Ah, Aisyah mah suka keduanya... Alhamdulillah.
Selamat mengeksekusi! :-)
Label:
Aku Kamu Kita,
Keluarga,
Kesehatan,
Resep
Langganan:
Postingan (Atom)