Tampilkan postingan dengan label Jalan-jalan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jalan-jalan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 03 Januari 2015

Mesjid bersih hati pun jernih

Masih seputar Semarang, sepulang dari kopdar KPBA di rumah Kak Taro-Lestari sudah memasuki waktu dzuhur, jadilah kami mampir di mesjid terdekat. Lihat kiri-kanan jalan, bertemulah dengan Mesjid Raya Candi Lama di sisi jalan wahidin 109 Semarang.


Memasuki halaman mesjid, saya langsung kagum dengan pengelolaannya. Tampak sekali mesjid ini hidup saat saya membaca papan besar kegiatan rutin, mading yang update info, dan beberapa koran hari ini. Selain itu, baru kali ini saya mendapati mesjid yang memiliki klinik dengan beberapa dokter spesialis, tempat travel, mini market, serta yang paling spesial ada tempat kajian akhwat di lantai dua selain kantor Baitul Mall mesjid.



Saat memasuki tempat wudhu dan toilet, saya senang sekali. Toilet bersih dan harum, begitu pula tempat wudhu. Tak ada genangan air, lumut, atau pekakas yang berserakan. Bersih! Selain itu, ada keran khusus cuci kaki di depan pintu keluar-masuk toilet-tempat wudhu yang terhubung dengan tempat sholat wanita. Ini jarang sekali saya temui. Jadi, kita tidak perlu khawatir ada najis yang tertinggal atau jejak tapak kotor sebelum memasuki lantai mesjid.


mukena juga tergantung rapo, bersih, dan harum.

Saya pribadi, senang sekali setiap mendapati mesjid yang bersih seperti ini. Tidak menimbulkan uneg dan prasangka terhadap pengelola mesjid.
"Kok tempat wudhu-nya lumutan, ya? Kamar mandinya bau."
"Hambal mesjidnya banyak debu, emangnya enggak ada yang bersihin?"
"Mukenanya kotor dan bau banget, untung bawa sendiri, kalau enggak beneran bikin enggak kusyuk saking baunya."
dll, dst...

Astaghfirullah...

Begitulah... apakah mungkin teman-teman merasakan hal yang sama saat mendatangi mesjid yang kurang terurus?
Ah, mesjid bersih itu memang dambaan setiap muslim, selain memberi perasaan lebih nyaman, insya Allah ibadah tenang, hati senang... enggak pakai su'udzon sama pengelola mesjid. Betul... betul... betul?:-)

Kamis, 01 Januari 2015

Kopdar KPBA Semarang, saru!

Membuka awal 2015, keluarga kecil kami mengikuti kopdar KPBA (Komunitas Penulis Bacaan Anak) yang diselenggarakan di Semarang, tepatnya di rumah Kak Taro (Lestari).

Saya enggak menyangka bakal bisa hadir, sempat maju mundur karena kondisi saya yang sedang drop. Mengingat pematerinya adalah Ci Dian K-idola saya (cieee), meski meriang, tenggorokan radang, tetap dibela-belain ikut. 😀

Bermula beberapa hari yang lalu saya melihat pengumuman tentang pertemuan ini, ingin ikuuuut, apalagi lihat pematerinya, langsung blink-blink ini mata. Semakin berapi-api semangat saya. Kapan lagi? Pasalnya kan beliau domisili di Jawa Timur. Kesempatan emas, nih!

Alhamdulillah, bisa ketemu juga denga Ci Dian dan menyimpan ilmu keren dari beliau. Saking takjubnya, saya sampai enggak ngomong-ngomong (masih berasa mimpi, hihihi, lebay). Belum lagi di sebelah saya ada ibu yang sudah menulis lebih dari 30 buku parenting dan psycotest bersama anak beliau yang juga sedang proses penerbitan novelnya, ada mas sinyoe salah satu master di KPBA, mba dedew penulis anak kos dodol, dilengkapi teman-teman yang lagi mengerjakan proyek buku anak-novel maupun pictbook. Makin mengkeret deh saya. Malu!

Alasan lain yang bikin ngebet banget buat hadir karena ada mba dedew. Duuuh, sejak zaman ngidam sampai Aisyah setahunan belum hilang rasa kepingin pakai bangetnya ketemu mba dedew. Alhamdulillah, kesampaian.

Positifnya ikut acara beginian, selain gratis dan banyak makanan plus ketemu orang-orang beken (eh :-D), dapat ilmu kepenulisan cerita anak yang banyaaaak, terutama acaranya dikemas seperti mengobrol sama teman. So, walaupun banyak master tetap enggak ada pem-bullying-an, semua akrab, ramah, dan menyenangkan. Saru, deh! Santai dan Seru. Semangat jadi terpacu untuk menulis, enggak mau kalah dong. Bismillah, semoga tahun ini bisa ikut melahirkan buku anak. Chaiyo!

Finally, jazakumullah khairul katsiran atas semuanya, bahagiaaaa bisa bertemu kakak-kakak semua. ☺


Selasa, 30 Desember 2014

Ketika suami (tiba-tiba) romantis

Menutup tahun 2014 kami harus melakukan perjalanan ke Semarang untuk suatu keperluan. Jadwal yang ditentukan masih sekitar tiga jam lagi. Ya, kami datang cepat ke tujuan agar bisa melihat-lihat daerah sekitar tempat acara. Banyak sekali penjual kaki lima. Ada yang menjual makanan, balon, boneka, kura-kura, juga bunga segar aneka jenis dan warna, subhanalllah ... indah sekali.

Kami berkeliling sampai kaki pegal, matahari cukup terik, inginnya istirahat tapi tidak ada tempat duduk, mana orang merokok dimana-mana, sungguh mengganggu. window shopping aka melihat-lihat doang ternyata melelahkan juga,ya?

Diantara semua penjaja dagangan, kami paling senang dan lama di tempat penjual kura-kura dan bunga. Saya pribadi, sukaaaa sekali dengan bunga segar dan berwarna-warni. Ada mawar aneka warna, ester, deasy, peacock, dahlia... Subhanallah, indahnyaaa.

Saya mengobrol banyak dengan penjualnya yang ramah. Aisyah bersama ayahnya juga senang melihat-lihat aneka bunga yang ada. Sampai kami hendak pergi, suami (tiba-tiba) romantis menghadiahkan saya se-bouquet dengan mawar tiga warna dilengkapi bunga indah lain.

Reaksi saya?
Malu (hidung kembang-kempis 😁), senang, lucu, heran, merasa ajaib, hihihi, nano-nano-lah. Habisnya, suami saya itu bukan pasangan yang romantis!

Anyway, jazakumullah khair, suamiku... ayah aisyah... mencintaimu karena Allah. Semoga rumah tangga kita barakah, bahagia hingga ke Jannah-Nya. Allahumma Aamiin.

Senin, 29 Desember 2014

Sepasang kura-kura milik Aisyah

Alhamdulillah, Aisyah dihadiahkan sepasang kura-kura oleh Ayah. Kemarin saat kami ke Semarang, ayah melihat penjual kura-kura di trotoar jalan. Senangnya bukan main. Beberapa hari yang lalu, kami melihat kura-kura kecil milik anak teman ayah dan berencana untuk memelihara kura-kura. Ayah, bunda, dan aisyah suka kura-kura.

Namanya kura-kura brazil, keren yah? Kami sih belum tau kenapa, apakah mungkin karena asalnya dari brazil? Kalau iya, jauh banget ya asalnya *_*

Sebelum membeli, bunda bertanya dengan bapak penjualnya seputar kura-kura yang akan kami pelihara. Makanannya, perbedaan jantan dan betina, sebanyak apa airnya, dan lain-lain. Teman-teman mau tahu jawabannya? Perhatikan baik-baik, ya....


Kura-kura jantan memiliki corak yang lebih sedikit dan jarang pada badannya dibandingkan betina yang coraknya lebih banyak dan rapat. Selain itu, warna tempurung kura-kura jantan juga lebih gelap dibandingkan yang betina. Makanan kura-kuranya sama seperti makanan ikan yang bulat-bulat kecil, biasa dijual di toko yang menjual ikan hias. Airnya sedikit saja, agar mereka tetap bisa mendongakkan kepalanya ke atas.

Setiap pagi dan sore, ayah dan aisyah selalu mengganti air di kotaknya. Saat airnya diganti, kura-kura kami letakkan di ember, kemudian mereka akan berenang cepat mengitari ember. Lucu, aisyah senang sekali melihatnya. Semoga kami bisa memelihara sepasang kura-kura ini dengan baik. Allahuma Aamiin.

Sabtu, 29 November 2014

Yuuuk, ke tempat Si Moo!

Di Kudus ada salah satu tempat favorit yang selalu diusahakan mampir kalau lagi ada pinjaman kendaraan jalan-jalan, tempat Si Moo- peternakan susu sapi muria. Aisyah senang main ke sana, melihat sapi perah yang gemuk-gemuk dan tentunya menikmati susu sapi segar dengan aneka pilihan rasa.

salah satu sudut di Peternakan Sapi Muria

Kebetulan, kemarin ada teman kantor Ayah Aisyah melaksanakan resepsi pernikahan di Pati, jadi pulangnya mampir ke tempat si Moo, secara dari Jepara-Pati kan melewati Kudus. Kedatangan kali ini si Moo lagi malas-malasan, Aisyah enggak tau kenapa ... padahal biasanya kalau Aisyah datang si Moo lagi main-main (hihi). Mungkin si Moo belum makan, mungkin juga karena sedang hujan membuat si Moo ingin santai, pinginnya sih main hujan, tapi enggak dijiinin sama Bapak pengawas, nanti Moo flu katanya. =-D

Para Moo di Peternakan Susu Sapi Muria, Kudus.

Selain melihat-lihat si Moo, Aisyah juga suka melihat banyak gambar hasil karya kakak-kakak TK dan SD yang dipajang di dinding dekat kandang peternakan. Bagus-bagus, lho! Sepertinya, peternakan ini juga sering mengadakan lomba menggambar dan mewarnai tingkat TK dan SD. Hasil gambar dan mewarnai terbaik dipajang di dinding peternakan.

Hasil karya lomba menggambar dan mewarnai di Peternakan Sapi Muria, Kudus.

Di sana juga ada menjual ular cobra dan biawak, tapi kami belum pernah melihatnya, hihihi, horor. :-D

Kita juga bisa melihat "isi pabrik" susunya. Waa, ada beberapa wadah besar untuk memanaskan susu. Susu yang disediakan juga ada berbagai rasa, lho... selain original, ada coklat, strawberry, melon, kopi, madu, atau sirup aneka rasa buah.

Melihat Dapur Susu Sapi Muria

Kami biasa membeli yang rasa original seharga Rp. 4000,-/gelas, coklat tawar Rp. 4.200,-/gelas, dan coklat manis Rp. 4.400,-/gelas. Susu aneka rasa itu dihasilkan dari susu sapi murni dicampur bubuk coklat, kopi, madu, aneka buah, atau sirup. Kalau Aisyah sih suka yang original aja. :-)

Hujan membuat aroma di sekitaran tempat kami duduk menjadi lebih "harum" dari biasanya. Maklum, lokasinya dekat kandang si Moo. Akhirnya, kami memutuskan untuk bungkuuus bawa pulang. Waktu berjalan pulang, kami berpapasan sama mobil yang membawa makanan si Moo. Makan yang banyak ya, Moo ... supaya sehat dan kuat!

rumput buat si Moo

Sampai rumah, Aisyah langsung menikmati susu sapi segarnya, Alhamdulillah ... Yummy!

Segelas susu segar original

Standing Party, Trend Masa Kini?

Hari ini, Insya Allah kami akan menghadiri resepsi pernikahan teman kantor Ayah Aisyah di Pati. Acaranya dimulai Pkl.12.00 wib, kami berangkat dari rumah sekitar Pkl.09.00wib pagi, mengingat jarak tempuh Jepara-Pati mungkin sekitar 1,5 jam, belum lagi kami berencana mampir ke Ada swalayan di Kudus sebentar, jadi kami berangkat lebih pagi.

Siap berangkat :-)

Kami tiba di Hotel Pati-tempat resepsi pada waktu yang tepat aka semua makanan masih penuh dan tamu undangan belum terlalu ramai. Selain hidangan utama (nasi dan lauk pauknya), disajikan pula sate kambing, gelantin, soto kerbau, aneka bubur, bakso, nasi gandul khas pati, juga jus jambu, jus melon, dan es kristal, hmmm ... langsung deh mata ini blink..blink, hihihi, niatnya kan emang mau makan siang, kudu nyobain semua ini, uda jauh-jauh datang dari Jepara, hahaha :-D

Sebelum ngomongin makanan yang bikin ngiler itu, mau cerita dulu tentang pengantinnya yang cantik mengenakan pakaian modern ala princess yang bawahnya dipasangin kawat biar tetap bulat mengembang juga hijab pengantin modern tanpa sunting, jadi nggak berat. Sayang enggak sempat fotoin pengantinnya. Nah, jadinya dari masuk semua tamu disambut sama pagar ayu dan pagar bagus yang terdiri dari kerabat kedua mempelai (paman dan tante) sampai ke atas panggung pelaminan, begitu pula turunnya, membentuk letter U terbalik. Di tengah ruangan tempat stand aneka makanan disajikan.

Di sini, saya jadi ingat resepsi pernikahan yang diadakan di Aceh. Kalau di Aceh, umumnya kita datang makan baru saat hendak pulang kita ke pelaminan untuk bersalaman dengan pengantin dan orang tuanya. Kalau di sini, salam dulu baru makan.

Sayangnya, ini adalah standing party. So, enggak ada satu buah bangku-pun yang disediakan. Mau makan nasi ataupun jajanan, ya... semua sambil berdiri. Saya pribadi, merasa tidak nyaman makan sambil berdiri, apalagi makan nasi, rasanya seperti ada perasaan berdosa atau apa gitu yang enggak enak. Semua makanan yang tersaji-pun yang semula terlihat begitu menggiurkan menjadi kehilangan selera bagi saya.

Akhirnya kami keluar aula hotel tempat acara resepsi diselenggarakan sambil membawa jajanan, berharap ada sudut yang bisa dijadikan tempat duduk, tapi nihil. Ujung-ujungnya kami selonjoran di lantai dan tidak makan hidangan utama, cukup menikmati jajanan dan minum sebagai penghilang dahaga. Menyesal? tidak juga, hihihi, terpentingnya kan niat utama kami menunaikan undangan sudah terlaksana. :-)

Saya kembali teringat sekaligus semakin rindu dengan suasana di Aceh. Semewah, se-wow apapun resepsi pernikahan yang diselenggarakan, selalu tersedia kursi bagi tamu undangan untuk makan, meski kursi yang disediakan mencapai ribuan kursi seperti resepsi pernikahan anak tetangga kami dulu. Dimana-pun tempatnya, dari rumah, gedung sosial, BKOW, AAC dayaan dawood, sampai hotel hermes sekalipun, baik yang menyelenggarakan pengusaha, pejabat, sampai orang kaya 7 turunan, belum pernah saya dapati standing party di Aceh, betapa nyamannya suasana perbaikan gizi di Aceh #eh.

Begitulah, saya memang sering melihat standing party melalui televisi, tapi saya kurang tau apakah standing party telah menjadi trend party masa kini?

Berhubung sudah dzuhur, kami memutuskan untuk pulang agar tidak terlalu sore sampai di rumah. Tapi, di tengah jalan hujan deras sekali hingga jarak pandang sepuluh meter tak tampak sama sekali, kami menepi menunggu hujan agak reda. Alhamdulillah, beruntung kami tadi datang dengan menumpang mobil kantor, enggak kebayang bagaimana jika kami mengendarai motor membawa Aisyah dengan hujan sederas itu.

Sampai di Kudus, kami mampir di peternakan sapi untuk membeli susu segar, ceritanya di sini

Memasuki Jepara kami mampir di Taman Kopi membeli lauk makan malam karena saya tidak masak dan kurang makan siang plus tidak sarapan pagi karena awalnya berekspetasi tinggi bakal makan siang banyak di kondangan, hahaha.


Saat sedang menunggu pesanan datang,
"Ayah, tadi masukin amplop-nya dimana? Kok bunda enggak lihat kotaknya"
"Lho? bukannya amplopnya sama bunda? kotaknya kan di samping buku tamu yang kita isi tadi?"
"HAH? Masa sih sama bunda amplopnya?"
Check dompet, amplopnya masih ada... hahaha.
"Ya ampuuuun, jadi tadi kita jauh-jauh ke Pati beneran makan gratis?" *tutup muka


Hihihi, tetap Alhamdulillah .... :-)