Selasa, 03 Februari 2015
arisan... oh, arisan... :'(
Sejak bulan oktober, saya mengikuti arisan online melalui social media facebook. Ini arisan pertama dan satu-satunya yang saya ikuti. Iurannya seratus ribu rupiah, oenarikan sebulan dua kali selama lima bulan. Alasan saya ikut arisan ini, itung-itung menabung mengingat kami cukup sulit quntuk menanbung karena kebutuhan-kebutuhan yang tak terduga.
Dua hari yang lalu, saya bersama suami membawa putri kami ke jogja untuk bertemu dengan keluarga saya yang datang dari Aceh. Saat itu, saya sudah berencana untuk mentransfer uang arisan, namun selalu terkendala dengan kondisi, saat kami mampir istirahat di SPBU, putri kami tidur dan tidak mau digendong ayahnya, jadinya saya tidak bisa ke ATM. Saat tiba di jogja, mungkin karena ini perjalanan pertamanya, maunya nempeeeel terus dengan saya, di luar juga hujan cukup deras membuat kami tidak bisa keluar.
Keesokan harinya (kemarin) adalah hari dimana uang iuran jatuh tempo penyetoran, saya sudah gelisah sejak semalam, harus setor hari ini sekalian jalan pulang balik Jepara. Sebelum pulang, kami diajak ke kebun binatang, sejak jumat hingga minggu saya tidak memegang hp, bermaksud melihat nomor rekening pemegang iuran arisan, sambil jalan saya buka facebook dan share status percakapan dengan suami. Saat akan membalas inbox mbak pemegang iuran arisan, hp-nya mati. Saya bingung, sepanjang jalan-jalann sudah tidak konsentrasi, ditambah lagi dapat telepon melalui hp suami kalau mbak pemegang iuran arisan comment di status facebook saya tadi menagih uang arisan, katanya wa saya ga aktif, di-inbox dan sms tidak dibalas. Saya dan suami benar-benar terkejut. Makin stres saya rasanya ingin menangis... benar-benar tidak menyangka. :'(
Akhirnya comment tersebut dihapus suami karena rasanya kurang baik. Saya benar-benar menyesal telah menulis status sebelum membalas inbox mbak tersebut. Mau hapus, khawatir makin gimana... apalagi bagi yang sudah sempat membaca, nantk dipikir saya memang telah berbuat hal yang disampaikan dalam comment tersebut.
Sepanjang perjalanan, saya kepikiran terus. Sampai jepara sudah tengah malam, saya minta izin suami pagike ATM depan perumahan untuk transfer iuran arisan, ternyata pagi putri kami kurang sehat, entah mungkin kecapekan atau apa saya bingung juga, dia menangis terus minta digendong, tidak bisa ditinggal, mana di rumah signal hp hilang timbul, tiap saya ajak ke teras nangis.... saya tidak bisa menghubungi suami, tidak bisa online, dan lagi suami bilang hari ini mau ke lapangan jadi tidak bisa pulang siang makan di rumah seperti biasa. Saya benar-benar ingin menangis, bingung, stres, entah mau minta tolong dengan siapa.
Sebelum suami ke kantor, saya telah titip pesan untuk tolong mengabari ke mbak pemegang iuran arisan atas keterlambatan saya menyetor, tapi karena pagi sibuk harus ke lapangan, suami telat buka fb.... saat online ternyata mbak tersebut telah kembali mengomentari status facebook saya dua kali menanyakan "masih niat menyetor dan Allah Maha Tahu,Mbak..."
Saya mengetahui hal ini sore saat dijemput suami, akhirnya suami yang membalas komentar mbak tersebut. Saya dan suami sangat malu atas hal ini, imbasnya kemana-mana.
Suami ditanyakan teman kantornya, karena beberapa teman kantor suami adalah mutual friend saya. Keluarga, saudaram beberapa teman semua menanyakan via inbox, sms, dan telepon. Begitu saya keluar dan mendapati signal, banyak whatsapp masuk menanyakan tentang comment mbak pemegang arisan tersebut. Sampai orang tua saya yang di Batam tahu melalui saudara yang menayakan perihal arisan apa yang saya ikuti sampai ditagih sebegitunya di social media. Selama ini kami selalu berusaha merahasiakan apa pun tentang rumah tangga kami pada orang tua, susah senang dijalani berdua. Malu sekali rasanya.
Saya sedih sekali, ketika keluarga suami juga mengetahui melalui saudara yang berteman dengan saya di facebook, you know what... kadang orang terlalu kepo dan menceritakan berita tanpa babibu. Malu, sedih, stres, hubungan yang selama ini rada gimana gitu karena saya HANYA IBU RUMAH TANGGA terkesan semakin kurang mengenakkan. Saya tidak tahu lagi harus ngomong apa.... :'(
Finally, beberapa custumers saya meng-cancel orderan buku yang dipesan setelah (mungkin) membaca comment mbak di status saya tersebut. Saya sedih sekali, karena melalui orderan buku-buku inilah saya memperoleh tambahan rezeki untuk keperluan kami. Ada olshop yang menolak orderan saya setelah (mungkin juga) membaca comment tersebut. Imbasnya kemana-mana.... saya tidak tahu harus berkata apa, harus bagaimana, nangis pun sudah tidak bisa lagi. Kacau rasanya.... :'(
Tadi juga saat belanja di penjual sayur, tetangga yang kebetulan friend di facebook saya menanyakan "mbak sarah ada masalah apa? Kok ribut-ribut di facebook? Gimana ceritanya?" Rasanya malu sekali harus menjelaskan pada ibu-ibu yang ikut belanja kalau kemarin hanya kesalahpahaman, bla... bla... T_T
Teringat pesan orang tua saya dulu saat saya pisah kota untuk bersekolah saat SMP, selalu saya ingat dan pegang "kalau kamu mau berbuat sesuatu pada orang lain, coba pikirkan dahulu bagaimana kalau kamu di posisi orang tersebut, dampaknya, hati-hati dalam bertindak dan melangkah."
Saya dan suami sepakat untuk membayar seluruh uang arisan untuk bulan-bulan berikutnya sampai selesai, jadi selanjutnya saya tidak perlu membayar uang arisan lagi dan hal ini tidak terulang lagi. Benar-benar pelajaran penting bagi kami untuk lebih menahan diri, terutama dalam berkata dan bersikap baik langsung mau pun di social media. Kita tidak tahu bagaimana imbas perkataan kita terhadap diri kita dan atau orang lain. Kami yang sejak awal menikah sepakat untuk membatasi diri dalam interaksi di social media merasa ....
Semoga ada hikmah dalam setiap kejadian, pasti.
Sabtu, 03 Januari 2015
Mesjid bersih hati pun jernih
Masih seputar Semarang, sepulang dari kopdar KPBA di rumah Kak Taro-Lestari sudah memasuki waktu dzuhur, jadilah kami mampir di mesjid terdekat. Lihat kiri-kanan jalan, bertemulah dengan Mesjid Raya Candi Lama di sisi jalan wahidin 109 Semarang.
Memasuki halaman mesjid, saya langsung kagum dengan pengelolaannya. Tampak sekali mesjid ini hidup saat saya membaca papan besar kegiatan rutin, mading yang update info, dan beberapa koran hari ini. Selain itu, baru kali ini saya mendapati mesjid yang memiliki klinik dengan beberapa dokter spesialis, tempat travel, mini market, serta yang paling spesial ada tempat kajian akhwat di lantai dua selain kantor Baitul Mall mesjid.
Saat memasuki tempat wudhu dan toilet, saya senang sekali. Toilet bersih dan harum, begitu pula tempat wudhu. Tak ada genangan air, lumut, atau pekakas yang berserakan. Bersih! Selain itu, ada keran khusus cuci kaki di depan pintu keluar-masuk toilet-tempat wudhu yang terhubung dengan tempat sholat wanita. Ini jarang sekali saya temui. Jadi, kita tidak perlu khawatir ada najis yang tertinggal atau jejak tapak kotor sebelum memasuki lantai mesjid.
mukena juga tergantung rapo, bersih, dan harum.
Saya pribadi, senang sekali setiap mendapati mesjid yang bersih seperti ini. Tidak menimbulkan uneg dan prasangka terhadap pengelola mesjid.
"Kok tempat wudhu-nya lumutan, ya? Kamar mandinya bau."
"Hambal mesjidnya banyak debu, emangnya enggak ada yang bersihin?"
"Mukenanya kotor dan bau banget, untung bawa sendiri, kalau enggak beneran bikin enggak kusyuk saking baunya."
dll, dst...
Astaghfirullah...
Begitulah... apakah mungkin teman-teman merasakan hal yang sama saat mendatangi mesjid yang kurang terurus?
Ah, mesjid bersih itu memang dambaan setiap muslim, selain memberi perasaan lebih nyaman, insya Allah ibadah tenang, hati senang... enggak pakai su'udzon sama pengelola mesjid. Betul... betul... betul?:-)
Memasuki halaman mesjid, saya langsung kagum dengan pengelolaannya. Tampak sekali mesjid ini hidup saat saya membaca papan besar kegiatan rutin, mading yang update info, dan beberapa koran hari ini. Selain itu, baru kali ini saya mendapati mesjid yang memiliki klinik dengan beberapa dokter spesialis, tempat travel, mini market, serta yang paling spesial ada tempat kajian akhwat di lantai dua selain kantor Baitul Mall mesjid.
Saat memasuki tempat wudhu dan toilet, saya senang sekali. Toilet bersih dan harum, begitu pula tempat wudhu. Tak ada genangan air, lumut, atau pekakas yang berserakan. Bersih! Selain itu, ada keran khusus cuci kaki di depan pintu keluar-masuk toilet-tempat wudhu yang terhubung dengan tempat sholat wanita. Ini jarang sekali saya temui. Jadi, kita tidak perlu khawatir ada najis yang tertinggal atau jejak tapak kotor sebelum memasuki lantai mesjid.
mukena juga tergantung rapo, bersih, dan harum.
Saya pribadi, senang sekali setiap mendapati mesjid yang bersih seperti ini. Tidak menimbulkan uneg dan prasangka terhadap pengelola mesjid.
"Kok tempat wudhu-nya lumutan, ya? Kamar mandinya bau."
"Hambal mesjidnya banyak debu, emangnya enggak ada yang bersihin?"
"Mukenanya kotor dan bau banget, untung bawa sendiri, kalau enggak beneran bikin enggak kusyuk saking baunya."
dll, dst...
Astaghfirullah...
Begitulah... apakah mungkin teman-teman merasakan hal yang sama saat mendatangi mesjid yang kurang terurus?
Ah, mesjid bersih itu memang dambaan setiap muslim, selain memberi perasaan lebih nyaman, insya Allah ibadah tenang, hati senang... enggak pakai su'udzon sama pengelola mesjid. Betul... betul... betul?:-)
Label:
Aku Kamu Kita,
Diantara Kita,
Jalan-jalan,
Keluarga,
Pernikahan
Kamis, 01 Januari 2015
Kopdar KPBA Semarang, saru!
Membuka awal 2015, keluarga kecil kami mengikuti kopdar KPBA (Komunitas Penulis Bacaan Anak) yang diselenggarakan di Semarang, tepatnya di rumah Kak Taro (Lestari).
Saya enggak menyangka bakal bisa hadir, sempat maju mundur karena kondisi saya yang sedang drop. Mengingat pematerinya adalah Ci Dian K-idola saya (cieee), meski meriang, tenggorokan radang, tetap dibela-belain ikut. 😀
Bermula beberapa hari yang lalu saya melihat pengumuman tentang pertemuan ini, ingin ikuuuut, apalagi lihat pematerinya, langsung blink-blink ini mata. Semakin berapi-api semangat saya. Kapan lagi? Pasalnya kan beliau domisili di Jawa Timur. Kesempatan emas, nih!
Alhamdulillah, bisa ketemu juga denga Ci Dian dan menyimpan ilmu keren dari beliau. Saking takjubnya, saya sampai enggak ngomong-ngomong (masih berasa mimpi, hihihi, lebay). Belum lagi di sebelah saya ada ibu yang sudah menulis lebih dari 30 buku parenting dan psycotest bersama anak beliau yang juga sedang proses penerbitan novelnya, ada mas sinyoe salah satu master di KPBA, mba dedew penulis anak kos dodol, dilengkapi teman-teman yang lagi mengerjakan proyek buku anak-novel maupun pictbook. Makin mengkeret deh saya. Malu!
Alasan lain yang bikin ngebet banget buat hadir karena ada mba dedew. Duuuh, sejak zaman ngidam sampai Aisyah setahunan belum hilang rasa kepingin pakai bangetnya ketemu mba dedew. Alhamdulillah, kesampaian.
Positifnya ikut acara beginian, selain gratis dan banyak makanan plus ketemu orang-orang beken (eh :-D), dapat ilmu kepenulisan cerita anak yang banyaaaak, terutama acaranya dikemas seperti mengobrol sama teman. So, walaupun banyak master tetap enggak ada pem-bullying-an, semua akrab, ramah, dan menyenangkan. Saru, deh! Santai dan Seru. Semangat jadi terpacu untuk menulis, enggak mau kalah dong. Bismillah, semoga tahun ini bisa ikut melahirkan buku anak. Chaiyo!
Finally, jazakumullah khairul katsiran atas semuanya, bahagiaaaa bisa bertemu kakak-kakak semua. ☺
Saya enggak menyangka bakal bisa hadir, sempat maju mundur karena kondisi saya yang sedang drop. Mengingat pematerinya adalah Ci Dian K-idola saya (cieee), meski meriang, tenggorokan radang, tetap dibela-belain ikut. 😀
Bermula beberapa hari yang lalu saya melihat pengumuman tentang pertemuan ini, ingin ikuuuut, apalagi lihat pematerinya, langsung blink-blink ini mata. Semakin berapi-api semangat saya. Kapan lagi? Pasalnya kan beliau domisili di Jawa Timur. Kesempatan emas, nih!
Alhamdulillah, bisa ketemu juga denga Ci Dian dan menyimpan ilmu keren dari beliau. Saking takjubnya, saya sampai enggak ngomong-ngomong (masih berasa mimpi, hihihi, lebay). Belum lagi di sebelah saya ada ibu yang sudah menulis lebih dari 30 buku parenting dan psycotest bersama anak beliau yang juga sedang proses penerbitan novelnya, ada mas sinyoe salah satu master di KPBA, mba dedew penulis anak kos dodol, dilengkapi teman-teman yang lagi mengerjakan proyek buku anak-novel maupun pictbook. Makin mengkeret deh saya. Malu!
Alasan lain yang bikin ngebet banget buat hadir karena ada mba dedew. Duuuh, sejak zaman ngidam sampai Aisyah setahunan belum hilang rasa kepingin pakai bangetnya ketemu mba dedew. Alhamdulillah, kesampaian.
Positifnya ikut acara beginian, selain gratis dan banyak makanan plus ketemu orang-orang beken (eh :-D), dapat ilmu kepenulisan cerita anak yang banyaaaak, terutama acaranya dikemas seperti mengobrol sama teman. So, walaupun banyak master tetap enggak ada pem-bullying-an, semua akrab, ramah, dan menyenangkan. Saru, deh! Santai dan Seru. Semangat jadi terpacu untuk menulis, enggak mau kalah dong. Bismillah, semoga tahun ini bisa ikut melahirkan buku anak. Chaiyo!
Finally, jazakumullah khairul katsiran atas semuanya, bahagiaaaa bisa bertemu kakak-kakak semua. ☺
Label:
Aku Kamu Kita,
Buku,
Jalan-jalan,
Keluarga
Selasa, 30 Desember 2014
Ketika suami (tiba-tiba) romantis
Menutup tahun 2014 kami harus melakukan perjalanan ke Semarang untuk suatu keperluan. Jadwal yang ditentukan masih sekitar tiga jam lagi. Ya, kami datang cepat ke tujuan agar bisa melihat-lihat daerah sekitar tempat acara. Banyak sekali penjual kaki lima. Ada yang menjual makanan, balon, boneka, kura-kura, juga bunga segar aneka jenis dan warna, subhanalllah ... indah sekali.
Kami berkeliling sampai kaki pegal, matahari cukup terik, inginnya istirahat tapi tidak ada tempat duduk, mana orang merokok dimana-mana, sungguh mengganggu. window shopping aka melihat-lihat doang ternyata melelahkan juga,ya?
Diantara semua penjaja dagangan, kami paling senang dan lama di tempat penjual kura-kura dan bunga. Saya pribadi, sukaaaa sekali dengan bunga segar dan berwarna-warni. Ada mawar aneka warna, ester, deasy, peacock, dahlia... Subhanallah, indahnyaaa.
Saya mengobrol banyak dengan penjualnya yang ramah. Aisyah bersama ayahnya juga senang melihat-lihat aneka bunga yang ada. Sampai kami hendak pergi, suami (tiba-tiba) romantis menghadiahkan saya se-bouquet dengan mawar tiga warna dilengkapi bunga indah lain.
Reaksi saya?
Malu (hidung kembang-kempis 😁), senang, lucu, heran, merasa ajaib, hihihi, nano-nano-lah. Habisnya, suami saya itu bukan pasangan yang romantis!
Anyway, jazakumullah khair, suamiku... ayah aisyah... mencintaimu karena Allah. Semoga rumah tangga kita barakah, bahagia hingga ke Jannah-Nya. Allahumma Aamiin.
Kami berkeliling sampai kaki pegal, matahari cukup terik, inginnya istirahat tapi tidak ada tempat duduk, mana orang merokok dimana-mana, sungguh mengganggu. window shopping aka melihat-lihat doang ternyata melelahkan juga,ya?
Diantara semua penjaja dagangan, kami paling senang dan lama di tempat penjual kura-kura dan bunga. Saya pribadi, sukaaaa sekali dengan bunga segar dan berwarna-warni. Ada mawar aneka warna, ester, deasy, peacock, dahlia... Subhanallah, indahnyaaa.
Saya mengobrol banyak dengan penjualnya yang ramah. Aisyah bersama ayahnya juga senang melihat-lihat aneka bunga yang ada. Sampai kami hendak pergi, suami (tiba-tiba) romantis menghadiahkan saya se-bouquet dengan mawar tiga warna dilengkapi bunga indah lain.
Reaksi saya?
Malu (hidung kembang-kempis 😁), senang, lucu, heran, merasa ajaib, hihihi, nano-nano-lah. Habisnya, suami saya itu bukan pasangan yang romantis!
Anyway, jazakumullah khair, suamiku... ayah aisyah... mencintaimu karena Allah. Semoga rumah tangga kita barakah, bahagia hingga ke Jannah-Nya. Allahumma Aamiin.
Label:
Aku Kamu Kita,
Jalan-jalan,
Keluarga,
Pernikahan
Senin, 29 Desember 2014
Sepasang kura-kura milik Aisyah
Alhamdulillah, Aisyah dihadiahkan sepasang kura-kura oleh Ayah. Kemarin saat kami ke Semarang, ayah melihat penjual kura-kura di trotoar jalan. Senangnya bukan main. Beberapa hari yang lalu, kami melihat kura-kura kecil milik anak teman ayah dan berencana untuk memelihara kura-kura. Ayah, bunda, dan aisyah suka kura-kura.
Namanya kura-kura brazil, keren yah? Kami sih belum tau kenapa, apakah mungkin karena asalnya dari brazil? Kalau iya, jauh banget ya asalnya *_*
Sebelum membeli, bunda bertanya dengan bapak penjualnya seputar kura-kura yang akan kami pelihara. Makanannya, perbedaan jantan dan betina, sebanyak apa airnya, dan lain-lain. Teman-teman mau tahu jawabannya? Perhatikan baik-baik, ya....
Kura-kura jantan memiliki corak yang lebih sedikit dan jarang pada badannya dibandingkan betina yang coraknya lebih banyak dan rapat. Selain itu, warna tempurung kura-kura jantan juga lebih gelap dibandingkan yang betina. Makanan kura-kuranya sama seperti makanan ikan yang bulat-bulat kecil, biasa dijual di toko yang menjual ikan hias. Airnya sedikit saja, agar mereka tetap bisa mendongakkan kepalanya ke atas.
Setiap pagi dan sore, ayah dan aisyah selalu mengganti air di kotaknya. Saat airnya diganti, kura-kura kami letakkan di ember, kemudian mereka akan berenang cepat mengitari ember. Lucu, aisyah senang sekali melihatnya. Semoga kami bisa memelihara sepasang kura-kura ini dengan baik. Allahuma Aamiin.
Namanya kura-kura brazil, keren yah? Kami sih belum tau kenapa, apakah mungkin karena asalnya dari brazil? Kalau iya, jauh banget ya asalnya *_*
Sebelum membeli, bunda bertanya dengan bapak penjualnya seputar kura-kura yang akan kami pelihara. Makanannya, perbedaan jantan dan betina, sebanyak apa airnya, dan lain-lain. Teman-teman mau tahu jawabannya? Perhatikan baik-baik, ya....
Kura-kura jantan memiliki corak yang lebih sedikit dan jarang pada badannya dibandingkan betina yang coraknya lebih banyak dan rapat. Selain itu, warna tempurung kura-kura jantan juga lebih gelap dibandingkan yang betina. Makanan kura-kuranya sama seperti makanan ikan yang bulat-bulat kecil, biasa dijual di toko yang menjual ikan hias. Airnya sedikit saja, agar mereka tetap bisa mendongakkan kepalanya ke atas.
Setiap pagi dan sore, ayah dan aisyah selalu mengganti air di kotaknya. Saat airnya diganti, kura-kura kami letakkan di ember, kemudian mereka akan berenang cepat mengitari ember. Lucu, aisyah senang sekali melihatnya. Semoga kami bisa memelihara sepasang kura-kura ini dengan baik. Allahuma Aamiin.
Label:
Aku Kamu Kita,
Dunia Anak,
Jalan-jalan,
Pernikahan
Sabtu, 27 Desember 2014
Stop membandingkan, Bunda!
Alhamdulillah, sekarang Aisyah sudah berusia 14 bulan. Banyak perkembangannya yang membuat kami-saya dan suami bahagia sekaligus bangga padanya. Kami berusaha menjadi ayah dan bunda yang friendly bagi Aisyah. Namun ternyata, saya masih banyak kekurangan dalam mendampingi tumbuh kembang Aisyah. Saya masih saja ada rasa cemburu saat melihat kelebihan anak lain dan ingin Aisyah bisa. Padahal saya sadar benar, setiap anak ada masanya, ada lebih dan kurangnya. Astaghfirullah, maafkan Bunda ya, Nak... :')
Di perumahan tempat kami tinggal, ada beberapa anak seusia Aisyah. Kami sering bertemu saat jalan pagi, sekedar berpapasan sambil berbagi senyum atau sesekali mengobrol sejenak. Umumnya, obrolan seputar tumbuh kembang anak. Paliiiing sering tentang usia berapa anak mereka sudah bisa berjalan sendiri, mungkin melihat aisyah masih kami tuntun.
"Putra saya ini usia 9 bulan uda bisa jalan sendiri. Ini belum bisa jalan sendiri, toh? (Sambil melihat aisyah)"
"Anak saya hampir 10 bulan uda jalan, cepat banget jalannya (lihat Aisyah juga)"
"Paling lama biasa setahun uda bisa jalan, ya..."
dan lain-lain... Biasalah, kalau orang tua membanggakan kepintaran anaknya.
Tak dipungkiri, hal ini membuat saya sedih. Apalagi kemudian melihat video anak teman yang seusia aisyah uda bisa jalan di saat Aisyah baru bisa berdiri sendiri :'(
"Apakah Aisyah kurang stimulasi? Apakah ada masalah dengan kakinya?" Semua tanya dijawab lega dengan penjelasan dokter bahwa Aisyah baik,sehat, tulang kakinya normal, otot kakinya kuat.
Semua ada masanya. Stop membandingkan, Bunda!
Ya, cukup membandingkan Aisyah dengan anak lainnya. Ini hanya masalah jalan, bila tiba masanya ... Insya Allah, Aisyah pasti bisa berjalan seperti anak lain. Tiba-tiba, saya merasa malu dan menyusup perasaan bersalah karena kurang bersyukur. Bukankah untuk hal lain perkembangan Aisyah sungguh membahagiakan, sungguh memudahkan saya dalam berinteraksi dengannya.
Aisyah yang enggak pernah rewel. Aisyah yang sudah bisa membedakan kanan dan kiri, mengenal anggota tubuhnya. Dengan baik Aisyah bisa menunjukkan mana kaki kanan atau kiri, tangan kanan dan kiri, perut, hidung, telinga, kepala, mulut dan punggung saat kami menanyakannya. Mengetahui beberapa warna seperti purple, green, blue, orange, pink, yellow, red. Biasa saya cukup bertanya "Aisyah, warna blue yang mana?" Maka aisyah akan menunjukkan seprei, baju, atau warna lain yang berwarna biru. Demikian pula dengan warna lain.
Aisyah mengerti saat saya meminta tolong mengambilkan barang padanya. "Aisyah, tolong ambilkan kaus kaki Aisyah, Nak..." dengan sigap, dia akan mengambilkannya untuk saya. Barang lain seperti pakaian, sepatu, minyak kayu putih, dan banyak lagi. Bisa melambaikan tangan dadadadah, salam, tepuk tangan,mengekspresikan wajahnya dengan lucu. Bukankah hal-hal tersebut membuat kami bahagia dan senantiasa tertawa setiap hari?
Teringat saat saya sakit, Aisyah begitu anteng main sendiri tanpa mengganggu saya... seperti kebiasaan kami setiap hari, selesai bermain, semua mainan dirapikan dan dimasukkan di dalam tas, Aisyah melakukan semua kebiasaan itu tanpa mengganggu saya yang sedang tidur (tiduran). Ya, saya memang menanamkan kebiasaan rapi-rapi padanya. Masya Allah ... bahkan saat saya iseng bilang "Aisyah, tolong pijit tangan bunda sayang..." ia akan langsung ambil minyak kayu putih dan meremas-remas kecil tangan saya seperti memijit (meniru yang dilakukan ayahnya). Masya Allah... fabiayyi ala irabbikuma tukadziban... maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?
mainan kesukaan Aisyah, kotak distorsi aneka bentuk, wiregame, dan buku-buku.
Semua yang ada pada Aisyah hingga hari ini bukankah begitu mewarnai hari, jadi stop membandingkan, Bunda!
Alhamdulillah, ketika saya sudah ridha dengan "keterlambatan" Aisyah berjalan... Allahu Akbar, sore hari di hari yang sama Aisyah tiba-tiba berjalan sendiri. Alhamdulillah, Masya Allah, Barakallah... Ana Uhibbuki Fillah, Aisyah Hilmiya Ahmad-putri kesayangan ayah bunda. :-*
Di perumahan tempat kami tinggal, ada beberapa anak seusia Aisyah. Kami sering bertemu saat jalan pagi, sekedar berpapasan sambil berbagi senyum atau sesekali mengobrol sejenak. Umumnya, obrolan seputar tumbuh kembang anak. Paliiiing sering tentang usia berapa anak mereka sudah bisa berjalan sendiri, mungkin melihat aisyah masih kami tuntun.
"Putra saya ini usia 9 bulan uda bisa jalan sendiri. Ini belum bisa jalan sendiri, toh? (Sambil melihat aisyah)"
"Anak saya hampir 10 bulan uda jalan, cepat banget jalannya (lihat Aisyah juga)"
"Paling lama biasa setahun uda bisa jalan, ya..."
dan lain-lain... Biasalah, kalau orang tua membanggakan kepintaran anaknya.
Tak dipungkiri, hal ini membuat saya sedih. Apalagi kemudian melihat video anak teman yang seusia aisyah uda bisa jalan di saat Aisyah baru bisa berdiri sendiri :'(
"Apakah Aisyah kurang stimulasi? Apakah ada masalah dengan kakinya?" Semua tanya dijawab lega dengan penjelasan dokter bahwa Aisyah baik,sehat, tulang kakinya normal, otot kakinya kuat.
Semua ada masanya. Stop membandingkan, Bunda!
Ya, cukup membandingkan Aisyah dengan anak lainnya. Ini hanya masalah jalan, bila tiba masanya ... Insya Allah, Aisyah pasti bisa berjalan seperti anak lain. Tiba-tiba, saya merasa malu dan menyusup perasaan bersalah karena kurang bersyukur. Bukankah untuk hal lain perkembangan Aisyah sungguh membahagiakan, sungguh memudahkan saya dalam berinteraksi dengannya.
Aisyah yang enggak pernah rewel. Aisyah yang sudah bisa membedakan kanan dan kiri, mengenal anggota tubuhnya. Dengan baik Aisyah bisa menunjukkan mana kaki kanan atau kiri, tangan kanan dan kiri, perut, hidung, telinga, kepala, mulut dan punggung saat kami menanyakannya. Mengetahui beberapa warna seperti purple, green, blue, orange, pink, yellow, red. Biasa saya cukup bertanya "Aisyah, warna blue yang mana?" Maka aisyah akan menunjukkan seprei, baju, atau warna lain yang berwarna biru. Demikian pula dengan warna lain.
Aisyah mengerti saat saya meminta tolong mengambilkan barang padanya. "Aisyah, tolong ambilkan kaus kaki Aisyah, Nak..." dengan sigap, dia akan mengambilkannya untuk saya. Barang lain seperti pakaian, sepatu, minyak kayu putih, dan banyak lagi. Bisa melambaikan tangan dadadadah, salam, tepuk tangan,mengekspresikan wajahnya dengan lucu. Bukankah hal-hal tersebut membuat kami bahagia dan senantiasa tertawa setiap hari?
Teringat saat saya sakit, Aisyah begitu anteng main sendiri tanpa mengganggu saya... seperti kebiasaan kami setiap hari, selesai bermain, semua mainan dirapikan dan dimasukkan di dalam tas, Aisyah melakukan semua kebiasaan itu tanpa mengganggu saya yang sedang tidur (tiduran). Ya, saya memang menanamkan kebiasaan rapi-rapi padanya. Masya Allah ... bahkan saat saya iseng bilang "Aisyah, tolong pijit tangan bunda sayang..." ia akan langsung ambil minyak kayu putih dan meremas-remas kecil tangan saya seperti memijit (meniru yang dilakukan ayahnya). Masya Allah... fabiayyi ala irabbikuma tukadziban... maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?
mainan kesukaan Aisyah, kotak distorsi aneka bentuk, wiregame, dan buku-buku.
Semua yang ada pada Aisyah hingga hari ini bukankah begitu mewarnai hari, jadi stop membandingkan, Bunda!
Alhamdulillah, ketika saya sudah ridha dengan "keterlambatan" Aisyah berjalan... Allahu Akbar, sore hari di hari yang sama Aisyah tiba-tiba berjalan sendiri. Alhamdulillah, Masya Allah, Barakallah... Ana Uhibbuki Fillah, Aisyah Hilmiya Ahmad-putri kesayangan ayah bunda. :-*
Label:
Aku Kamu Kita,
Buku,
Dunia Anak,
Keluarga,
Pernikahan
Selasa, 23 Desember 2014
Barakallahu fii umruk, Ayah Aisyah :-)
Bismillahirrahmaanirrahiim...
Alhamdulillah, hari ini ayah aisyah mencapai usia 29 tahun. Bahagia, bisa mendampinginya hingga hari ini.
Kemarin, bunda dan aisyah membeli hadiah untuk ayah aisyah. Kami membeli dompet, tali pinggang, sepatu futsal, dan jaket. Alasannya, dompet ayah aisyah uda butut banget, robek sana-sini. Tali pinggang uda hampir putus. Sepatu futsal juga sudah jebol dan robek sana-sini, butut banget, sampai ayah sudah lama sekali tidak main futsal lagi (hmm, uda berapa bulan,yak?). Begitupula dengan jaket ayah yang tipis dan warnanya uda kusam. Ayah kan pergi-pulang kantor naik sepeda, jadinya butuh jaket saat panas atau hujan. Akhirnya, kami pecah celengan, semoga hadiahnya barakah dan bermanfaat ya, Ayah. :')
Kadonya kami simpan di kamar main aisyah, hihi, bunda yang ngumpetin agar enggak ketahuan ayah. Terus, sejak tadi malam kadonya di kasih satu per satu, hihihi.
Kado 1, malam saat bunda buat birthday cake untuk ayah
Kado 2, malam menjelang tidur, muka ngantuk :-D
Kado 3, pagi saat bangun tidur
Kado 4, sepulang ayah dari kantor
Bunda juga membuat Birthday Cake untuk ayah, dibawa ke kantor agar dapat dinikmati bersama teman-teman ayah.
Finally, barakallahu fii umruk, ayah sayang... semoga barakah usia bahagia dunia akhirat. Semakin shaleh dan menjadi imam yang teladan bagi kami. We love you because of Allah.
Alhamdulillah, hari ini ayah aisyah mencapai usia 29 tahun. Bahagia, bisa mendampinginya hingga hari ini.
Kemarin, bunda dan aisyah membeli hadiah untuk ayah aisyah. Kami membeli dompet, tali pinggang, sepatu futsal, dan jaket. Alasannya, dompet ayah aisyah uda butut banget, robek sana-sini. Tali pinggang uda hampir putus. Sepatu futsal juga sudah jebol dan robek sana-sini, butut banget, sampai ayah sudah lama sekali tidak main futsal lagi (hmm, uda berapa bulan,yak?). Begitupula dengan jaket ayah yang tipis dan warnanya uda kusam. Ayah kan pergi-pulang kantor naik sepeda, jadinya butuh jaket saat panas atau hujan. Akhirnya, kami pecah celengan, semoga hadiahnya barakah dan bermanfaat ya, Ayah. :')
Kadonya kami simpan di kamar main aisyah, hihi, bunda yang ngumpetin agar enggak ketahuan ayah. Terus, sejak tadi malam kadonya di kasih satu per satu, hihihi.
Kado 1, malam saat bunda buat birthday cake untuk ayah
Kado 2, malam menjelang tidur, muka ngantuk :-D
Kado 3, pagi saat bangun tidur
Kado 4, sepulang ayah dari kantor
Bunda juga membuat Birthday Cake untuk ayah, dibawa ke kantor agar dapat dinikmati bersama teman-teman ayah.
Finally, barakallahu fii umruk, ayah sayang... semoga barakah usia bahagia dunia akhirat. Semakin shaleh dan menjadi imam yang teladan bagi kami. We love you because of Allah.
Langganan:
Postingan (Atom)