Akhirnya, bisa nge-blog lagi... hihihi, sok sibuk :-D
Setelah dua hari berada di ruang bersalin, Alhamdulillah karena pertolongan Allah, pada 23 Oktober 2013 dengan penuh semangat dan perjuangan,sa melahirkan putri pertama kami dengan selamat serta sehat *terharu
Kalau diingat-ingat waktu proses lahiran, rasanya campur aduk. Lucu, terharu, bahagia, nano-nano. Sebenarnya, usia janin baru masuk minggu ke-38, tapi usia kehamilan uda masuk minggu ke-41. Bingung kan, ya? Iya, ternyata usia kehamilan dan usia janin berbeda sekitar tiga mingguan. Pasalnya, usia kehamilan kan dihitung berdasarkan hari pertama dan terakhir (hpht) haid, sedangkan usia janin adalah usia kehamilan dikurangi dua minggu (kira-kira begitulah kata dokter kandungannya dulu, hihi).
Mendekati hpl(hari prediksi lahiran), sa sama suami (cie..) rajin periksa ke dokter. Kalau biasanya sebulan sekali, menjelang hpl jadi seminggu sekali. Nah, selama hamil kan kami sudah hunting tempat lahiran yang sesuai dengan kriteria kami (halah), seperti yang pro ASI, peralatan lengkap (ini mah maunya sa buat jaga-jaga kalau ada hal yang enggak diinginkan), pelayanan baik, tenaga medis standby.
Bukan apa-apa, di Jepara susaaaaah banget dokter. Kalau di Banda Aceh, Medan, atau Batam banyak pilihan dokter kandungan dan beberapa Rumah Sakit/Rumah Bersalin yang mudah dijangkau, di Jepara dokter kandungan cuma ada tiga orang yang tempat prakteknya dimana-mana. Jadi satu tempat, ntah klinik atau RS swasta jatahnya cuma sekitar satu jam doang dengan pasien yang banyaaaak. Boro-boro consult, kita belum kelar, pasien lain uda disuruh masuk, bayarnya mahal pakai banget, kita di ruangannya enggak sampai lima menit. (_ _!)
Di RSU perawatnya judes minta ampun, enggak pakai senyum. Pernah tuh ya dikatain "kalau enggak mau sakit ya jangan hamil" duuuh, siapa juga yang mau sakit,Mbak? saya juga maunya sehat-sehat aja :'(
Di Bidan, rada gimana gitu ... tapi mungkin enggak semua bidan "enggak asik" kali,ya? Pertama datang komunikatif banget. Duh, uda okey, uda sreg. Eh, kedua datang kayaknya lagi enggak mood bidannya. Perut sa ditekan-tekan sampai sakiiiit banget keluar air mata. Terus uda jelas di USG sama dokter hamil tiga bulan katanya masih sebulan. Ganti bidan lain, disuruh makan ARI- ARI KUCING. Gileeee, katanya sih biar janinnya kuat. Huhuhu, kenapa enggak makan ari-ari harimau aja sekalian, kan lebih garang (_ _!).
Akhirnya, dapat info dari teman yang istrinya juga orang Aceh, uda kenal sejak di Banda Aceh dan sekarang tinggal di Jepara juga. Di rekomendasikan dokter kandungan waktu istrinya hamil dulu. Kesanalah kami. Eng ing eng, agak grogi juga, duuuh, yang hamil kok masih muda-muda banget, usia bumil rata-rata 15th-20th. Sa bumil paling tua di situ, hihihi, tapi Alhamdulillah, dokternya ramah dan komunikatif banget, enggak buru-buru, jadi kami boleh tanya ini itu sampai puas, waktu USG beliau juga jelasin ke kami apa aja yang bisa dilihat dari monitor itu. Bayarannya juga enggak mahal. Pokoknya setiap pulang periksa selalu senang, hihihi. Sampai lahiran sama beliau juga di kudus.
Kenapa sampai ke Kudus? Ya, karena dr. Najib- dokter kandungan sa itu praktek utamanya di RS. Aisyiyah Kudus. Sekitar tiga minggu sebelum lahiran kami ke RS Aisyiyah Kudus periksanya. Pelayanannya ramah dan memuaskan. Peralatan lengkap. Bidan, perawat, dokter semua standby 24 jam, rumah sakitnya juga bersih. Klop deh.
Terakhir, sabtu itu kami ke Kudus periksa kandungan. Pulangnya sempat ngambek sama suami (huhuhu, maafkan istrimu ya, suamiku... ), gara-garanya kan dokter nyaranin rawat inap, karena baby-nya sudah masuk pinggul. Memang belum ada pembukaan, belum sakit, belum ada tanda-tanda mau lahiran. Tapi, mengingat pinggul sa sempit dan usia kehamilan sudah masuk minggu ke-41, khawatir sama baby-nya. Idealnya lahiran di minggu 38-40.
Memang sih, sa setuju sama suami,selama air ketuban masih bagus dan cukup, tali pusar masih baik, baiknya enggak usah rawat inap dulu. Tapi, emang dasar bumil itu sensitif, ya... (alesan), suami salah ngomong "ada kok yang hamil sampai tiga tahun baik-baik aja" (siapa ya waktu itu lupa sa, imam syafi'i apa,ya?). Waaa, entah kenapa dengarnya langsung sebeeeeel, "itu kan beda. Emang mau sa hamil sampai tiga tahun enggak lahir-lahir? bla..bla..bla.. " panjang sambil nangis-nangis, sebel sampai rumah :-D
Eh, enggak berapa lama sampai rumah, waktu ke kamar mandi, keluar darah banyaaak banget. Haduh, mau lahiran ini. Hihihi, malah nangis lagi. Alesannya sih karena malu sama suami, masa uda habis ngomel-ngomel ngambek, tiba-tiba minta tolong, jadi nangis karena enggak enak sama suami :-D
Singkat cerita, kami siap-siap, ambil tas berisi perlengkapan kami dan baby yang emang sudah disiapin jauh-jauh hari buat dibawa ke RS. Hubungi dr.Najib. Balik Lagi ke Kudus.
Eits, tapi kok perut sa enggak mules. ya? Malah semangat banget rasanya mau lahiran, hihihi. Akhirnya kami mampir ke hypermart dulu, beli kue bekal nanti di RS sekalian makan siang. Sampai RS, ternyata masih pembukaan dua. Suami ngurus kamar dan administrasi RS,sa tunggu di IGD. Masih bugar banget, tapi langsung diinfus sama perawatnya :'(
Sekitar setengah jam kemudian dibawa ke ruang bersalin. Sa kira ruang bersalinnya satu ruangan satu orang, ternyata satu ruangan ada sekitar sepuluh orang dan full. Waaa, bakal seru nih lahiran bareng-bareng. :-D
Pembatas masing-masing tempat tidur kan cuma gorden gitu. Sampai sore sa belum sakit, masih pembukaan dua. Padahal kiri kanan uda dari tadi nangis dan teriak-teriak. Duh, dari tenang jadi mulai horor juga. Sebelah kiri akhirnya lahiran dengan penuh kehebohan. Disusul sebelah kanan sa beda banget suasana lahirannya, ibu itu ngeden sambil sesekali bisa ngobrol sama dokternya, asik banget kayaknya. Malam, ganti pasien baru kiri-kanan, sa masih pembukaan dua. Besoknya, pagi, siang, sore, masiiiiih pembukaan dua enggak nambah. Enggak ngerasa sakit. Padahal sudah habis dua botol infus.
Menjelang maghrib, sa dipindah ke tempat tidur yang pas depan meja bidan jaga, biar mudah dikontrol gitu. Sa maunya jalan-jalan dulu, tapi karena uda pakai baju bersalin dan repot gotong-gotong tiang infus akhirnya tiduran lagi. dokternya sudah bolak-balik telepon bidannya tanyain sa. Tapi, ya masih pembukaan dua.
Akhirnya, tiba juga disesi cerita yang agak horor. Pembukaan enggak nambah-nambah, jadi "dipaksa" nambah sama bidannya pakai GUNTING. Huwaaaa, sakit sih, tapi masih bisa ditahan. Pfhh, dibantu sampai pembukaan empat. Dikasih lagi obat perangsang kontraksi, lama masih enggak berasa sakit. Gunting lagi sampai pembukaan enam, delapan, sepuluh bukan secara alami, tapi digunting. Hihihi.Alhamdulillah, selain sakit digunting itu, sa enggak ngerasa sakit banget waktu kontraksi mau lahiran. Bidannya bolak-balik lihatin kondisi sa di tempat tidur sekitar lima sampai sepuluh menit sekali. Sampai bilang "Bu, kok tenang sekali? Kalau mau nangis gapapa, Bu ..." Lha, gimana mau nangis, wong sakitnya cuma lebih sakit sedikit dari diare, gitu ... (hihihi, ini hikmah sering diare kali,ya?).
Setelah pembukaan sepuluh itu, baru berasa kayak muleeees banget. Sampai keluar keringat dingin. Alhamndulillah, suami ada di samping sa. Beliau menenangkan dan memberikan afirmasi positif, "melahirkan itu adalah proses alami, Insya Allah sa bisa melahirkan dengan tenang, nyaman, lancar" berulang-ulang beliau sugesti sa hingga sa merasa rileks. Ketika sa merasa rileks, Subhanallah, sakitnya jadi jauuuh berkurang.
Dokter dan tiga orang bidan yang membantu sa lahiran. Rame pokoknya. Pasalnya, meski uda pembukaan sepuluh, bayinya belum turun juga. Sa uda makin mules ... uda miring biar bayinya cepat turun, enggak juga. Finally, perut sa ditekan dari atas ke bawah kuat banget sambil ngeden dua kali langsung bayinya keluar. Alhamdulillah, rasanya plooooooong banget.
Begitu lahir, langsung IMD (Inisiasi Menyusu Dini), Subhanallah walhamdulillah ... rasanya bahagiaaa sekali, I have a baby girl, be a mommy. Saking bahagianya, sa enggak ngerasa lagi dijahit. Padahal, sa dijahit sampai dua jam lebih, dari Pkl. 19.00wib sampai Pkl.21.30wib karena banyaknya robekan.
Buat teman-teman yang mau lahiran, sa mau berbagi tips berdasarkan pengalaman melahirkan pertama ini, jadi pelajaran juga buat sa melahirkan anak kedua dan seterusnya nanti :-D
-
Tilawah. Sambil menunggu pembukaan bertambah, daripada galau jauh lebih baik waktunya dipakai buat tilawah, hati jadi tenang, pikiran jadi positif, dan perbanyak doa.
-
Relaks. Ini penting banget waktu melahirkan. Meski mungkin terasa sakiiiit banget, tapi kalau kita ngerasa rileks, sakit yang dirasa akan jauuuuh berkurang.
-
Sugesti Positif. Ini juga penting. Yakinkan diri berulang-ulang, kalau melahirkan adalah proses alami. Hal ini membantu tubuh dan pikiran kita menjadi tenang, sehingga kita Insya Allah bisa melahirkan dengan tenang, nyaman, dan lancar. Sugesti positif ini sa mulai sejak usia kehamilan masuk tujuh bulan, diulang-ulang setiap hari sesering mungkin, hingga masuk ke alam bawah sadar kita.
-
4T (Tasbih,Tahmid, Tahlil, Takbir). Daripada teriak-teriak enggak jelas, malah bikin heboh, panik, kacau,plus menguras energi yang harusnya dihemat buat ngeden nanti, lebih baik kita istighfar dan 4T. Selain membuat kita lebih bisa mengontrol diri dan rasa sakit, yang dengar juga lebih enak :-D
-
Ikuti instruksi dokter atau bidan. Seberapa inginnya kita ngeden, jangan lakukan sebelum diinstruksikan dokter atau bidan. Seberapa pun susahnya menahan spontanitas mengangkat (maaf) pantat untuk mengurangi rasa sakit. Jangan lakukan, karena akan memperlebar robekan yang artinya membuat jahitan menjadi banyak. Dan ikuti instruksi lainnya, seperti jangan boros napas seolah habis lari ratusan kilo, dan lain-lain.
Semangat melahirkan dengan nyaman dan indah. A Special Moment.