Jumat, 29 Juli 2011

rindu..

rindu dulu..
Saat bangunan ini adalah kebun ubi..samping rumah paman adalah berbatang-batang tebu yang membuat aku senang sekali saat diizinkan main ke sini, menikmati tebu yang dipotong bunda,hmm..manisnya..

Lebih bahagia saat aku ditinggal menunggu senja hingga ayah datang menjemput, maka sepanjang siang aku bebas bermain dengan anak-anak seusiaku, mencoba gelembung-gelembung sabun dari hembusan pipa batang pisang.

Anak emas, cucu kesayangan. Ketika kakek masih ada, selalu menyuapiku dengan tangannya, atau nenek yang selalu mengundang anak-anak lain makan bersamaku di teras rumah nenek bergelar tikar meski nasi hangat berlauk telur mata sapi dan kecap manis,hmm..nikmatnya..

Sepinya saat berperan menjadi anak tunggal meski semua mengistimewakan. Tak boleh lelah, tak bisa luka, bahkan nyamuk pun tak boleh menyapa. Sehari-hari hanya di rumah sendiri, disediakan berbagai mainan, penuh fasilitas, sekali-kali memiliki teman main saat kerabat dan sahabat berkunjung, tak lama, hanya sesaat. Lalu, sepi.

Paling bahagia saat kakak pulang liburan, jadi berteman, membangun kemah, berbagi mainan, meski saat itu ia jauh remaja. Ya, 10 tahun jarak kami, berdiam pula mandiri di ponpes pulau seberang, namun karena kasihnya, ditemani pula bermain hingga membuai dengan cerita pengantar tidur.

Iri kadang melewati sawah, mendengar cerita sejawat, dan 16 tahun kemudian bahagianya dapat menikmati sawah,hmm..selalu rindu..

Tidak ada komentar: