Untuk seorang saudari,
yang semakin hari semakin bertambah rasanya kecintaanku sekaligus rasa bersalahku padamu..
Saudariku
Ketika kedatanganmu masih jauh berbilang hari,
Aku sungguh demikian bersemangat menyambutmu,
Merencanakan banyak hal,
Bersungguh-sungguh ingin membuatmu merasakan kotaku adalah kota kita,
Hingga saat inipun masih demikian..
Pertama kali dirimu menghubungi sesiang itu mengabarkan kedatanganmu di kota ini,
Hanya bahagia yang kurasa
Begitu membuncah, hingga tak sabar rasanya hari itu aku menanti jam pulang.
Segera bergegas meski hari demikian petang
Begitu semangatnya hingga nyasar berulang-ulang hingga hari telah semakin menenggelamkan matahari saat diri tiba di rumahmu..
Pertemuan pertama kita?
Jauh membuatku bahagia,
Dirimu begitu ramah,lucu,menarik dan sangat menyenangkan..
Beritikad kuat untuk sering mengunjungimu,
Menemanimu memenuhi janji-janji hati yang ku azzam kan kuat sebelum hari kedatanganmu..
Ini adalah kota kita, aku ingin dirimu merasakan hangatnya keluarga, indahnya ukhwah, kebersamaan tanpa rasa kesendirian di kota ini..
(Rasanya tidak dapat melanjutkan..T_T)
Dua hari berselang hari itu ibuku sakit, saat itu segala upaya adalah sebaik-baik usaha untuk beliau, wanita yang teramat sangat kucintai, pikiran, perhatian, semua focus utama saat itu sungguh hanya tertuju pada ibu.. Betapa saat itu yang kurasakan adalah ketidaksiapan yang sangat jika ditinggalkan ibu..
Saat kondisi ibu mulai membaik, telah niat sangat silahturrahim ke tempatmu,
rindu ceritamu, candamu, tawamu, ramahmu..
Semua yang kurindukan meski baru sekali merasakan..
Siang menjelang sore saat hendak menggenapkan niat mengunjungimu di hari itu, bersua seseorang yang membuatku cukup tau siapa diri ini, begitu menghempas dan menghentak.
Hingga hari ini,
bukan hanya padamu,ukhtie..
Namun pada setiap orang yang kukenal semua niat kuurungkan meski rindu demikian membuncah untuk bersua.
Sejak hari itu saudariku..
Sungguh maafkan aku,
jika terkesan tak peduli padamu..
Sungguh bukan hanya padamu, pada semua pun sikap yang sama tercipta.
Sejak hari itu,
aku menarik diri bukan hanya padamu..
Luka,
karena begitu ingin menemuimu
Luka,
ketika harus mengganjilkan janji
Luka,
karena tak dapat berbagi
maafkan aku,ukht..
Meski tak terucap kata dan bertatap sikap
aku selalu memperhatikanmu..
Memastikan dirimu sehat dan baik-baik saja..
Membaca status dan notes dirimu tanpa ada yang terlewat meski tak meninggalkan jejak
tersenyum kadang tertawa membaca bahasa ceria jenakamu..
Turut berbahagia atasmu..
Meski tak berbahasa dan tersampai sikap,
Rabithah selalu terulur untuk,
malam-malam panjang selalu menyemat namamu,
ingatan tertuju padamu tiap tilawahku menambah kerinduan
Teriring doa senantiasa kebaikan tercurah atasmu dan keluarga..
Berasa hendak menangis,
ketika beberapa waktu ini dirimu kurang sehat
tergugu tak mampu bertindak meski bersapa
syafakillah syifaan ajilan, saudariku..
Semoga Allah memberi kesembuhan dan kesehatan atasmu..
Maafkan..
Ana uhibbuki fillah..
Ana uhibbuki fillah..
Ana uhibbuki fillah..
Semoga Allah menghadiahkan umur panjang nan barakah atas sy dan dirimu saudariku..
Memampukan sy membaikkan keadaan dan memulihkan diri saya
semoga Allah memberi saya kesempatan menggenapkan janji-jani hati saya padamu saudariku..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar