Minggu, 02 Maret 2014

HANYA CINTA YANG BISA

Alhamdulillah karena pertolongan Allah, tanggal 23 Oktober 2013 lalu saya dapat melahirkan putri pertama kami dengan selamat setelah berjuang selama dua hari di ruang bersalin. Rasa syukur, haru, bahagia bercampur jadi satu. Menjadi seorang ibu adalah rezeki paling indah dari Allah.

Kebahagiaan saya semakin bertambah ketika ternyata Rumah Sakit tempat saya bersalin menerapkan program IMD ( Inisiasi Menyusu Dini), Subhanallah… rasa bahagia saat IMD membuat saya lupa kalau saya sedang “diobras” saat itu, benar-benar tak terasa sakitnya. Padahal saya dijahit selama DUA JAM karena banyaknya robekan saat persalinan. Setelah bayi saya selesai IMD baru terasa sedang dijahit, tapi untung sudah hampir selesai.Rasa bahagia bisa menyusui putri kami di jam pertama kehadirannya membuat saya tenang, se hingga rasa sakit saat penyelesaian jahitan tak terlalu saya rasakan.

Bisa IMD pasca bersalin bukan berarti setelahnya berjalan mulus. Saat dipindah ke ruang rawat inap, tubuh saya tak bisa digerakkan. Tulang belakang saya dari tulang ekor sampai leher rasanya seperti mau patah jika digerakkan. Kata dokter, tulang belakang saya mengalami trauma. Padahal, bayi saya sudah menangis kejer. Perawat, mertua, dan ipar saya mendesak saya untuk memberikan sufor.

Alhamdulillah, suami pro ASI. Sejak saya hamil, kami rajin membaca artikel tentang keutamaan ASI. Beliau menyemangati saya kalau saya pasti kuat, pasti bisa. Beliau memberanikan diri menggendong putri kami dan mendekatkannya pada saya. Melihat wajah mungilnya, rasa cinta terasa membuncah dalam dada saya, saya mencoba menahan sakit dan menggendongnya dengan posisi setengah berbaring. Alhamdulillah, saat menyusui saya tidak merasakan sakit di tulang punggung dan bisa menyusuinya hingga ia tertidur. Subhanallah, hanya cinta yang bisa ….

Dua hari kemudian, saya pulang ke rumah. Tempat tidur di rumah tentu tak sama dengan yang di Rumah Sakit bisa di setting sesuai posisi nyaman kita. Saya belum bisa duduk sendiri, harus dibantu orang lain, suami sudah mulai masuk kantor. Setiap kali akan menyusui, posisi saya setengah berbaring, akhirnya putri kami, boro-boro mau menyusu, ia malah nangis kejer setiap kali saya gendong. Mendengar putri saya nangis, ibu mertua saya langsung datang dengan sufor dan mengambil putri saya dari gendongan saya. Hal ini membuat saya depresi berhari-hari. Saya stres setiap kali mau menyusui. Akhirnya, saya mogok menyusui sampai beberapa hari. Tapi, setiap kali melihat putri saya diberi sufor, hati saya sakit sekali, saya menangis.

Lagi, peran suami sangat menentukan. Beliau tak bosan memberi sugesti dan support pada saya dengan penuh kelembutan. Mengingatkan kembali komitmen awal kami untuk memberikan ASI Eksklusif untuk putri kami. Komitmen untuk menyusuinya hingga lulus S3 ASI.
Saya kembali membaca berbagai pengalaman para bunda yang menyusui anaknya dari beberapa group pro ASI yang saya ikuti. Bukan hanya saya yang memiliki “kendala” saat menyusui. Tapi, jauh lebih banyak yang semangat dan sukses menyusui hingga dua tahun bahkan lebih. Padahal, kebanyakan dari mereka adalah working mom. Masa saya yang full time mom enggak bisa, sih?

Support suami dan pengalaman para bunda yang saya baca membuat saya kembali semangat untuk menyusui putri kami. Semangat untuk menjalani fisioterapi. Minimal saya harus bisa duduk benar untuk menyusui anak saya. Tak mudah memang, bukan sekali dua setiap kali saya gendong putri saya malah nangis kejer sampai badannya hampir membiru. Sempat down lagi karena khawatir. Tapi, saya sangat mencintai putri saya. Saya ingin memberikan yang terbaik dan ASI adalah yang terbaik menurut saya.

Tapi bagaimana ya, baru digendong saja sudah nangis kejer … :’( Akhirnya, saya memberikan ASIP untuk putri saya. Nah, ternyata memberikan ASIP juga enggak gampang. Awal-awal memompa, saya hanya dapat sekitar 20ml-50ml dari kedua PD. Padahal saya sudah banyak minum dan makan sayur serta buah. Haduh, ini juga membuat stres “jangan-jangan ASI saya sedikit”.

Baca- baca lagi, “Oh, ternyata harus rajin dipompa agar ASI-nya banyak. Harus rileks dan positive thinking, karena ASI itu kerja otak. Diproduksi sesuai permintaan. Semakin banyak permintaan, semakin banyak diproduksi.” Saya coba jalani, konsisten memompa setiap 2-3 jam sekali. Alhamdulillah, semakin lama ASIP yang saya hasilkan dapat semakin banyak, bisa hingga 350ml sekali pompa. Subhanallah, hanya cinta yang bisa ….

Tujuh minggu pasca melahirkan, saya baru bisa jalan sedikit-sedikit dan sangat pelaaan sekali. Saya bertekad, harus bisa menyusui langsung. Ternyata, menyusui itu memang enggak mudah saudara-saudara …. Kurang cukup jika hanya dengan modal semangat. Butuh tekad yang kuat, butuh kesabaran yang tak terbatas, butuh kuping yang tebal, butuh dada yang lapang melebihi lapangan sepak bola, dan yang terpenting butuh cinta yang unlimted.

Kenapa?
Karena hanya cinta yang bisa membuat tekad kita enggak terkikis saat bertabrakan dengan kendala-kendala saat menyusui. Karena hanya cinta yang bisa membuat kesabaran kita seperti tak ada habisnya untuk berusaha menyusui buah hati kita. Karena hanya cinta yang bisa membuat kuping kita kebal dengan omongan orang tentang komitmen kita memberikan ASI pada buah hati kita. Karena hanya cinta yang bisa membuat kita berlapang dada dengan tanggapan sinis, kritik tajam, omelan orang-orang di sekitar yang mungkin menganggap kita enggak mampu menyusui, ASI kita sedikit, enggak bagus, sampai enggak sayang anak karena dibiarkan menangis. Karena hanya cinta yang bisa membuat kita mencari informasi dan menambah wawasan sebanyak-banyaknya tentang ASI sehingga akhirnya kita bisa mematahkan opini orang-orang tentang komitmen kita untuk menyusui buah hati kita. Dan, karena cinta Allah-lah yang membuat kita bisa meng-goal kan niat menyusui kita hingga sukses.

Alhamdulillah, sejak usia delapan minggu ‘Aisyah Hilmiya Ahmad – putri kami, sudah menyusui langsung dan tidak mau lagi dikasih ASIP. Bahagianya… hanya cinta yang membuat segalanya menjadi nyata! :-)

Buat bunda yang masih berjuang untuk menyusui, saya ingin berbagi tips dan trik-nya berdasarkan pengalaman saya, yaitu :
- Banyak Membaca. Cari info sebanyak-banyaknya tentang ASI. Manfaatkan teknologi untuk search dan gabung di group yang pro ASI. Ini berguna banget buat mempertahankan komitmen kita untuk menyusui dihadapan orang-orang yang enggak terlalu pro ASI.
- Tenang. Ini penting banget saat menyusui langsung. Meskipun awalnya bayi nangis kejer saat kita gendong, namun kalau kita tenang, Insya Allah ia juga akan tenang. Kalau kita panik saat dia nangis, maka bayi kita akan semakin nangis kejer, seperti kontak batin gitu.
- Bahagia dan Positive Thinking. Berusaha untuk bahagia dan positive thinking kalau ASI kita pasti cukup. Kalau kita pasti bisa menyusui bayi kita. Jangan stres, meskipun mungkin puting kita masuk, rata, atau payudara kita tidak besar, yakinlah, itu enggak ngaruh, selama terus berusaha untuk happy and positive thinking, Insya Allah ASI kita enggak akan kurang.
- Rajin. Baik menyusui langsung atau pun ASIP, kuncinya rajin. Rajin menyusui dan atau rajin memompa ASIP. Ingat! ASI itu sesuai permintaan. Semakin sering/banyak permintaannya, semakin banyak produksinya.
- Evaluasi. Kegiatan menyusui juga perlu evaluasi lho … Pengalaman saya saat menyusui langsung, bayi saya pernah beberapa kali tidak BAB selama dua minggu. Padahal setiap hari saya rajin pijat ILU dan membuat gerakan seperti ngayuh sepeda pada bayi saya. Walaupun katanya kalau perutnya enggak keras dan bayinya enggak rewel, berarti aman, saya tetap khawatir juga. Untuk itu, perlu evaluasi 3F (Fluid, Food, Fitness). Ayo check, dimana “salahnya”.

Itu dulu dari saya, semoga bermanfaat. Ayo, semangat lulus S3 ASI! 

Tidak ada komentar: