Sudah hampir tiga bulan ini di Jepara-tempat domisili saya setahun terakhir sedang musim rambutan. Sebenarnya biasa aja kali, ya... musim rambutan kan terjadi di setiap daerah. Namun, ada yang membuat saya lumayan heran. Biasanya,jika musim rambutan di Banda Aceh, Batam, atau Medan paling banter yang saya lihat cuma sekitar tiga atau empat mobil pick up saja yang menjual rambutan dalam jumlah massal, kalaupun tempat khusus jual buah ada menjual rambutan hanya beberapa ikat saja.
Di Jepara ini yang mengangkut rambutan bukan hanya mobil pick up, tapi truk, container box, sampai semi fuso yang ban mobilnya ada selusin itu setiap hari layaknya seperti mengangkut pasir, rambutannya sampai menggunung, Subhanallah ... benar-benar membuat saya terheran-heran.
Foto : Pick up dan Truk pengangkut rambutan
Rambutan-rambutan itu diperoleh dari masyarakat dengan cara mencicil. Biasanya, masyarakat membawa rambutan menggunakan sepeda motor sekitar sepuluh sampai dua puluh ikat kemudian dijual ke pemilik mobil besar itu. Setelah mobil penuh, baru deh jalan. Makanya tak heran kalau jalanan jadi macet total kalau sore-waktu pelaksanaan transaksi. Ya, semua transaksi jual beli dilakukan di tepi jalan. Kebetulan setiap tahun pusat kolektif rambutan berada di sepanjang jalan depan rumah kontrakan kami, tak heran kalau sore depan rumah jadi pasar dadakan.
Foto : Rambutan hasil kolektif :-D
Kok bisa ya rambutannya sampai sebanyak itu? Sebenarnya wajar sih, saya perhatikan setiap rumah di Jepara ini halamannya luas-luas dan masing-masing rumah minimal ada dua pohon rambutan di halamannya. Rumah kontrakan saya sendiri, ada empat pohon rambutan di halaman depan dan satu pohon di halaman belakang, masing-masing pohon buahnya bisa mencapai 500-an buah. Subhanallah, banyak sekali kan?
Wah, berarti harga rambutan di Jepara murah dong,ya? Menurut saya, masih cukup mahal. Satu ikat rambutan harga pasarannya Rp.35.000,- sampai Rp.20.000,- isinya sekitar 40-an buah. Sebab harganya yang masih cukup mahal, banyak masyarakat yang menjual sendiri rambutannya di tepi jalan aka tidak menjual pada pemilik mobil besar.
foto : Penjual Rambutan
Rambutan sebanyak itu dibawa kemana aja? Awalnya saya mengira ada pabrik rambutan kaleng di Jepara atau Semarang yang menampung rambutan sebanyak itu. Ternyata, rambutan-rambutan itu didistribusikan ke Semarang, Bandung, sampai ke Jakarta.
Nah, untuk jenisnya juga bervariasi lho... Menduduki posisi pertama itu rambutan jenis lengkeng. Padahal dari segi bentuk sangat tidak menarik, warnanya umumnya hijau dan kecil, tapi rasanya seperti buah lengkeng, makanya harga rambutan jenis ini yang paling mahal dijual, pasarannya Rp.35.000,-/ikat. Kemudian rambutan binjai. Kulitnya merah, buahnya besar, dagingnya tebal dan manis dengan biji yang kecil, harganya Rp.30.000,- sampai Rp.25.000,-/ikat. Selanjutnya rambutan biasa dihargai Rp.20.000,-/ikat.
foto : rambutan jenis lengkeng
FYI, di Jepara ini orang-orang menyebut rambutan yang manis dengan BUAH ACEH, sedangkan untuk sebutan rambutan adalah buah rambutan yang asam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar