Senin, 19 September 2011

Sang Ketua Kelas

Dini hari ini, saat adzan shubuh masih jauh berbilang waktu, berencana hendak menyelesaikan suatu pekerjaan tagihan deadline. Nyalakan lampu, buka laptop, buka lemari hendak mengambil buku catatan. Namun mata menyapu buku pelajaran jaman. Buku tulis saat SMA yang masih menyisakan hampir setengah lembaran kosong yang masih kugunakan sekali waktu. Catatan akhir semester menjelang kelulusan, dan ingatan saya langsung tertuju pada satu sosok.. Apa kabarnya saat ini? Lama berbilang tahun sudah tak bertemu, beberapa waktu belakangan ini komunikasipun terhenti..



Sosok itu, adalah sosok dalam perjalanan sembilan tahun terakhir usia saya, usianya..



Sang Ketua Kelas



Saat itu kami masih sama-sama berseragam putih abu-abu. Lama sudah mendengar gaung namanya di seantero sekolah, siapa yang tidak mengenal sosoknya, seorang sederhana, pendiam, pintar dalam posisi bertahan 3 besar sejak SMP, serta ketum pada beberapa kegiatan dan organisasi sekolah. Namun, melihatnya dalam deretan nama teman sekelas di papan pengumuman, tak urung membuat terperajat. Aku akan sekelas dengan si bintang kelas.



Ya, aku-dia sekelas.

Duduk hanya berselang satu bangku. Dan ia, ternyata tak sependiam yang tampak diluar. Lumayan bawel dan suka jalan-jalan mengitari kelas =D



Karena di kelas, dia adalah orang pertama yang aku kenal, maka komunikasi dan interaksi paling sering adalah dengannya, didukung pula dengan posisi bangku duduk yang dekat. Ia. Sosok yang dipercaya penghuni kelas menjadi pemimpin. Dan ialah Sang Ketua Kelas.



Seperti yang kuceritakan tadi, dia tak sependiam seperti yang tampak di luar. Pernah dalam suatu ketika, terlalu seringnya kami "ribut" di kelas, berbicara, meminjam ini dan itu, akhirnya Ibu kami memindahkan posisi duduknya sedikit jauh kebelakang. Namun tak urung menjadikan hobinya jalan-jalan di kelas terhenti, termasuk di bangku kami. (Really miss her, wali kelas terbaik, wali kelas tersayang..='))



Pernah juga dalam suatu praktikum fisika menjadi "ngambek" karena dia menyelesaikan semua tugas tanpa berbagi,

"Padahal aku kan ingin juga berkontribusi menjadi 'penemu' hasil penelitiannya"



Sering juga menjadi satu kelompok dalam pelajaran di kelas, dan dia benar-benar cerdas, penuh ide, dan bawel tentunya..



Pernah di satu pagi ngambek parah hingga enggan masuk kelas karena hal yang kuyakin hanya aku dan ia yang ingat sebabnya hingga kini. "Kenapa dia yang ikutan keluar?" Pikirku heran. Padahal kan bukan ngambek karena salah dia. Tuing-tuing. Tapi ini sungguh kejadian sangat memalukan..



Terjadi pula pada beberapa kesempatan, buku tulis dengan sampul yang sama berbeda nama menjadi tertukar. Seringnya buku tulisnya dimejaku dan tanpa koreksi jadilah mencatat di lembaran-lembaran buku catatannya.



Atau pada kesempatan lain, ketika pagi-pagi aku atau ia yang datang terburu-buru karena ada satu atau dua soal PR yang belum selesai dari puluhan jumlah soal yang menjadi tugas kami.

Oya, pernahkah aku bercerita kalau ia, Sang Ketua Kelas adalah sosok idola. Bukan hanya idola remaja putri teman sejawat dan adik kelas, namun juga idola ibu-ibu dan para guru. Santun. Semoga masih melekat hingga kini dalam pribadinya. Dan ia, pandai mengambil hati orang hingga membuat orang jadi senang dan ceria. Kalau seloroh sering guru-guru kami dulu.. "Mantu idaman" =D (bisa semeter lebih panjang kupingnya mengingat-baca ini)

Dan, pada satu kali saat aku sakit hingga harus berbaring diam di Rumah Sakit, Sang Ketua Kelas lah yang datang pertama kali menjenguk dan kembali sepulang sekolah esok-esoknya, re-transfer pelajaran yang dipelajari disekolah pada hari tersebut, hingga ketika saya kembali masuk sekolah, sungguh aku tidak tertinggal satu materi pelajaranpun. Alhamdulillah..Jazakallah khair untuk hari-hari itu.. =')

Cerita lucu di akhir sekolah menjelang kelulusan. Saat-saat mendaftar kuliah. Mengantri berjam-jam di bank untuk selembar formulir. Kuliah. Berpisah jarak. Kembali dalam kota yang sama. Berpisah kabupaten dengan jarak 5 jam perjalanan. Saat berkesampatan mengunjungi kabupaten tempatnya tinggal, atau ketika ia yang ke ibukota provinsi tempat dulu pernah banyak teman masih berkumpul. Banda Aceh.


Yang sedia datang ke rumah, menjemput ikut silahturrahim ke rumah teman dan guru saat lebaran. Ah, jalinan silahturrahim yang dicontohkannya benar-benar luar biasa.

Saat merayakan ilang tahunnya di tahun-tahun lalu, berlapang hati mengunjungi ibukota provinsi di berkurang usianya..

Saat beberapa hari pada Ramadhan ia selalu menyempatkan diri datang untuk ifthor jama'i bersama teman-teman di ibukota provinsi ini, meski dalam keadaan berpuasa harus menempuh semalaman perjalanan..

Untuk hadiah buku dan sekotak lumba-lumba biru saat februari tak berkesempatan mengunjungi ibukota provinsi ini karena harus diklat ke ibukota negara

Komunikasi tetap lancar meski hanya bertukar kabar.
Ya, alat komunikasi tak serumit dulu, harus berpayah-payah mengunjungi wartel meski hanya untuk menyampaikan satu dua pesan. Atau ke warnet yang belum sebanjir sekarang keberadaan. Atau ketika handphone belum berfasilitas 4G dengan video call dan kecepatan akses internet tanpa batas.

Namun, justru segala fasilitas dan kemudahan yang ada membuat komunikasi menjadi tak sempurna hingga hilang sama sekali. Kesibukan hanyalah alasan klise yang mungkin hanya diadakan. Karena, aku terlalu malu berdiri tegak dengan segala hal biasa yang kumiliki setiap kali berhadapan dengan kegelimangan prestasi teman-teman.

Santun, baik,bawel, ramah (meski rasanya kini ia terlalu bawel dan ramah), selalu ada siap di saat yang tepat, kuat silahturrahimnya, cerdas nan rendah hati adalah yang tertangkap penilaian sembilan tahun ini bersama sosok Sang Ketua Kelas, semoga demikian adanya hingga akhir nanti.

Saya sungguh bukan apa-apa. Hanya orang biasa yang kemudian menjadi setitik luar (dari) biasa karena bantuannya sepanjang masa. Mencoba menjadi secerdasnya meski sungguh masih jauh sekali untuk dapat seunggul ia. dan hingga kini, saya masih si biasa yang selalu bangga dengan ia yang semakin gemilang..Barakallah..Sang Ketua Kelas.. Munawar Syahputra.


Sahabat adalah keluh kesahmu

Sahabat adalah tawa candamu

Tapi bagaimana bila sahabat tak sejalur dan tak searah?

Bagaimana bila sahabat sebagai cermin dirimu

Mengalami keretakan dan menjadi kepingan-kepingan yang tak dapat disambung lagi?

Jangan pernah jadi pemarah ya..

Jangan cepat putus asa ya..

Berdirilah, Bangkit!

Tapi bagaimana bila kaki ini lumpuh?

Akankah ada seseorang datang...memapah..?

Itulah jiwamu, ragamu yang kedua.

Yang akan menjadi tongkat,semangat dan kaki baru..


(Yang pernah dimuat mading sekolah kita, 9 tahun yang lalu)


Maafkan untuk komunikasi yang tak sempurna...




*satu-satunya yang muncul tiap sms atau panggilan dari nomornya masuk ke ponselku (terakhir ketemu sepertinya lebih ndut dari ini..=D)

Tidak ada komentar: