Selasa, 03 Februari 2015
arisan... oh, arisan... :'(
Sejak bulan oktober, saya mengikuti arisan online melalui social media facebook. Ini arisan pertama dan satu-satunya yang saya ikuti. Iurannya seratus ribu rupiah, oenarikan sebulan dua kali selama lima bulan. Alasan saya ikut arisan ini, itung-itung menabung mengingat kami cukup sulit quntuk menanbung karena kebutuhan-kebutuhan yang tak terduga.
Dua hari yang lalu, saya bersama suami membawa putri kami ke jogja untuk bertemu dengan keluarga saya yang datang dari Aceh. Saat itu, saya sudah berencana untuk mentransfer uang arisan, namun selalu terkendala dengan kondisi, saat kami mampir istirahat di SPBU, putri kami tidur dan tidak mau digendong ayahnya, jadinya saya tidak bisa ke ATM. Saat tiba di jogja, mungkin karena ini perjalanan pertamanya, maunya nempeeeel terus dengan saya, di luar juga hujan cukup deras membuat kami tidak bisa keluar.
Keesokan harinya (kemarin) adalah hari dimana uang iuran jatuh tempo penyetoran, saya sudah gelisah sejak semalam, harus setor hari ini sekalian jalan pulang balik Jepara. Sebelum pulang, kami diajak ke kebun binatang, sejak jumat hingga minggu saya tidak memegang hp, bermaksud melihat nomor rekening pemegang iuran arisan, sambil jalan saya buka facebook dan share status percakapan dengan suami. Saat akan membalas inbox mbak pemegang iuran arisan, hp-nya mati. Saya bingung, sepanjang jalan-jalann sudah tidak konsentrasi, ditambah lagi dapat telepon melalui hp suami kalau mbak pemegang iuran arisan comment di status facebook saya tadi menagih uang arisan, katanya wa saya ga aktif, di-inbox dan sms tidak dibalas. Saya dan suami benar-benar terkejut. Makin stres saya rasanya ingin menangis... benar-benar tidak menyangka. :'(
Akhirnya comment tersebut dihapus suami karena rasanya kurang baik. Saya benar-benar menyesal telah menulis status sebelum membalas inbox mbak tersebut. Mau hapus, khawatir makin gimana... apalagi bagi yang sudah sempat membaca, nantk dipikir saya memang telah berbuat hal yang disampaikan dalam comment tersebut.
Sepanjang perjalanan, saya kepikiran terus. Sampai jepara sudah tengah malam, saya minta izin suami pagike ATM depan perumahan untuk transfer iuran arisan, ternyata pagi putri kami kurang sehat, entah mungkin kecapekan atau apa saya bingung juga, dia menangis terus minta digendong, tidak bisa ditinggal, mana di rumah signal hp hilang timbul, tiap saya ajak ke teras nangis.... saya tidak bisa menghubungi suami, tidak bisa online, dan lagi suami bilang hari ini mau ke lapangan jadi tidak bisa pulang siang makan di rumah seperti biasa. Saya benar-benar ingin menangis, bingung, stres, entah mau minta tolong dengan siapa.
Sebelum suami ke kantor, saya telah titip pesan untuk tolong mengabari ke mbak pemegang iuran arisan atas keterlambatan saya menyetor, tapi karena pagi sibuk harus ke lapangan, suami telat buka fb.... saat online ternyata mbak tersebut telah kembali mengomentari status facebook saya dua kali menanyakan "masih niat menyetor dan Allah Maha Tahu,Mbak..."
Saya mengetahui hal ini sore saat dijemput suami, akhirnya suami yang membalas komentar mbak tersebut. Saya dan suami sangat malu atas hal ini, imbasnya kemana-mana.
Suami ditanyakan teman kantornya, karena beberapa teman kantor suami adalah mutual friend saya. Keluarga, saudaram beberapa teman semua menanyakan via inbox, sms, dan telepon. Begitu saya keluar dan mendapati signal, banyak whatsapp masuk menanyakan tentang comment mbak pemegang arisan tersebut. Sampai orang tua saya yang di Batam tahu melalui saudara yang menayakan perihal arisan apa yang saya ikuti sampai ditagih sebegitunya di social media. Selama ini kami selalu berusaha merahasiakan apa pun tentang rumah tangga kami pada orang tua, susah senang dijalani berdua. Malu sekali rasanya.
Saya sedih sekali, ketika keluarga suami juga mengetahui melalui saudara yang berteman dengan saya di facebook, you know what... kadang orang terlalu kepo dan menceritakan berita tanpa babibu. Malu, sedih, stres, hubungan yang selama ini rada gimana gitu karena saya HANYA IBU RUMAH TANGGA terkesan semakin kurang mengenakkan. Saya tidak tahu lagi harus ngomong apa.... :'(
Finally, beberapa custumers saya meng-cancel orderan buku yang dipesan setelah (mungkin) membaca comment mbak di status saya tersebut. Saya sedih sekali, karena melalui orderan buku-buku inilah saya memperoleh tambahan rezeki untuk keperluan kami. Ada olshop yang menolak orderan saya setelah (mungkin juga) membaca comment tersebut. Imbasnya kemana-mana.... saya tidak tahu harus berkata apa, harus bagaimana, nangis pun sudah tidak bisa lagi. Kacau rasanya.... :'(
Tadi juga saat belanja di penjual sayur, tetangga yang kebetulan friend di facebook saya menanyakan "mbak sarah ada masalah apa? Kok ribut-ribut di facebook? Gimana ceritanya?" Rasanya malu sekali harus menjelaskan pada ibu-ibu yang ikut belanja kalau kemarin hanya kesalahpahaman, bla... bla... T_T
Teringat pesan orang tua saya dulu saat saya pisah kota untuk bersekolah saat SMP, selalu saya ingat dan pegang "kalau kamu mau berbuat sesuatu pada orang lain, coba pikirkan dahulu bagaimana kalau kamu di posisi orang tersebut, dampaknya, hati-hati dalam bertindak dan melangkah."
Saya dan suami sepakat untuk membayar seluruh uang arisan untuk bulan-bulan berikutnya sampai selesai, jadi selanjutnya saya tidak perlu membayar uang arisan lagi dan hal ini tidak terulang lagi. Benar-benar pelajaran penting bagi kami untuk lebih menahan diri, terutama dalam berkata dan bersikap baik langsung mau pun di social media. Kita tidak tahu bagaimana imbas perkataan kita terhadap diri kita dan atau orang lain. Kami yang sejak awal menikah sepakat untuk membatasi diri dalam interaksi di social media merasa ....
Semoga ada hikmah dalam setiap kejadian, pasti.
Langganan:
Postingan (Atom)