Rabu, 10 November 2010

Bukan Pernikahan Biasa…..

Bukan Pernikahan Biasa.. saya sendiri tidak mengerti,mengapa jari-jari saya mengetik kalimat ini.

Bukan Pernikahan Biasa. Yup, bukan pernikahan biasa.. karena, menikah (seperti kata seseorang) bukan perkara gampang dan tidak pula gampangan. Not a simple think. Tak terhitung sudah berapa kali saya membaca buku- buku tentang pernikahan, article, mengikuti seminar- seminar pra nikah, dan..mungkin telah puluhan kali pula saya mengulik dan menilik perihal pernikahan dalam bentuk tulisan. Tapi sekali lagi, baru mengalami semua sebatas teori.

Menikah. Ya, marriage is not a simple think. Dari dulu hingga sekarang pun saya kerapkali memikirkan dan belajar hal-hal seputar kehidupan dalam pernikahan. Akan seperti apa? Bagaimana? Jika ini jika itu..everything.Tapi sekarang, rasanya… terasa begitu berbeda.

Apakah tiba-tiba saya menjadi belum siap?

Belum siap menghadapi hari itu?

Hari dimana saya telah memilih dan memutuskan untuk mengarungi samudera rumah tangga lengkap dengan keindahan dan badai-badai yang pasti akan kami hadapi. Berdua. Hanya berdua.

Bertahun-tahun, saya bertahan pada satu pendirian. Melangkah mantap melalui hari-hari yang saya sendiri tidak menyangka dapat melaluinya hingga batas waktu itu tiba. Saat ini. Saat yang mungkin beberapa tahun silam saya harapkan masanya. Saat dimana masanya tak pernah lepas dari untaian doa…doa…dan doa.. semoga Allah tunjukkan jalan, yang terbaik..yang terbaik.

Mungkin saat ini berbeda. Karena, mungkin ada satu orang yang membuat hal ini menjadi berbeda. Membuat tawa dikala tarikan urat saraf. Menjadi semangat meski harus berpeluh keringat. Membuat saya percaya, kalau dia ada disaat orang lain tak ada. Yang seolah menutup telinga disaat banyak orang mencela. Tapi, sekali lagi, lupakan cinta ala remaja, sreg ga sreg, sekarang bukan saatnya lagi bicara romansa ala KCB. Yang harus saya lakukan sekarang adalah mengarahkan hati dan rasa pada Allah. Biar Allah yang menentukan kemana hati bermuara. Karena, memang jika rasa itu diarahkan selain kepadaNYA, tidak akan pernah jelas kemana arahnya..dan pada akhirnya, hanya akan bermuara di lautan dosa.

Well, Berbicara tentang menikah, biasanya mungkin hanya seuntai lalu, tapi mungkin lagi kali ini harus memikirkan secara serius. Terus terang, setiap kali memikirkan tentang kehidupan setelah pernikahan, kerapkali saya lebih memikirkan badai-badai yang (mungkin) akan menghampiri, baik sepintas lalu atau (mungkin) menguji kesabaran hingga ambang tanpa batas. Karena, yaa..menikah nggak melulu berbicara tentang keindahan, dan saya harus siap.

Saya dan mungkin juga kamu, punya ego yang sama tingginya. Punya kepala yang sama kerasnya. Punya emosi yang sama. Namun, ketika telah menikah, Ga bisa lagi mau emosi2an..ngambek2an..ego2an..ga bisa lagi ngambil keputusan sendirian.. ingat, telah ada satu orang bersama kita. Memang ada waktu untuk mengingat kekurangan, tapi kelak ada waktu untuk terpesona pada kelebihan. Ada waktu untuk menguji, kelak ada waktu untuk memuji. Ada waktu untuk memahami, dan kelak ada waktu untuk mengagumi. Kerapkali ada masanya sangatlah menjadi tidak penting mencari dan merunut siapa yang salah. Yang terlebih penting adalah siapa yang lebih dahulu bersedia meminta dan memberi maaf. Saya selalu yakin, segala hal bermula dari hati. Ketika hati kita jernih,ada kesiapan untuk belajar lebih banyak, ada semangat yang besar untuk menambah ilmu, ada hasrat yang kuat untuk memberikan yang terbaik bagi semua orang. Dan setelah hati jernih, ada ilmu yang menerangi. Kita akan belajar berdua,,memaknai setiap pelajaran sebagai sebuah upaya untuk bersama menggapai ridha Allah. Bukankah demikian komitmen awal pernikahan kita?

Dan, kembali pernikahan bukan masalah gampang dan tidak pula gampangan. Setelah menikah, kamu dan aku, bukan lagi kamu, bukan lagi aku, tapi berubah menjadi kita. Kamu dan aku dengan seabrek kepribadian berbeda, segudang kebiasaan yang tak sama,puluhan sifat yang (mungkin) bertolak belakang, latar belakang yang berbeda. Kemudian menjadi kita. Namun, bukan hanya kita yang bersatu. Karena kamu dan aku punya keluarga. Dan dalam pernikahan kita, aku dan kamu serta merta menjadikan keluarga kamu dan keluarga aku menjadi keluarga kita.

Orang tuamu, Orangtuaku.. yang akan kau nikahi ini lahir dari seorang ibu berkuah peluh, berdarah-darah meregang nyawa setelah masa panjang. Yang akan kau nikahi ini adalah permata hati ayah. Tangan yang pegal sepulang kerja pun sembuh begitu menggendong balitanya. Yang akan kau nikahi ini adalah anugerah terindah bagi orang tuanya. Tawa di saat susah, senyum di waktu sedih, harapan di saat kecewa, ramai di saat sepi, cair di tengah kekakuan, dan canda di tengah ketegangan, tapi juga ada tangis di suatu kala, yang sebenarnya tak diinginkan. Yang akan kau cintai dan nikahi ini mencintai ayah dan ibunya, dan kekasih adalah yang mencintai kecintaan kekasihnya.

Sebagaimana nanti saya memiliki mertua, yakni ayah dan ibu kamu. Kamupun memiliki mertua, yakni ayah dan ibu saya. Jika kita mencintai pasangan kita, ada konsekuensi untuk mencintai apa yang dicintainya. Ada hasrat untuk dicintai oleh yang mencintainya. Maka alangkah indah menggabungkan ibadah bakti pada mereka dengan cinta yang menyungsum tulang.

Jika misalkan ada hal yang mungkin berselisih paham. Bisakah kita sama-sama mengesampingkan dahulu segala kenyataan bagaimana kondisi mertua kita. Mengesampingkan dahulu segala prasangka dan perasaan terhadap mertua saat mendengar atau melihat amal perbuatannya. Mengesampingkan dahulu segala kejengkelan tentang bagaimana kita diperlakukan. Mengesampingkan dahulu segala alas an untuk tidak mencintai mertua kita. Bisakah nanti kita memandang dengan meminjam matahati pasangan kita? Bahwa sebagaimana kita, ia memiliki orang tua yang berhak atas dirinya. Bahwa sebagaimana kita terhadap ayah dan ibu kita, ia memiliki kewajiban untuk berbakti kepada keduanya. Mertua kita adalah orang tua dari pasangan kita di sisi yang kita cintai. Bisakah nanti kita memandang dari sudut pandang pasangan kita, tentang siapa mertua kita. Meminjam mata hatinya untuk suatu empati. Kelak merasalah menjadi pasangan kita. Saya memang belum mengalami dan merasakannya, namun saya akan berusaha menunjukkan dan membuktikan, bahwa saya bersungguh hati akan tetap menghormati orang tua kamu sebagai seorang ibu..sebagai seorang ayah..yang tidak akan bisa tergeser kedudukannya bagi kamu, suami saya. Karena, saya sangat memahami, tidak akan kedudukan seorang ibu digantikan oleh istri, namun saya pun berharap, kamu dapat menyandingkan ibu dan saya untuk tetap harmonis. Bisakah kamu melakukan hal sama atas kedua orang tua saya? Saya dan kamu saling membantu untuk berbakti kepada kedua orang tua kita dengan mencintai orang tua kita.

Jika mungkin nanti merasa sulit, katakanlah memang sulit tapi bisa. Jangan pernah mengatakan bisa tapi sulit. Marilah kita membuka hati terlebih dahulu untuk kalimat Insya Allah dan kata ikhtiar. Membersihkan halaman jiwa untuk menyambut tekad kuat itu terlebih dahulu. Dengan menjauhkan sampah prasangka-prasangka hati yang mengganggu. Dengan memaafkan segala hal yang akan menjadi lalu.

Yang saya harapkan, bukan pernikahan biasa. Mungkin, kelak saya pun berharap tak pernah ada taman lain dalam taman kita. Yang saya harapkan, bukan pernikahan biasa. Bukan pernikahan ala selebritis yang bisa saja luntur luluh lantak hancur dalam ketukan palu di ruang persidangan. Bukan. Yang saya inginkan bukan pernikahan biasa. Engkaulah kelak yang menjadi separuh agamaku, penjaga ketaatanku. Yang ingin saya jalani Bukan Pernikahan Biasa. Karea pernikahan adalah bagian dari da’wah dan jihad, semoga pernikahan bukan tempat dimana idealisme terkubur tanpa peti dan cita-cita tinggi kehabisan anak tangga. Dan semoga kita selalu ingat apa yang telah dicontohkan dengan gemilang oleh Abdurrahman ibn Abu Bakar dan isterinya, Atikah, tentang cinta yang sehat dan suci dalam kehidupan rumah tangga. Pada akhirnya, memang kedewasaan sikap dari kita yang banyak menentukan. Rumahku bukan Surga, tapi insya Allah serambinya. Jika kamupun dapat memenuhinya, maka Insya Allah, ahlan wa sahlan di serambi Surga kami.

Senin, 04 Oktober 2010

Perempuan

Dia yang diambil dari tulang rusuk. Jika Tuhan mempersatukan dua orang yang berlainan sifatnya, maka itu akan menjadi saling melengkapi. Dialah penolongmu yang sepadan, bukan sparing partner yang sepadan.

Ketika pertandingan dimulai, dia tidak berhadapan denganmu untuk melawanmu, tetapi dia akan berada bersamamu untuk berjaga-jaga di belakang saat engkau berada di depan atau segera mengembalikan bola ketika bola itu terlewat olehmu, dialah yang akan menutupi kekuranganmu.

Dia ada untuk melengkapi yang tidak ada dalam laki-laki: perasaan, emosi, kelemahlembutan, keluwesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk melahirkan, mengurusi hal-hal sepele…! Hingga ketika laki-laki tidak mengerti hal-hal itu, dialah yang akan menyelesaikan bagiannya…sehingga tanpa kau sadari ketika kau menjalankan sisa hidupmu…kau menjadi lebih kuat karena kehadirannya di sisi mu

Jika ada makhluk yang sangat bertolak belakang kontras dengan lelaki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukkan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan. Ia tidak butuh argumentasi hebat dari seorang laki-laki…tetapi ia butuh jaminan rasa aman darinya karena ia ada untuk dilindungi…tidak hanya secara fisik tetapi juga emosi.

Ia tidak tertarik pada fakta-fakta yang akurat, bahasa yang teliti dan logis yang bisa disampaikan secara detail oleh seorang laki-laki, tetapi yang ia butuhkan adalah perhatiannya…kata-kata yang lembut..ungkapan-ungkapan sayang yang sepele..namun baginya sangat berarti..membuatnya aman di dekatmu… batu yang keras dapat terkikis habis oleh air yang luwes, sifat laki-laki yang keras ternetralisir oleh kelembutan perempuan. Rumput yang lembut tidak mudah tumbang oleh badai dibandingkan dengan pohon yang besar dan rindang…seperti juga didalam kelembutannya di situlah terletak kekuatan dan ketahanan yang membuatnya bisa bertahan dalam situasi apapun.

Ia lembut bukan untuk diinjak, rumput yang lembut akan dinaungi oleh pohon yang kokoh dan rindang. Jika lelaki berpikir tentang perasaan wanita, itu sepersekian dari hidupnya…tetapi jika perempuan berpikir tentang perasaan lelaki, itu akan menyita seluruh hidupnya… karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, karena perempuan adalah bagian dari laki-laki… apa yang menjadi bagian dari hidupnya, akan menjadi bagian dari hidupmu. Keluarganya akan menjadi keluarga barumu, keluargamupun akan menjadi keluarganya juga. Sekalipun ia jauh dari keluarganya, namun ikatan emosi pada keluarganya tetap ada karena ia lahir dan dibesarkan disana…karena mereka ia menjadi seperti sekarang ini. Perasaannya terhadap keluarganya, akan menjadi bagian dari perasaanmu juga..karena kau dan dia adalah satu…dia adalah dirimu yang tak ada sebelumnya. Ketika pertandingan dimulai, pastikan dia ada di bagian lapangan yang sama denganmu.

..Mahkota Untuk Ummi..

Cerita ini..yg selalu bikin sa kembali semangat untuk menghafal Al-Qur’an..meski dalam keadaan paling futur sekalipun..bisa jadi semangat lagi..^_^

Namanya zahra, dia masih duduk di bangku kelas empat sebuah Sekolah Islam terpadu di pinggiran jakarta. saat aku cerita kalau aku sering dipanggil Ayah, dia malah menimpali “kalau aku panggil Abi mau mi?”.. hhmmm….untung saja waktu zahra bilang itu uminya lagi urus si kecil adiknya zahra.

“Ami…” dia memanggilku setengah teriak saat aku hendak meninggalkan rumah mungil itu, urusanku dengan Abinya telah usai. “Ada apa zahra..” jawabku sambil menoleh ke belakang dan mendekati Zahra yang juga terlihat mendekatiku.

“Ami nunduk dong biar zahra bisa bisikin ke kuping Ami” pintanya.“Subhanallah…”Aku kaget setengah mati saat denger bisikan dari Zahra. “Doakan sebelum lulus SD Zahra bisa semuanya ya mi” pintanya padaku. Aku lupa nama lengkapnya, aku lebih suka memanggil Zahra atau kadang “nak”. di usianya yang baru kelas empat, dia sudah bisa menghafal lebih dari setengah Al Qur’an mulia.

Kata umi, “kalau Zahra bisa menghafal semua isi al Qur’an, nanti Zahra bisa memakaikan mahkota yang paling cantik yang ada di akhirat. dan umi mau sekali memakai mahkota itu mi” ceritanya beberapa waktu yang lalu saat kutanya motivasinya menghafal al Qur’an.“Ami….zahra cinta ama umi. saat zahra tanya ke umi apa yang umi mau dari zahra, umi jawab begitu. Zahra ingin tunjukkan kalau zahra cinta umi dengan menghafal al Qur’an itu mi” tambahnya. “zahra pernah liat umi menangis saat Zahra berjanji akan menghafal Al Qur’an sebelum lulus SD” terus Zahra bercerita, matanya mulai berkaca-kaca.

“Oya mi, tunggu ya…” zahra meninggalkanku sendiri menunggunya di hadapan rumahnya. tak lama berselang, Zahra kembali membawa sebuah surat ucapan berwarna pink, gambar bunga. “Nih buat ami…” katanya sambil menyodorkan surat itu padaku. “makasih zahra, boleh Ami baca sekarang?”. “Jangan! nanti saja selesai sholat ashar. Kalau bisa dalam keadaan berwudhu ya mi” pintanya.

===

Di sebuah masjid, setelah aku berdoa seusai shalat Ashar, aku hendak berdiri dan meninggalkan masjid itu, terlihat di file yang kubawa kartu merah jambu itu.

“Astaghfirullah, itu dari zahra” batinku. Segera saja aku ucap basmalah dan kubuka.

“Ami Kusnan yang Zahra cintai karena Allah,Ingin zahra katakan kalau zahra sangat mencintai Ami.tapi apakah Ami mencintai zahra?.Jika iya, zahra minta satu hal dari Ami.Ami juga menghafal al Qur’an ya, biar nanti ibu Ami menjadi wanita paling bahagia di Syurga, karena memakai mahkota tercantik pemberian anaknya yang hafal al Qur’an.”

salam sayang zahra

————- ************ —————

Sore itu, langit selatan jakarta mencung,hatiku ikut mendung,

air matapun tak bisa kutahan,ia mengalir,kerinduan dengan Bunda membuncah,

“Astaghfirulloh,Zahra…kaulah guruku, guruku yang mulia.jujur Ami malu padamu nak” batinku

Ami mencintaimu, sangat mencintaimu ,Ami juga mencintai Ibu Ami,

Tapi….kini dia tlah pergi………

Nb : ‘Ami; paman

Bila Aku Jatuh Cinta

Rabb..
Betapa banyak orang yang mengumbar dusta atas nama cinta…
Aku sama sekali tak mengerti..

Betapa banyak orang yang menangis kerana tersakiti oleh cinta..
Aku tak mengerti..

Tak sedikit orang yang hancur juga katanya karena cinta..
Aku sungguh tak mengerti..

Namun ada pula yang bahagia, juga katanya karena cinta..
Kembali aku tak mengerti..


Rabb..
Pada-Mu ku katakan aku tak tahu apa itu cinta..
Seperti apa jatuh cinta..
Dan bagaimana itu cinta..


Aku pernah menaruh harapan pada manusia,
Namun kekecewaan yang ku dapatkan,
Rabb bila itu jatuh cinta..
Jangan biarkan aku merasakannya lagi..


Aku pernah memelihara kesetiaan pada manusia,
Kembali penghianatan yang kurasakan,
Bila itu disebut cinta,
Kumohon jauhkan aku darinya..


Pernah pula kurangkai mimpi,
Membangun istana yang indah dengan manusia..
Namun semuanya porak-poranda,
Bila itu yang namanya cinta, matikan rasa itu padaku..


Rabb..
Aku hanya ingin jatuh cinta pada seseorang yang juga mencintai-Mu..
Aku hanya ingin menaruh harapan, pada seseorang yang hanya berharap pada-Mu..
Aku hanya ingin memelihara kesetiaan pada dia yang mau menggadaikan diri dan jiwanya pada-Mu..
Aku hanya ingin merajut mimpi membangun seribu istana, pada dia yang merindukan wajah-Mu..

Rabb..
Ini janjiku pada-Mu..
Bila kelak Kau mempertemukan aku dengannya..
Maka Akan ku persembahkan selaksa cintaku padanya..
Menjadikannya satu-satunya perhiasan terindah di mata dan hatiku,
Bukan karena keindahan fisiknya..

Akan ku jaga kehormatannya dengan sebaik-baiknya,
Bukan karena kedudukannya yang tinggi..

Akan kudidik generasi-geberasi penerus kami menjadi generasi rabbani,
Bukan karena kenikmatan dunia..

Namun karena cintaku, cintanya, cinta kami.. Terikat oleh Cinta-Mu..