Minggu, 06 Desember 2015

Ulah Segelintir Oknum Perawat Perusak Citra Profesinya

Saya menulis ini karena rasa frustasi menghadapi beberapa perawat di RSUD Embung Fatimah yang terletak di Jalan Letjen Soeprapto, Batu Aji, kota Batam, Kepri.

Semalam, tanggal 6 Desember 2015 sekitar Pkl.03.00wib dini hari, ayah kami sesak nafas dan harus segera dibawa ke RS. Beliau dilarikan ke RS. Awal Bros dan mendapatkan penanganan yang sangat baik. Sesuai petunjuk team dokter di Malaysia, jika terjadi sesuatu ayah harus segera dilarika ke RS terdekat dan kami harus membawa semua records ayah beserta obatnya untuk ditunjukkan ke dokter yang menangani agar tidak salah penanganan. Hal itu yang kami lakukan semalam, dan dokter di RS. AWAL BROS membenarkan terapy yang telah dijalani di Malaysia dan obat yang digunakan sudah sesuai termasuk dosisnya, tidak perlu diganti obat lain.

Masalah muncul ketika ayah harus dimasukkan ke ICU dan kami wajib deposit sejumlah 20 juta rupiah per malam. Kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan membuat kami memindahkan ayah ke RSUD Embung Fatimah dan menggunakan fasilitas BPJS.

Dokter co.ass ada melihat obat dari RS.MMC malaysia dan mengatakan bahwasanya obat tersebut sama dengan yang akan diresepkan hanya beda merk. SAMA. Jika sama buat apa menebus obat lain yang SAMA? Kemudian datang perawat sudah ibu-ibu keukeuh kalau ayah harus minum obat yang diresepkan di RSUD. Awalnya kami nego dan menjelaskan panjang lebar tentang sakit ayah dan yang disampaikan team dokternya, namun ibu perawat itu keukeuh ayah harus minum obat yang baru diresepkan.

Yang membuat saya emosi, beliau yang awalnya mengatakan ingin melihat obat ayah dari RS MMC ternyata malah MENAHAN OBAT tersebut. Berkali-kali kami meminta dikembalikan, perawat di sana keukeuh bilang nanti mereka mau tunjukka ke dokter spesialisnya, pakai acara bilang "kami di sini dokternya itu dokter widya, obat apa ini, dosisnya kok rendah kali?"

Kami masih bersabar menjelaskan mengapa obat untuk infeksi parunya kecil karena ayah punya masalah di ginjal, bla...bla...bla... tapi obat kami tetap TIDAK DIKEMBALIKAN. Kami di bulliying sama perawat-perawatnya dikata mereka orang kesehatan lebih tau, kami sok mengerti. Saya tambah murka rasanya disampaikan kalau dokter di Malaysia yang tangani ayah itu dokter abal-abal.

Helloooo, buat apa kami jauh-jauh bawa ke Malaysia kalau dokternya abal-abal? Buang uang banyak cuma buat dokter abal-abal, gitu? Belum tahu bagaimana dokter di sana bersedia tampung pakai tangan ludah dan dahak pasien sedangkan situ yang perawat, pegang aja ogah-ogahan?

Stres berdebat akhirnya saya menghubungi kantor perwakilan RS MMC Di Batam dan disambungkan ke Malaysia. Intinya, dengan kasus sakit yang diderita ayah saya obat untuk infeksi paru itu dan dosis tersebut yang paling minimal efek sampingnya terhadap ginjal ayah saya. Karena obat tersebut bukan dikeluarkan dan tidak dibeli di RS yang bersangkutan maka tidak berhak untuk ditahan.

Astaghfirullah, kalau enggak ingat anak saya lagi tidur, ingin rasanya saya meluapkan emosi saya. Perawat-perawat begini ini yang ngerusak citra perawat lain yang bagus-bagus.

Sekarang ayah saya di ICU RSUD Embung Fatimah Batam. Alhamdulillah, perawat di ruang ICU baik, tidak seperti di ruang rawat tadi.

sediiiih, melihat badan beliau banyak selang terpasang, Ya Allah... syafahullah syifaan la yughadiru badahu saqaman....


note: tulisan ini saya edit dari postingan awal karena pesan kakak saya untuk menghindari semua perasaan negatif. Astaghfirullah...


Jumat, 04 Desember 2015

Penyakit Ginjal itu Menggerogoti Tubuh Ayah

Ayah kami saat ini berusia 63 tahun. Enam bulan yang lalu, beliau sosok yang masih sangat sehat di usianya yang senja. Masih bekerja normal, main dengan Aisyah-putri saya, mengajak jalan-jalan, bercerita, mengurus tanaman, hingga beres-beres di rumah. Yup! Beliau tipikal yang rajin melakukan ini itu.


Di minggu pertama bulan puasa lalu semua bermula. Beliau diare cukup parah karena makan rujak yang biasa beliau makan. Kondisi yang sangat lemah karena diare terus, akhirnya beliau dibawa ke IGD RS Budi Kemuliaan, Batam. Sesampai di IGD beliau langsung diinfus sebotol dan dibotol infus dimasukkan obat tiga ampul yang sialnya kami tak satu pun perhatikan nama obat itu.

Setelah infus botol pertama habis, ayah sudah merasa kuat dan minta pulang, namun oleh perawat saat itu tidak diijinkan karena harus tambah satu botol infus lagi. Ayah akhirnya menurut. Belum sampai botol infus kedua habis, seluruh badan ayah bengkak, mulai dari wajah hingga telapak kaki, ayah yang kurus menjadi gemuk. Ayah memaksa untuk dilepas infusnya, perawat menolak. Ayah sampaikan, bahwa ia merasa badannya sudah tidak fine. "kita kanbisa merasa bagaimana badan kita sendiri". Akhirnya, berkali-kali memaksa, perawat membuka infusnya. Di sini, sedih dan kecewa, dokter jaga sama sekali tidak melihat ayah saya. Sampai kami mengunjungi ke mejanya, menanyakan kenapa bisa bengkak, dokter menjawab "mungkin ada kelainan ginjal". Diminta check darah. Okey, saatitu juga ayah check darah. Kecewa kedua, ternyata itu hanya check darah secara umum, bukan check darah seperti yang pernah saya lakukan di semarang saat mengecek kondisi ginjal saya. Kemudian ayah saya disuruh pulang dengan biaya IGD satu malam sampai sejuta sekian.

Selanjutnya beliau dibawa ke Malaysia untuk general check up. Hasilnya, seluruh tubuh beliau sampai paru-paru sudah penuh dengan air,hasil rontgen, darah, dan lain-lain, semua bagus, fungsi organ laim bagus kecuali ginjal. Beliau di terapy, rawat jalan, control dua minggu sekali, Alhamdulillah, kondisi berangsur membaik, terlihat beliau makin sehat, kuat, mandiri. Beberapa kali kontrol, karena faktor usia, dokter menyarankan untuk operasi ginjal, membuang endapan di ginjal beliau. Balik control dan jadwal operasi sebulan lagi. Sebulan di rumah, seperti yang sudah-sudah, semua asupan beliau sangat dijaga oleh ibu. Semangat sembuh beliau juga kuat sekali. Dari awalnya cuma makan bubur, sudah mulai bisa maka nasi, walaupun semua masakan tanpa garam, masakan ibu tetap terasa enak. Sampai, tiba-tiba dua minggu jelang jadwal control kemarin, ayah batuk, diikuti radang tenggorokan, dan sariawan. Beliau jadi susah makan atau minum. Sakit saat mengunyah, ibu buat bubur lagi, sulit menelan karena radangnya, beliau jadi kurus sekali, terutama karena bengkak di badan sudah kempes, ditambah tidak bisa makan, lemas, kurus sekali. :'(

Batuk dan teman-temannya ini menjadi masalah serius bagi kesehatan beliau. Terlalu lemah membuat beliau butuh bantuan untuk berdiri, berjalam, hingga akhirnya beliau dibantu kursi roda untuk kemana-mana.

30 November 2015 kemarin, ayah dibawa ke Malaysia sesuai jadwal control dan persiapan operasi ginjalnya. Perjalanan yang cukup panjang dari Batam ke Malaka (ayah dirawat di RS MMC) benar-benar menguras tenaganya. Ingin menangis rasanya melihat beliau berusaha bertahan dari Pkl. 07.00 wib pagi sampai Pkl.17.00 sore dalam perjalanan, berpuasa karena harus kembali check darah, dan lain-lain yang mengharuskan beliau puasa dari malam, antrian di dokter konsulen, hingga masuk ke ruang rawat inap benar-benar membuat kondisinya sangat buruk. Malamnya, ayah harus dipindah ke ruangan sendiri karena kondisi beliau.


Keesokan paginya, dokter memanggil ibu dan adik, pendamping ayah, untuk berbicara. Dokter menyampaikan, kalau harapan ayah sedikit, sebaiknya dibawa pulang saja, karena faktor usia dan hasil rontgen paru-paru ayah sudah infeksi. Operasi tidak bisa dilakukan karena kondisi beliau sangat lemah. Dan intinya, dokter uda "angkat tangan", bukan masalah biaya, bla...bla...tapi kalau pun dirawat di RS hanya bisa "sekedarnya". Keluarga diminta bersiap-siap dengan kondisi terburuk. Dokter khawatir, jika lama di RS, kondisi ayah tidak memungkinkan lagi untuk dibawa pulang ke Batam.

Hopeless dengar penjelasan dokter, adik telepon saya, ibu tidak menyampaikan pada ayah apa yang disampaikan dokter karena semangat ayah tinggi sekali untuk sembuh. Ibu berusaha sebiasa mungkin depan ayah. Adik juga. Saya diminta datang karena kita tidak pernah tahu apa yang terjadi selanjutnya. Kondisi ayah naik-turun. Berbagai alat dan selang mulai dipasang di tubuh beliau. Adik selalu mengabari via WA. Mohon doa, ayah bisa melewati masa kritisnya, mampu bertahan.

Hari ketiga di RS, dokter visite terkejut dengan kondisi ayah. Tekanan darah normal, nafas teratur, wajah cerah, dan semangat ayah untuk sembuh jelas sekali terlihat. Beberapa waktu kemudian, team dokter datang (ayah ditangani oleh beberapa dokter spesialis), menyampaikan kalau ayah disarankan menginap beberapa malam lagi karena telah menemukan solusi cara mengobati ayah, walaupun faktor umur dan kondisi terlihat tidak, tapi team dokter melihat semangat ayah untuk sembuh sangat tinggi.

Masalahnya sekarang, ayah yang berkali-kali minta pulang karena selang-selang di badannya membuat tidak nyaman, terutama kateter, jadi susah sholat, di rumah lebih nyaman. Deg! Langsung perasaan tidak enak menyergap. Dengan berbagai musyawarah, akhirnya ayah diizinkan pulang, dokter beri surat pengantar dan semua records ayah, jika terjadi apa-apa, segera bawa ke Rumah Sakit terdekat. Tunjukkan records agar tidak salah tindakan.

Utama menurun drastisnya kondisi ayah bukan karena ginjalnya, tapi infeksi parunya dan itu yang harus lebih dahulu disembuhkan. Finally, ayah dibawa pulang ke Batam.

Di rumah, kondisi beliau tidak lebih baik. Sedih, sedih,sangat sedih sekali melihat beliau. Sangat lemah dan kurus. Bahkan untuk menopang badan beliau saja, beliau tidak mampu. Duduk tak berapa lama, beliau ambruk, dan kami membantu beliau untuk perbaiki posisi jadi rebahan. Kulit beliau putiiih karena terkelupas, karena lemak/dagingnya bisa dibilang kayak enggak ada lagi. Bibir beliau seperti orang habis makan sirih atau minum fanta saking merah sekali karena sariawan besar-besar. Setiap sholat beliau tertidur. Ingin menangis rasanya setiap melihat ayah. Ketika salin pakaian beliau, saya terkejut ketika membalikkan beliau, kulit beliau kering terkelupas, tulang ekor menonjol saking kurusnya, sedih sekali. Berusaha sekuat mungkin untuk bersikap sebiasa mungkin.

Sudah dua hari ini beliau kesulitan untuk makan dan minum karena tenggorokannya radang, kami memasakkan bubur seperti MPASI dan kemudian buburnya diblender agar lebih mudah beliau makan. Sedih sekali melihat kondisi beliau.

Saat ini, dengan kerendahan hati, kami memohon siapa pun yang membaca ini, sungguh mohon doa bagi ayah kami Sugiono Salleh, agar Allah beri kekuatan, kemampuan, kesembuhan dan kesehatan. Senantiasa Allah ringankan lisannya untuk berdzikir dan menyebut asma Allah, senantiasa berada dalam kondisi iman terbaik. Sungguh mohon doanya. Semoga Allah membalas kebaikan teman-teman dengan kebaikan yang lebih baik. Allahumma Aamiin.

Jazakumullah khair....